This Author published in this journals
All Journal Media Peternakan
Citopartusi Margaluna Purnama Tjahyani
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KAJIAN PENINGKATAN KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING DENGAN SUBSTITUSI MODAL SENDIRI Citopartusi Margaluna Purnama Tjahyani; Sugeng Herijanto; Yanita Mutiaraning Viastika
Media Peternakan Vol 22, No 2 (2020): Media Peternakan
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.191 KB)

Abstract

AbstrakHasil analisis deskriptif berdasarkan asumsi usaha pembibitan ternak kambing PE yang dikelola secara intensif selama satu periode usaha (63 bulan/± 5,5 tahun); dengan skala usaha empat  ekor induk betina dan satu ekor pejantan; perkawinan pertama pada saat umur induk betina 10 bulan dan pada waktu pemeliharaan bulan ketiga; modal investasi berjumlah Rp 35.800.000,00; biaya variabel dan biaya tetap masing-masing adalah Rp 43.137.200,00 dan 45.900.000,00; telah membuktikan bahwa tanpa substitusi modal sendiri usaha tersebut belum dapat memberikan keuntungan dengan rasio B/C dan R/C masing-masing - 0,015 dan 0,985; PBP dalam jangka  waktu  50,657  bulan;  saldo  kas  pada  Tahun  I  usaha  ternak  negatif  (Rp 50.368.500,00) dan total kerugian berjumlah Rp 1.841.800,00 (Rp 334.872,727/tahun atau Rp 29.234,921/ bulan). Substitusi modal sendiri dapat meningkatkan rasio R/C dan menurunkan PBP karena jumlah penerimaan usaha ternak meningkat, yang mengindikasikan kondisi usaha ternak sehat dan layak untuk dikembangkan. Kata kunci :    Analisis Deskripsi, Modal Usaha, Peranakan Etawa, B/C, R/C, PBP AbstractResults of descriptive analysis based on the assumption of PE goat breeding business are managed intensively during one business period (63 months / ± 5.5 years); with a business scale of four female and one male; first marriage at the age of the female parent is 10 months and at the time of the third month of maintenance; investment capital is IDR 35,800,000.00; variable costs and fixed costs are IDR 43,137,200.00 and 45,900,000.00, respectively; it has proven that without substitution of own capital the business has not been able to provide profit with the ratio of B / C and R / C respectively - 0.015 and 0.985; PBP within 50,657 months; the cash balance in Year I of the livestock business is negative (Rp. 50,368,500.00) and the total loss is Rp. 1,841,800.00 (Rp. 334,872,727 / year or Rp. 29,234,921 / month). Capital substitution alone can increase the R / C ratio and reduce PBP because the amount of livestock business revenue increases, which indicates that the livestock business conditions are healthy and feasible to develop. Keywords: Descriptive Analysis, Business Capital, Etawa Crossbreed, B/C, R/C, PBP
KAJIAN SISTEM PERKANDANGAN (CLOSE HOUSE DAN TRADISIONAL) TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER Ahmad Musofa; Soegeng Herijanto; Citopartusi Margaluna Purnama Tjahyani
Media Peternakan Vol 23, No 1 (2021): Media Peternakan
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (29.757 KB)

Abstract

       Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem perkandangan (close house dan tradisional) terhadap penghasilan peternak ayam broiler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya tetap tertinggi pada sistem closed house berturut-turut adalah biaya peralatan 53,97%, biaya penyusutan kandang 25,97%, penyusutan gudang 14,03%, bangunan listrik 4,51%, dan tendon air 1,50%. Sedangkan pada peternak tradisional berturut-turut dari tertinggi adalah biaya kandang 67,79%, biaya peralatan 24,48%, gudang 6,61%, dan tendon air 1,11%.       Proporsi biaya variabel tertinggi pada kedua kelompok peternak adalah biaya pakan, biaya DOC, tenaga kerja, listrik, medicine dan bahan bakar. Proporsi biaya variabel pada kedua kelompok lebih dari 97 % dari total biaya. Rata-rata penerimaan yang diterima oleh peternak ayam pedaging yang menggunakan sistem close house lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang diterima oleh peternak ayam pedaging dengan sistem tradisional.       Pendapatan per periode produksi yang diterima oleh peternak ayam pedaging dengan sistem close house Rp34.323.888 lebih tinggi bila dibandingkan dengan peternak sistem tradisional Rp16.790.140. Demikian juga rasio antara penerimaan dengan biaya (R/C) bahwa pada usaha peternakan ayam pedaging dengan sistem close house lebih tinggi (1,16) bila dibandingkan dengan pada sistem tradisional (1,09). Secara keseluruhan penghasilan yang diterima sebesar Rp134.004.925 untuk kandang dengan sistem close house, dan Rp122.559.536,01 untuk kandang tradisional.Kata kunci: ayam broiler, sistem close house, sistem tradisional, penghasilan, pendapatan 
SKEMA OPTIMALISASI RESPON TRANSFER EMBRIO SAPI : ANALISIS DESKRIPTIF MANAJEMEN KELOMPOK TERNAK DONOR DAN RESIPIEN Citopartusi Margaluna Purnama Tjahyani; Soegeng Herijanto; Yanita Mutiaraning Viastika
Media Peternakan Vol 23, No 2 (2021): Media Peternakan
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.08 KB)

Abstract

Optimalisasi keberhasilan program Transfer Embrio (TE) dapat diupayakan dengan manajemen ternak donor dan resipien melalui rangkaian kegiatan primer; sehingga responsif terhadap perlakuan superovulasi dan dapat digunakan untuk TE. Menurut Tuti (1997) PGF2a dapat meningkatkan kualitas korpus luteum (CL) pada hewan yang mempunyai intensitas estrus rendah (83%), di bawah kondisi alamiah; Kualitas CL meningkat pada 14 dari 18 sapi (77%) yang memiliki kualitas CL kurang baik dibawah kondisi normalnya. Dengan demikian, deteksi kualitas CL tujuh hari setelah estrus disamping pengamatan intensitas estrus adalah penting untuk mempersiapkan resipien TE. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa respon sinkronisasi estrus dapat distimulasi dengan injeksi PGF2a satu kali, atau dua kali dengan interval 11 - 12 hari; Respon superovulasi adalah optimum jika dimulai pada hari ke-9 dengan injeksi tunggal PMSG, atau injeksi berulang maupun tunggal FSH selama empat hari berturut-turut hingga hari ke-12 dari siklus estrus sapi karena berlangsung di dalam stadium bifase. Pada stadium bifase biasanya tumbuh folikel-folikel dominan yang tidak pernah berovulasi sehingga akan berdegenerasi dan menjadi folikel-folikel atresi. Selanjutnya, inseminasi buatan (IB) dilakukan pada hari ke-14 dari siklus estrus, tanpa pengamatan estrus (jika injeksi PGF2a dua kali masing-masing satu dosis) dan dengan pengamatan estrus (jika injeksi PGF2a satu kali dengan satu dosis). Kata kunci : superovulasi dan TE, optimalisasi manajemen, sapi, donor, resipien Abstract Optimizing the success of the Embryo Transfer (ET) program can be pursued by managing donor and recipient livestock through a series of primary activities; so it will be responsive to superovulation treatment and can be used for ET. According to Tuti (1997) PGF2a could improve the quality of the corpus luteum (CL) in animals that have low estrus intensity (83%), under natural conditions; CL quality improved in 14 of the 18 cows (77%) that had poor CL quality under normal conditions. Thus, detection of CL quality seven days after estrus in addition to observing the intensity of estrus was important for preparing ET recipients. Based on the results of the descriptive analysis, it is known that the estrus synchronization response can be stimulated by injection of PGF2a once, or twice with an interval of 11 - 12 days; The superovulatory response was optimum when started on day 9 with a single injection of PMSG, or repeated nor single injection of FSH during four consecutive days until day 12 of the bovine estrus cycle because it took place in the biphase stage. In the biphase stage, dominant follicles that never ovulate will usually degenerate and become atretic follicles. Furthermore, artificial insemination (AI) was performed on day 14 of the estrus cycle, without observation of estrus (if PGF2a injection was twice with one dose of each) and with observation of estrus (if PGF2a injection was once with one dose). Keywords : superovulation & ET, optimization of management, cattle,donor, recipient