Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

PENGEMBANGAN KONSEP PARIWISATA SUNGAI BERBASIS MASYARAKAT ; Studi Kasus: Kawasan Bantaran Sungai Gadjah Wong Yogyakarta Tisnawati, Endah; Ratriningsih, Desrina
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 5 (2017): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1476.595 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i5.1293

Abstract

Abstract: Gajah Wong River is one of three rivers that pass through the city of Yogyakarta in the east, the length is 20 km. This river entered the city of Yogyakarta through the District Umbulharjo and Kotagede District. Gajah Wong riverside region has great potential as a river tourism area. This paper describes the effort to develop the river area into a community-based tourism area. The method used is qualitative. As a result, the diversity of river attractions, access to the area, and community participation has the potential to increase the attractiveness of the riverside area as a riverside tourism area to create community welfare.Keywords: river tourism, community-basedAbstrak: Sungai Gajah Wong merupakan salah satu dari tiga sungai yang melintas di Kota Yogyakarta di bagian timur, panjangnya 20 km. Sungai ini menembus Kota Yogyakarta melalui Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Kotagede. Kawasan bantaran sungai Gajah Wong menyimpan potensi besar sebagai wisata sungai. Tulisan ini memaparkan upaya pengembangan kawasan sungai menjadi kawasan wisata berbasis masyarakat. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Hasilnya, keragaman aktraksi sungai, akses ke kawasan, dan partisipasi masyarakat berpotensi meningkatkan daya tarik kawasan sebagai kawasan wisata sungai untuk menciptakan kemakmuran masyarakat.Kata Kunci: wisata sungai, berbasis masyarakat.
THE TOURISM ELEMENT PRODUCT DEVELOPMENT OF SEMARANG OLD CITY BASED ON ATTRACTIVE URBAN HERITAGE APPROACH Meytasari, Cinthyaningtyas; Tisnawati, Endah
ARSITEKTURA Vol 16, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1042.365 KB) | DOI: 10.20961/arst.v16i1.20432

Abstract

The Old Town Semarang is a historical asset of the former Dutch East Indies colonial that is rich in tourism and science potential. The Old Town Semarang as a historical tourist attraction, divided into aspects of products, physical environment and the driving force of tourism elements. Each aspect has been possessed by The Old Town Semarang, but needs development in order to realize the Old Town Semarang as study center and attractive urban heritage tourism through the development of heritage products, and supported by elements of driving elements of tourism, such as government, private and community, through product studies and the driving force tourism, so that the Old Town Semarang can play a role in science regional tourism, even national, with the needs, tour / tour guides, and community, against the Old Town Semarang. Although in fact there are several inhibiting factors in realizing the Old City of Semarang as a historical tourist attraction.
STUDI POTENSI VERNAKULAR KAMPUNGNITIPRAYAN BANTUL SEBAGAI DASAR PERANCANGAN PUSAT SENI DAN BUDAYA agus wijaayadi; Endah Tisnawati
Jurnal Arsitektur GRID Vol 2, No 1 (2020): Juni
Publisher : Program Studi Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52429/grid.v2i1.372

Abstract

Kampung Nitiprayan merupakan salah satu area di Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara geografis memiliki posisi strategis, karena terletak tidak jauh dari beberapa kawasan yang berbasis budaya, misalnya Kasongan,Kraton Yogyakarta, tidak jauh dari tempat tinggal seniman kondang, sertadekat dengan kawasan pendidikan(Brontowiyono dan Lupiyanto, 2011). Walaupun memiliki potensi seni budaya yang sangat baik, tetapi saat ini Kampung Nitiprayan belum memiliki sebuah tempat berkesenian yang terpusat atau terpadu. Berbagai kegiatan kesenian masih diselenggarakan secara spontan dan sporadis,tersebar di wilayah kampung. Diperlukan sebuah tempat yang dapat menampung berbagai kegiatan seni budaya dalam sebuah fasilitas yang juga dapat digunakan sebagai tempat usaha produktif serta etalase informasi warga masyarakat. Banyaknya kegiatan seni dan budaya di Kampung Nitiprayan yang mendasari perancangan Pusat Seni dan Budaya di kawasan  tersebut, dengan tujuan memberi wadah  pusat kreatifitas, tempat berkarya, dan pertunjukan dari seniman lokal. Pemilihan  penerapan konsep vernakular didasari dari konteks lingkungan sosial, budaya dan sumber daya alam setempat yang memiliki ciri khas dan karakter berbeda dengan kampung lain di Yogyakarta.Naskah ilmiah ini akan membahas berbagai potensi vernakular yang menjadi ciri khas Kampung Nitiprayan. Penggalian data dilakukan menggunakan metode pengamatan lapangan dan wawancara. Data yang terkumpul kemudian disusun berdasar tema-tema berbasis arsitektur vernakular. Pada akhirnya, hasil analisis ini digunakan menjadi dasar perencanaan Gedung Pusat Seni dan Budaya di Kampung Nitiprayan. Hasil rancangan tetap mempertahankan ciri khas Kampung Nitiprayan sebagai kampung seni yang bernuansa tradisional dan menyatu dengan alam. Desain yang dihasilkan tetap menerapkan bentuk-bentuk dengan unsur-unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat, diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural, seperti pada tata letak ruang dalam denah, pemilihan sistem struktur, detail-detail bagian bangunan, dan ornamen (baik ornament pada bangunan maupun ornamen yang terdapat pada elemen lansekap).
PENERAPAN NILAI-NILAI REGIONALISME ARSITEKTUR PADA BANGUNAN PUSAT INFORMASI WISATA KABUPATEN CILACAP Meiga Permata Novia Putri; Endah Tisnawati; Setiawan Ardyanto
Jurnal Arsitektur GRID Vol 2, No 1 (2020): Juni
Publisher : Program Studi Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52429/grid.v2i1.376

Abstract

Pusat Informasi Wisata merupakan perancangan bangunan yang diharapkan mampu memberikan informasi dan promosi bagi wisatawan domestik dan mancanegara sekaligus dapat memberikan peningkatan dalam sektor perekonomian masyarakat (Permen Pariwisata RINo.3 Tahun 2018). Pusat Informasi Wisata dibutuhkan untuk penyaluran informasi wisata dan menjadikan kota yang aktraktif yang dapat mefasilitasi masyarakat serta wisatawan. Pertumbuhan wisatawan dan obyek wisata di Kabupaten Cilacap dalam 3 (tiga) tahun terakhir membawa dampak signifikan bagi pertumbuhan pendapatan daerah.Sementara saat ini belum terdapat fasilitas sarana pusat informasi wisata di Kabupaten Cilacap.Perancangan Pusat Informasi Wisata di Kabupaten Cilacap dengan penerapan nilai-nilai Regionalisme Arsitektur bertujuan untuk menyatukan konsep masa depan dan konsep tradisional, dapat menjadikan peluang pengembangan citra atau ciri khas baru. Regionalisme aristektur menekankan pada perancangan yang merepon iklim, pola budaya atau perilaku dan ikenografis atau simbol. Tampilan bangunan menampilkan kekhasan mengeluarkan identitas formal dan simbolik ke dalam bentuk kreatif dalam menentukan bentuk, pola tata massa tampilan bangunan dan material bangunan.
STRATEGI PENGEMBANGAN EKO-WISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KAMPUNG WISATA REJOWINANGUN Endah Tisnawati; Dita Ayu Rani Natalia; Desrina Ratriningsih; Angling Randhiko Putro; Wiliarto Wirasmoyo; Henry P. Brotoatmodjo; Adwiyah Asyifa’
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 15, No 1 (2019): Mei
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.68 KB) | DOI: 10.21831/inersia.v15i1.24859

Abstract

ABSTRACTCommunity-based ecotourism is one of the efforts of rural development through the tourism sector, which not only presents natural tourism resources, but also contributes to environmental conservation, and the community as the main controller in its development. Rejowinangun Tourism Village is a village with a lot of potential and began to be developed as an ecotourism area, but still has many problems, both from the environmental aspects, management aspects, to aspects of human resources, so that tourism activities in the region have not developed. Therefore, a study is needed to analyze the potentials of community-based ecotourism development in Rejowinangun Tourism Village, and to achieve these objectives, an analysis is conducted on all aspects, namely analysis on aspects of tourist objects and attractions,social aspects, management aspects, up to aspects of organizing community empowerment. In collecting data, the method used is community participatory. In this method the community is the central focus and the ultimate goal of the activity, citizen participation will increase citizens' self-esteem and the ability to be able to participate in the mission concerning the community and village. Citizen participation will foster an environment that is conducive to increasing environmental potential and community growth. Keywords: Community-Based Ecotourism, Ecotourism, Rejowinangun Tourism Village  ABSTRAKEkowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan pedesaan melalui sektor pariwisata,  yang  tidak  hanya menyuguhkan sumber  daya  wisata  yang  masih  alami,  namun  juga  berkontibusi terhadap konservasi lingkungan, dan masyarakat  sebagai pengendali utama dalam pengembangannya. Kampung Wisata Rejowinangun  merupakan  kampung dengan banyak potensi  dan mulai  dikembangkan  sebagai  kawasan  ekowisata,  namun  masih  memiliki  banyak  permasalahan,  baik  dari aspek  lingkungan,  aspek  pengelolaan,  hingga  aspek  sumberdaya  manusia,  sehingga  aktivitas  wisata  di kawasan tersebut belum berkembang. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menganalisis potensi-potensi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat  di Kampung Wisata Rejowinangun, dan untuk  mencapai tujuan tersebut,  dilakukan  analisis  pada  semua  aspek,  yaitu  analisis  pada  aspek  objek  dan  daya  tarik  wisata,  aspek kemasyarakatan,  aspek  pengelolaan,  hingga  aspek  penyelenggaraan  pemberdayaan  masyarakat.  Dalam pengumpulan data, metode  yang  digunakan  adalah  partisipatoris masyarakat. Di dalam metode ini masyarakat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir kegiatan, partisipasi warga akan meningkatkan harga diri warga dan kemampuan untuk dapat turut serta dalam keutusan yang menyangkut masyarakat dan kampung. Partisipasi warga dapat menumbuhkan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan potensi lingkungan dan pertumbuhan masyarakat.Kata kunci: Ekowisata Berbasis Masyarakat, Ekowisata, Kampung Wisata Rejowinangun
STATUS DAN PERAN MALIOBORO MALL SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KAWASAN MALIOBORO YOGYAKARTA Muhammad Arief Kurniawan; Endah Tisnawati; Elsa Yuliza
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 14, No 1 (2018): Mei
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.131 KB) | DOI: 10.21831/inersia.v14i1.19496

Abstract

ABSTRACT Shopping Mall is a popular shopping tourism now. Malioboro Mall is the only one Shopping Mall in Malioboro Area, a well-known tourist shopping street area for domestic and foreign tourist in Yogyakarta. This research aims to know the status and role of Malioboro Mall as shopping tourism object in Malioboro Area. The method in this research is inductive qualitative. The instruments for collecting the data are documents, questionnaire and interview. The questionnaire is given to the visitor of Malioboro Mall and Malioboro Area to know their perception of Malioboro Mall and Malioboro Area. The interview is done to the management of Malioboro Mall and the resident who lives around the Mall. Status means condition or situation. There is three status of Malioboro Mall, from the architecture, property, and as the shopping tourism object. Architecture status means the reason tourist visit Malioboro Area because the architecture of Malioboro Mall is interesting. Property status means Malioboro Mall just a shopping facility for tourist, status as shopping tourism object means Malioboro Mall become the main destination for tourist in Malioboro Area. Research finding that status as property is dominant than others. The role of Malioboro Mall, is its support, not support or disturb the development of shopping tourism in Malioboro. Research finding Malioboro Mall have a role in support tourism in Malioboro Area, but there is some factor that has to be improved like parking  facility in Malioboro Mall and Malioboro Area, the price of product in Malioboro Mall is still expensive and souvenir need more complete, variation and cheap too attract the tourist in Malioboro Mall. Keywords: Malioboro Area, Malioboro Mall, Shopping Mall, Tourism object. ABSTRAKShopping Mall adalah bentuk wisata belanja popular pada saat ini. Malioboro Mall adalah satu-satunya Shopping Mall yang berada di Malioboro, sebuah kawasan wisata belanja yang sudah dkenal wisatawan domestik dan mancanegara. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui status dan peran Malioboro Mall sebagai objek wisata belanja di Kawasan Malioboro. Metode Kajian yang digunakan adalah induktif kualitatif. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah dokumen, kuisioner dan interview. Kuisioner dilakukan terhadap pengunjung Malioboro Mall maupun yang datang di Kawasan Malioboro, untuk melihat persepsi mereka mengenai Malioboro Mall maupun Kawasan Malioboro. Sedangkan interview dilakukan terhadap pengelola Malioboro Mall dan penduduk setempat di sekitar Malioboro Mall. Status berarti suatu kondisi atau situasi. Status Malioboro Mall ada tiga yaitu status Malioboro Mall dilihat dari segi arsitekturnya, properti dan sebagai obyek wisata belanja. Status arsitektur berarti wisatawan datang ke Malioboro Mall karena arsitektur Malioboro Mall yang menarik, status properti berarti Malioboro Mall hanya sebagai fasilitas perbelanjaan bagi wisatawan, status sebagai obyek wisata belanja berarti Malioboro Mall menjadi tujuan utama wisatawan ketika pergi ke Kawasan Malioboro. Hasil analisa ditemukan bahwa status properti adalah status yang paling dominan diantara ketiga status tersebut. Dari sisi peran, Malioboro Mall dapat dianggap sebagai elemen pendukung, bukan sebagai elemen pendukung atau justru malah mengganggu pariwisata di Malioboro. Hasil Kajian menyimpulkan bahwa peran Malioboro Mall mendukung pariwisata di Kawasan Malioboro. Namun ada beberapa faktor yang perlu diperbaiki seperti fasilitas parkir dan kualitas sirkulasi lalu lintas di Kawasan Malioboro, serta perbaikan harga produk dan variasi produk cinderamata di Malioboro Mall. Kata kunci: Kawasan Malioboro, Malioboro Mall, Shopping Mall, Wisata belanja.
STATUS DAN PERAN MALIOBORO MALL SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KAWASAN MALIOBORO YOGYAKARTA Muhammad Arief Kurniawan; Endah Tisnawati; Elsa Yuliza
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 14, No 1 (2018): Mei
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.131 KB) | DOI: 10.21831/inersia.v14i1.19496

Abstract

ABSTRACT Shopping Mall is a popular shopping tourism now. Malioboro Mall is the only one Shopping Mall in Malioboro Area, a well-known tourist shopping street area for domestic and foreign tourist in Yogyakarta. This research aims to know the status and role of Malioboro Mall as shopping tourism object in Malioboro Area. The method in this research is inductive qualitative. The instruments for collecting the data are documents, questionnaire and interview. The questionnaire is given to the visitor of Malioboro Mall and Malioboro Area to know their perception of Malioboro Mall and Malioboro Area. The interview is done to the management of Malioboro Mall and the resident who lives around the Mall. Status means condition or situation. There is three status of Malioboro Mall, from the architecture, property, and as the shopping tourism object. Architecture status means the reason tourist visit Malioboro Area because the architecture of Malioboro Mall is interesting. Property status means Malioboro Mall just a shopping facility for tourist, status as shopping tourism object means Malioboro Mall become the main destination for tourist in Malioboro Area. Research finding that status as property is dominant than others. The role of Malioboro Mall, is its support, not support or disturb the development of shopping tourism in Malioboro. Research finding Malioboro Mall have a role in support tourism in Malioboro Area, but there is some factor that has to be improved like parking  facility in Malioboro Mall and Malioboro Area, the price of product in Malioboro Mall is still expensive and souvenir need more complete, variation and cheap too attract the tourist in Malioboro Mall. Keywords: Malioboro Area, Malioboro Mall, Shopping Mall, Tourism object. ABSTRAKShopping Mall adalah bentuk wisata belanja popular pada saat ini. Malioboro Mall adalah satu-satunya Shopping Mall yang berada di Malioboro, sebuah kawasan wisata belanja yang sudah dkenal wisatawan domestik dan mancanegara. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui status dan peran Malioboro Mall sebagai objek wisata belanja di Kawasan Malioboro. Metode Kajian yang digunakan adalah induktif kualitatif. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah dokumen, kuisioner dan interview. Kuisioner dilakukan terhadap pengunjung Malioboro Mall maupun yang datang di Kawasan Malioboro, untuk melihat persepsi mereka mengenai Malioboro Mall maupun Kawasan Malioboro. Sedangkan interview dilakukan terhadap pengelola Malioboro Mall dan penduduk setempat di sekitar Malioboro Mall. Status berarti suatu kondisi atau situasi. Status Malioboro Mall ada tiga yaitu status Malioboro Mall dilihat dari segi arsitekturnya, properti dan sebagai obyek wisata belanja. Status arsitektur berarti wisatawan datang ke Malioboro Mall karena arsitektur Malioboro Mall yang menarik, status properti berarti Malioboro Mall hanya sebagai fasilitas perbelanjaan bagi wisatawan, status sebagai obyek wisata belanja berarti Malioboro Mall menjadi tujuan utama wisatawan ketika pergi ke Kawasan Malioboro. Hasil analisa ditemukan bahwa status properti adalah status yang paling dominan diantara ketiga status tersebut. Dari sisi peran, Malioboro Mall dapat dianggap sebagai elemen pendukung, bukan sebagai elemen pendukung atau justru malah mengganggu pariwisata di Malioboro. Hasil Kajian menyimpulkan bahwa peran Malioboro Mall mendukung pariwisata di Kawasan Malioboro. Namun ada beberapa faktor yang perlu diperbaiki seperti fasilitas parkir dan kualitas sirkulasi lalu lintas di Kawasan Malioboro, serta perbaikan harga produk dan variasi produk cinderamata di Malioboro Mall. Kata kunci: Kawasan Malioboro, Malioboro Mall, Shopping Mall, Wisata belanja.
EVALUASI PURNA HUNI DI PERUMAHAN CONDONGCATUR DITINJAU DARI ASPEK PENGGUNAAN DAN PERUBAHAAN RUANG Dita Ayu Rani Natalia; Endah Tisnawati
NALARs Vol 18, No 1 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 1 Januari 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.18.1.35-44

Abstract

ABSTRAK. Perumahan merupakan hunian massal yang bersifat komoditi dengan bentuk bangunan yang tipikal dan dibangun untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat. Bangunan akan mengalami perubahan ketika tidak dapat memenuhi kebutuhan penghuni atau mengalami kerusakan. Proses atau cara yang digunakan oleh penghuni atau pengguna untuk melakukan perubahan pada bangunan untuk mencapai kenyamanan dan kebutuhan pengguna adalah berbeda-beda. Hubungan antara pengguna lingkungan hunian yang terbangun dengan perilaku penghuni tersebut menyebabkan adanya upaya evaluasi untuk mengetahui keterkaitan pengguna bangunan terhadap performa bangunan termasuk fasilitas dan fungsinya. Proses evaluasi untuk penggunaan bangunan dalam mencapai hal tersebut disebut dengan Evaluasi Pasca Huni (EPH). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek-aspek Evaluasi Purna Huni yang terjadi di Perumahan Condongcatur dari aspek Evaluasi Purna Huni yang terkait dengan penggunaan dan perubahan ruang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualititaif dengan analisis Post Occupancy Evaluation (POE) atau Evaluasi Purna Huni (EPH). Hasil penelitian yang telah dilakukan menujukkan bahwa adanya perubahan fungsi pada bangunan sebagai ruang usaha maupun ruang lain. Acara komunitas juga mempengaruhi penggunaan dan perubahan ruang. Perubahan pada bangunan dilakukan secara horisontal maupun vertikal dengan adanya penambahan konstruksi. Faktor yang mempengaruhi penggunaan dan perubahan ruang disebabkan adanya perkembangan kawasan, kebutuhan ruang, penambahan anggota keluarga serta keamanan dan keselamatan bangunan. Kata kunci: evaluasi purna huni, perumahan, ruang ABSTRACT. Housing is a commodity mass residences that have a typical building and is built to meet residential needs for the community. Buildings will experience changes when they cannot meet the needs of residents or are damaged. The method used by residents or users to make changes to the building to achieve user comfort and needs are different. The relationship between the user of the residential built environment and the behavior of the occupants led to an evaluation effort to determine the relationship of building’s users to the performance of the building including its facilities and functions. The evaluation process for building’s use in achieving this is called the Post-Occupational Evaluation (EPH). This study aims to identify aspects of the Post-Occupational Evaluation that occur in Condongcatur Housing from the Post Evaluation aspect related to space use and change. The research method used is qualitative with the Post-Occupancy Evaluation (POE) analysis. The results of the research show that there is a change in the function of the building as a business space or other space. Community events also affect the use and replace the space. Changes in buildings are carried out horizontally and vertically with the addition of construction. Factors that influence the use and modification of space are due to the development of the area, space requirements, the acquisition of family members and the security and safety of buildings. Keywords: post-occupational evaluation, housing, space
PERANCANGAN RUANG EKSPRESI REMAJA PADA GELANGGANG REMAJA DI YOGYAKARTA Muhammad Johar Nehru; Endah Tisnawati; Setiawan Ardyanto
PURWARUPA Jurnal Arsitektur Vol 3, No 4 (2019): Purwarupa Vol 3 No 4 September 2019
Publisher : Arsitektur UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2476.626 KB)

Abstract

Remaja merupakan masa dimana seseorang sedang mencari identias diri, masa tersebut berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan psikis. Remaja mempunyai sifat yang cenderung menggebu-gebu dan mempunyai tingkat emosi yang tinggi. Sifat-sifat tersebut adakalanya baik dan buruk. Kenakalan remaja yang terjadi saat ini merupakan sifat buruk dari remaja yang diluapkan kedalam suatu aktifitas yang negatif. Tetapi sifat positif yang terluapkan dari remaja dapat terlihat pada prestasi dan hobi yang mampu memberikan rasa percaya diri dalam berekspresi. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis. Rancangan Ekspresi remaja pada prinsipnya mengarah pada ruang-ruang yang tersedia pada bangunan baik ruang luar maupun ruang dalam.
TELAAH POTENSI KAMPUNG SEBAGAI DASAR PERANCANGAN PUSAT KEBUDAYAAN KAMPUNG PANDEYAN Arti Setyawati; Endah Tisnawati
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 4 No. 2 (2018): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5725.049 KB) | DOI: 10.21460/atrium.v4i2.21

Abstract

Title: The Study of Kampung’s Strenght as the Basis for Cultural Center Design at Kampung Pandeyan Yogyakarta is a province with various privileges. Yogyakarta has a lot of history both physical history and non-physical history. Many people know Yogyakarta as a cultural city and student city. Cultural diversity in Yogyakarta is one of the tourist attractions. Travelers not only visit tourist attractions and historical heritage buildings but also are interested in following a cultural atmosphere that is not found elsewhere and is different from the daily lives of tourists. The increasing interest of tourists in knowing the culture in the village is not matched by accommodating facilities. There is still a lack of space for people and artists to appreciating art and culture while educating citizens of the community, so there needs to be a cultural center that serves to appreciate works of art and culture. Pandeyan village has now developed into a village that has begun to be known for its diversity of artistic and cultural potential. An overview of the diverse potential of the village is the basis of design. This scientific paper will discuss the various potentials of the village which are used as the basis for planning a cultural center in Pandeyan Village. The village's cultural center itself is a discourse that wants to be reviewed as a specific function that differs from the center of culture in general. The problem that will be described is how is the design of the Pandeyan village cultural center based on the potential of the village? The design results of this design are designing the cultural center of Pandeyan Village as a facility for the surrounding community in preserving existing art and cultural attractions. The concept is expected to be applied to the form and order of mass composition, the relationship of spaces (both inner and outer space), and the application of ornaments to the elements of inner and outer space.