Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KARAKTERISTIK INFRASTRUKTUR RUMAH SUSUN DI KOTA YOGYAKARTA Kajian Terhadap Kenyamanan Penggunaan Infrastruktur Bangunan Mulyandari, Hestin; Pamungkas, Luhur Sapto
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 18, No 2 (2016): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v18i2.7479

Abstract

Infrastructure of flats is an important of building, that researchers would analyzed of flats infrastructure existing in the city of Yogyakarta, such as flat of Juminahan, Cokrodirjan and Rogoyudan. This study aims to analyze the infrastructure of three public apartments in Yogyakarta, based on the advantages and disadvantages of physical discomfort and un-safety of public apartment’s users. The analysis resulted some conclusions, such as (1) the material of infrastructure access to the building is adequate, but has dangerous ramp, (2) water infrastructure is adequate, (3) pipe of sewage  is leaking, there are no sewage treatment, (4) Electrical Infrastructure is not good because the location of the electrical panel located on the outside of the building so prone to damage and the electricity network funneled into the building through the shaft and with the cable tray distributed throughout the room, (5) Condition of Fire Protections are much damaged, (6) The symbols of evacuation route path is incomplete, (7) Infrastructure of garbage disposal is not managed properly so that uncomfortable, (8) Lightning rod is adequate. Advantages and disadvantages of such infrastructure of public apartment may effect the users comfort, and this research will be useful for the next infrastructure planning. Kebutuhan Infrastruktur bangunan rumah susun menjadi hal penting. Sebelum merencanakan inovasi infrastruktur rumah susun di Kotamadya Yogyakarta, peneliti menganalisa kondisi eksisting infrastruktur dari tiga rumah susun sewa (rusunawa) di Kota Yogyakarta, yaitu dari karakteristik infrastruktur di Rusunawa Juminahan, Cokrodirjan dan Rogoyudan. Penelitian ini bertujuan menganalisa infrastruktur tiga rusunawa di Kotamadya Yogyakarta menurut keunggulan dan kelemahan fisik, ketidaknyamanan dan ketidakamanan pengguna rusunawa. Hasil analisa infrastruktur dari tiga rusunawa tersebut yaitu (1) material akses ke bangunan memadai, dan kemiringan ramp curam, (2) infrastruktur air bersih memadai, (3) infrastruktur air kotor, banyak pipa yang bocor, tidak terdapat pengolaha limbah, (4) Infrastruktur elektrikal tidak memadai karena letak panel listrik terdapat di luar bangunan sehingga rawan dengan kerusakan, (5) Kondisi sistem penanggulangan bahaya kebakaran banyak yang rusak, peralatannya hilang, (6) Jalur evakuasi tidak memadai karena simbol jalur evakuasinya tidak lengkap, (7) Infrastruktur persampahan shaft sampah dan penampungan sampah tidak dikelola dengan baik sehingga sampah berceceran dan menimbulkan bau yang tidak nyaman, (8) Penangkal petir cukup memadai sehingga bangunan aman terhadap petir. Analisa karakteristik tersebut berpengaruh terhadap kenyamanan penghuni rusunawa, dan dapat digunakan pada perencanaan infrastruktur rumah susun yang akan datang.
PERAN KONTEKSTUALITAS KAWASAN DALAM DESAIN TOURISM INFORMATION CENTER BOROBUDUR MAGELANG Kirana, Wibisono Adi; Pamungkas, Luhur Sapto
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.17854

Abstract

Abstract: Magelang is a district in Central Java. Magelang has many tourist attractions, including natural and cultural tourism and temples. Therefore, many foreign and local tourists visit Magelang. The number of tourists coming to Magelang from 2013 to 2017 experienced a significant increase. One of the tourists’ favorite destinations was Borobudur Temple in 2017. Thus, tourists who visit need an information place to facilitate tourism information, give them new and broad insights, and provide them with up-to-date information. The Tourism Information Center itself is already available in Borobudur, Magelang, and has some rooms to support activities. However, some functions of the rooms have problems of inadequacy, so that visitors are reluctant to come there. The contextual architecture approach is used because the site area is near the tourist area of Borobudur Temple, so that the contextual architecture approach is very appropriate to apply. The concept of the mass composition which tells the composition of the Borobudur master stupa is applied and the materials identical to Borobudur Temple are also used as well. The landscape concept from the history of Borobudur Temple which used to be a lake is applied into several ponds, so that the Tourism Information Center has an identity in the area as a means of tourism information.Keywords: Borobudur, Contextual Architecture, Magelang, Redesign, Tourism Information Center. Abstrak: Magelang merupakan sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Magelang mempunyai banyak tempat wisata, baik wisata alam, budaya, serta candi.  Sehingga banyak wisatawan asing maupun lokal yang berkunjung ke Magelang. Diagram wisatawan yang datang ke Magelang dari tahun 2013 sampai 2017 mengalami peningkatan yang signifikan. Salah satu tujuan favorit wisatawan yaitu Candi Borobudur. Pada tahun 2017.Dengan demikian wisatawan yang berkunjung memerlukan tempat informasi untuk mempermudah informasi wisatawan, memberi wawasan baru dan luas terhadap wisatawan, memberikan informasi up date kepada wisatawan. Tourism Information Center. Tourism Information Center sendiri sudah tersedia di Borobudur Magelang, dan mempunyai beberapa ruang untuk menunjang kegiatan. Namun dari beberapa fungsi ruang mempunyai permasalahan yang dianggap kurang layak, sehingga pengunjung enggan untuk datang ke sini. Pendekatan arsitektur kontekstual digunakan karena area site berada di dekat kawasan wisata Candi Borobudur, sehingga pendekatan arsitektur kontekstual sangat layak digunakan. Konsep gubahan masa yang menceritakan gubahan stupa induk borobudur diterapkan, material yang identik dengan Candi Borobudur juga digunakan pula. Pengambilan konsep lanskap dari sejarah Candi Borobudur yang dulunya danau diterapkan menjadi beberapa kolam. Sehingga Tourism Information Center ini mempunyai identitas pada kawasan sebagai sarana informasi turis.Kata Kunci: Arsitektur Kontekstual, Borobudur, Magelang, Redesain,  Tourism Information Center
PENGKONDISIAN TERMAL PADA BANGUNAN SEKOLAH DI INDONESIA Pamungkas, Luhur Sapto; Suryabrata, Jatmika Adi
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA) Vol 3, No 2 (2020): September (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan)
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/juara.v3i2.1308

Abstract

Penelitian ini adalah sebuah pengkajian literatur berdasarkan sejumlah penelitian empiris tentang kondisi termal bangunan sekolah SD, SMP, dan SMU khususnya di Indonesia. Bangunan sekolah di daerah iklim tropis secara umum tidak di desain secara khusus untuk memperoleh kenyamanan termal. Bangunan sekolah sejauh ini hanya difokuskan pada asas pemenuhan kebutuhan fungsional saja meskipun kenyamanan termal sangat dibutuhkan oleh siswa. Rata-rata siswa sekolah pada daerah beriklim tropis memiliki toleransi yang tinggi terhadap termal antara 1ºC hingga 12ºC atau berada di atas ukuran termal standar (24ºC - 26ºC). Namun demikian, sebagian besar siswa tetap menyatakan sensasi termal yang panas dan tetap mengharapkan suhu ruang dapat diturunkan. Untuk itu bangunan sekolah tentu diperlukan strategi pengendalian termal yang juga akan didiskuiskan dalam makalah ini.
PENERAPAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE ARCHITECTURE) PADA PERANCANGAN TAMAN BUDAYA DI KABUPATEN SLEMAN Rakhmadani Agung Kurniawan; Luhur Sapto Pamungkas
Jurnal Arsitektur GRID Vol 2, No 1 (2020): Juni
Publisher : Program Studi Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52429/grid.v2i1.379

Abstract

Sleman adalah sebuah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Salah satu yang terkenal dari kabupaten Sleman adalah budayanya. Kabupaten Sleman memiliki beragam budaya, dari budaya adat tradisi, seni tari, pertunjukan wayang kulit, dimana budaya-budaya tersebut perlu untuk di lestarikan agar dapat terus ada dan dapat dinikmati generasi selanjutnya. Akan tetapi, sarana dan prasarana di kabupaten sleman belum cukup untuk mewadai aktifitas budaya yang ada, untuk itu perlunya dibuat taman budaya sleman dengan konsep arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) agar memberikan makna kebudayaan yang berkelanjutan, budaya yang terus- menerus dan tidak terputus. Penerapan konteks bangunan dengan konsep sustainable architecture juga memberikan kesan yang nyaman dan bertujuan untuk pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin. Penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim, pembangunan yang menghemat energi dan penggunaan material bangunan yang mudah di dapat yaitu batu bata, batu dan bambu.
DESAIN PARAMETRIK PADA PERANCANGAN DESAIN STUDI BENTUK BANGUNAN BERTINGKAT BANYAK Hendro Trieddiantoro Putro; Luhur Sapto Pamungkas
NALARs Vol 18, No 2 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 2 Juli 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.18.2.153-158

Abstract

ABSTRAK. Melalui penelitian ini, peneliti menggunakan metode Desain Parametrik untuk studi bentuk bangunan bertingkat banyak. Rhinoceros dan Grasshopper digunakan sebagai alat studi bentuk bangunan bertingkat banyak. Desain parametrik dilakukan dengan parameter, yaitu berupa bentuk lantai dasar, jumlah lantai, ketebalan lantai, jarak antar lantai, derajat putar, dan olah bentuk. Eksperimen ditunjukkan dengan jumlah alternatif yang dihasilkan dari mengolah nilai parameter. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran proses mendesain bangunan berlantai banyak menggunakan metode desain parametrik. Hasil penelitian menunjukkan kreativitas dalam mengolah bentuk dasar menjadi bentuk bangunan bertingkat banyak.Kata kunci: Desain Parametrik, Software Rhinoceros dan Grasshopper, Bangunan Bertingkat Banyak ABSTRACT. The researcher has used the Parametric Design method to do form studies of a multi-story building. The Rhinoceros and Grasshopper software have been used as a design tool.  Design parameters were ground floor shapes, number of floors, the thickness of the story, the distance between levels, degree of rotation, and graph mapper. The experimental results are indicated by the number of alternatives generated from processing parameter values. The purpose of this study is to get a description of the process of designing many-story buildings using parametric design methods. The results of the study showed that creativity in processing basic forms into multi-story buildings. Keywords: Parametric Design, Rhinoceros and Grasshopper Software, Multi-storey Buildings
LOCAL WISDOM ARSITEKTUR TRADISIONAL DAN KENYAMANAN TERMAL TROPIS Luhur Sapto Pamungkas; Ikaputra Ikaputra
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 4, No 2 (2020): Jurnal arsitektur ARCADE Juli 2020
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.044 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v4i2.350

Abstract

Abstract: Thermal in buildings are always interesting to discuss, especially in tropical climate countries, more in related to the traditional architecture that many are around us today. This study aims to present the actual information related to the thermal comfort of traditional buildings in current conditions. This research tries to prove public opinion which still believes that traditional buildings are always comfortable and able to survive with the existing climate conditions. The method used is literature review on the results of research in journals that discuss the thermal comfort of traditional buildings in Indonesia. Some previous studies have claimed that traditional architecture has been design in such a way as to compromise climate conditions. However, recent research trends show that traditional architecture is no longer able to maintain thermal comfort, so design intervention is absolutely necessary. Thermal discomfort is influenced by tropical climate pressures that tend to be very hot, changes in the environment, buidling system, materials, design, and orientation of the building.Keyword: Traditional Architecture, Thermal, Local Wisdom, Tropical ClimateAbstrak: Termal bangunan akan selalu menarik dibahas khususnya pada negara iklim tropis, terlebih dikaitkan dengan arsitektur tradisional yang masih bertahan di sekitar kita saat ini. Penelitian ini bertujuan menyajikan informasi aktual terkait kenyamanan termal bangunan tradisional saat ini. Upaya membuktikan pendapat umum yang masih beranggaoan bahwa bangunan tradisional selalu nyaman dan mampu bertahan dengan kondisi iklim yang ada. Metode yang digunakan adalah tinjauan pustaka pada hasi-hasil penelitian di jurnal yang membahas tentang kenyamanan termal bangunan tradisional di Indonesia. Beberapa waktu sebelumnya banyak penelitian yang mengklaim bahwa arsitektur tradisional telah dikonsepkan sedemikian rupa untuk bertahan terhadap iklim. Akan tetapi tren penelitian terbaru memperlihatkan bahwa arsitektur tradisional sebenarnya sudah tidak lagi mampu mempertahankan kenyamanan termal, sehingga intervensi desain mutlak diperlukan. Ketidaknyamanan termal dipengaruhi oleh tekanan iklim tropis yang cenderung sangat panas, perubahan lingkungan di sekitar, sistem bangunan, material, desain, dan orientasi bangunan.Kata Kunci: Arsitektur Tradisional, Kenyamanan Termal, Kearifan lokal, Iklim Tropis.
Determining Sustanaibility Of Urban Settlement In The Center Of City Yogyakarta Indonesia Pamungkas, Luhur Sapto; Kusumawanto, Arif; Dharoko, Atyanto
International Journal of Science, Technology & Management Vol. 3 No. 6 (2022): November 2022
Publisher : Publisher Cv. Inara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46729/ijstm.v3i6.647

Abstract

Urban settlements where urban areas in Indonesia are known as urban villages are one of the distinctive characters of cities in Indonesia, especially in Java. Many urban villages are threatened with sustainability due to the impact of urban development. This research is one of the research models that examines the sustainability of urban villages in Yogyakarta, call it 'kampung kota'. Measurement of sustainability is carried out both from qualitative aspects, namely socio-economic observations, as well as quantitative aspects by measuring the value of Floor Area Ratio (FAR), Energy Consumption Intensity, and Mobility which consists of walkability and bikeability. The conclusion is that urban village life in Yogyakarta currently still has a good level of sustainability, for example in the FAR aspect which is still safe, and the level of mobility is walkable and bikeable. However, the life of the urban village faces a threat of sustainability with the intensity of energy consumption being quite wasteful and several socioeconomic aspects such as environmental conditions, government support, economic stability, and community initiatives. To be able to maintain the sustainability of a number of development efforts are needed to maintain the urban village so that it can remain sustainable.
Floor Area Ratio (FAR) and Sustainable Urban Living Observing Data Using Urban Modeling Interface (UMI) Case Yogyakarta Indonesia Pamungkas, Luhur Sapto; Kusumawanto, Arif; Marsoyo, Agam
International Journal of Science, Technology & Management Vol. 4 No. 5 (2023): September 2023
Publisher : Publisher Cv. Inara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46729/ijstm.v4i5.922

Abstract

Floor area ratio (FAR) is a measurement, expressed as a decimal, that describes the total amount of usable floor space in a building compared to the size of the lot that the building is on. FAR using by building planner to maintain development standards and guide or restrict the development of local communities. In many cases FAR is an element of sustainability in urban environments so that residents are able to survive in a limited land environment. The FAR value is set locally by the local government. This research was conducted in one of block area of the urban in the center city of Yogyakarta, namely Malioboro. The measurement results with the urban modeling interface (UMI) software show that urban living in this area has a FAR value below the existing reference standard of 4.00. Averarge FAR is 1.125. This means that the formations of urban living still very suitable for habitation. It could be that the FAR value of 4 is a long-term orientation to maintain the quality quality of urban living dan sustainability.
LOCAL WISDOM ARSITEKTUR TRADISIONAL DAN KENYAMANAN TERMAL TROPIS Pamungkas, Luhur Sapto; Ikaputra, Ikaputra
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 4 No 2 (2020): Jurnal arsitektur ARCADE Juli 2020
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Thermal in buildings are always interesting to discuss, especially in tropical climate countries, more in related to the traditional architecture that many are around us today. This study aims to present the actual information related to the thermal comfort of traditional buildings in current conditions. This research tries to prove public opinion which still believes that traditional buildings are always comfortable and able to survive with the existing climate conditions. The method used is literature review on the results of research in journals that discuss the thermal comfort of traditional buildings in Indonesia. Some previous studies have claimed that traditional architecture has been design in such a way as to compromise climate conditions. However, recent research trends show that traditional architecture is no longer able to maintain thermal comfort, so design intervention is absolutely necessary. Thermal discomfort is influenced by tropical climate pressures that tend to be very hot, changes in the environment, buidling system, materials, design, and orientation of the building.Keyword: Traditional Architecture, Thermal, Local Wisdom, Tropical ClimateAbstrak: Termal bangunan akan selalu menarik dibahas khususnya pada negara iklim tropis, terlebih dikaitkan dengan arsitektur tradisional yang masih bertahan di sekitar kita saat ini. Penelitian ini bertujuan menyajikan informasi aktual terkait kenyamanan termal bangunan tradisional saat ini. Upaya membuktikan pendapat umum yang masih beranggaoan bahwa bangunan tradisional selalu nyaman dan mampu bertahan dengan kondisi iklim yang ada. Metode yang digunakan adalah tinjauan pustaka pada hasi-hasil penelitian di jurnal yang membahas tentang kenyamanan termal bangunan tradisional di Indonesia. Beberapa waktu sebelumnya banyak penelitian yang mengklaim bahwa arsitektur tradisional telah dikonsepkan sedemikian rupa untuk bertahan terhadap iklim. Akan tetapi tren penelitian terbaru memperlihatkan bahwa arsitektur tradisional sebenarnya sudah tidak lagi mampu mempertahankan kenyamanan termal, sehingga intervensi desain mutlak diperlukan. Ketidaknyamanan termal dipengaruhi oleh tekanan iklim tropis yang cenderung sangat panas, perubahan lingkungan di sekitar, sistem bangunan, material, desain, dan orientasi bangunan.Kata Kunci: Arsitektur Tradisional, Kenyamanan Termal, Kearifan lokal, Iklim Tropis.