Mohammad Iqbal Mabruri, Mohammad Iqbal
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP CRAVING PADA MANTAN PENGGUNA NARKOBA Maksum, Muhammad Fuad; Mabruri, Mohammad Iqbal
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 8, No 3 (2016): November 2016
Publisher : Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Masalah narkoba dan penyalahgunaannya telah menjadi suatu ancaman bagi masyarakat Indonesia. Kecanduan narkoba menyebabkan pecandu mengalami ketergantungan, sehingga pada saat pecandu berhenti menggunakan narkoba akan muncul keinginan untuk menggunakan narkoba lagi (craving). Dukungan sosial menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan mantan penguna narkoba, karena sejatinya manusia tidak mungkin lepas dari manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap craving pada mantan pengguna narkoba. Populasi penelitian ini adalah mantan pengguna narkoba yang menjadi pasien di Panti Rehabilitasi Rumah Damai, Gunung Pati, Semarang.Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh atau teknik total sampling.Karakteristik subjek penelitian adalah mantan pengguna narkoba.Populasi n = 42 dan taraf signifikansi 5%.Analisis data menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil analisis didapatkan nilai rxy = - 0,265> rtabel = - 1,737dengan p = 0,001 atau p < 0,05 sehingga Ha diterima. Berarti ada pengaruh negatif antara dukungan sosial keluarga terhadap craving pada mantan pengguna narkoba.Semakin tinggi dukungan sosial keluarga semakin rendah craving dan sebaliknya.Besarnya pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap craving pada mantan pengguna narkoba dilihat dari koefisien determinasi (R square) yaitu sebesar 0,070. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga memberikan sumbangan efektif terhadap ketidakmunculan craving sebesar 7%, sedangkan sisanya sebesar 93% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.Abstract. The drug problem and its misuse has become a threat to the people of Indonesia. Drug addiction caused the addict addicted, so that when addicts stop using drugs would appear the desire to use drugs again (craving). Social support becomes very important in the life of a former drug user, because a true human being can not be separated from other human in meeting the needs of his life.The purpose of this study was to determine whether there is influence of family social support to the craving to former drug users.The study population was a former drug user who was a patient at the Rehabilitation Rumah Damai, Gunung Pati, Semarang. The sampling technique using sampling techniques saturated or total sampling technique. Characteristics of the study subjects were former drug users. Population n = 42 and a significance level of 5%.Analysis of data using simple regression analysis with SPSS version 16.0 for Windows. The analysis results obtained value of r xy = - 0.265> rtabel = - 1.737, p = 0.001 or p <0.05 so that Ha is accepted. Means no negative influence between family social support to craving in former drug users. The higher the lower the family social support craving and vice versa. The magnitude of the influence of family social support to former drug users craving the views of the coefficient of determination (R square) is equal to 0.070. This suggests that social support families contribute effectively to the disappearance craving by 7%, while the remaining 93% is the influence of other factors that are not revealed in this study.
HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TANGGUH DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KORBAN BENCANA ALAM DI YOGYAKARTA Mabruri, Mohammad Iqbal
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 1, No 2 (2009): Juli 2009
Publisher : Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study is to know the correlation between hardiness and religious with psychological well-being of the survivor of natural disaster at DIY. There are hypothesis of this study : 1- there are positive correlation between hardiness and religious with psychological well being of the survivor of natural disaster at DIY. 2- the are positive correlation between hardiness and psychological well-being of survivor of natural disaster at DIY. 3- there are positive ceorrelation between religious with psychological well-being of survivor of natural disaster at DIY. The subject of the research were 108 persons whom are being in Segoroyoso village, Pleret of Bantul. The survivor of natural disaster in Bantul include male an female, whom are about 25-65 years old and were Moslem. Every subject was given three scales ; the hardiness scale, religious scale, and psychological well being scale. This study use quantitative methode and regression analysis was used as a statistical data. The result show that : 1-there is a correlation and highly significant between harviness anv religious with psychological well-being of the survivor of natural disaster at Diy (r= 0,308 and p<0,001) and hardiness and religious contributes 9,5%. 2-there is a positive correlation and higly signifant between hardiness with psychological well-being (r=3,307 and p<0,01). 3-there is no correlation between religious with psychological well-being of survivor of natural disaster at DIY (r=0,09 and p<0,01). It turns out that the quantitative data analyzing enriched of this research. Trough the various description, it could be valuable contribution for the study of psychological well being of the survivor of natural disaster at DIY. 
SUBJECTIVE WELL-BEING PADA LANSIA DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL Indriyani, Sofa; Mabruri, Moh. Iqbal; Purwanto, Edy
Developmental and Clinical Psychology Vol 3 No 1 (2014)
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status tempat tinggal terhadap Subjective well-being pada lansia. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif korelasional. Subyek pada penelitian ini berjumlah 59 orang lansia yang terdiri dari 29 orang lansia yang tinggal di panti dan 30 orang lansia yang tinggal di rumah. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Penelitian ini menggunakan skala penelitian yaitu skala Subjective well-being sebanyak 33 item. Metode analisis data yang digunakan tehnik statistik uji non parametrik U Mann-Whitney yang dikerjakan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Subjective well-being (SWB) lansia yang tinggal bersama keluarga lebih baik dari pada lansia yang tinggal di panti. Hasil analisis menunjukkan U mann-whitney sebesar 209,000 dan probabilitas (p) sebesar 0,001. Karena p<0,05 (p=0,000 < 0,05) maka Ho diterima, atau ada perbedaan antara subjective well-being pada Lansia yang tinggal di rumah dan yang tinggal di panti. This research aims to determine the effect of residential status on Subjective well-being in the elderly. The research was a quantitative correlation. The subjects in this research amounted to 59 elderly people, including 29 elderly people living at home and 30 elderly people living at home. The sampling technique used in this study is purposive sampling. The research uses the research scale is a scale Subjective well-being as much as 33 items. Methods of data analysis used non-parametric statistical techniques test Mann-Whitney U were done with SPSS 16.0 for Windows. The results showed that the Subjective well-being (SWB) of elderly living with family is better than the elderly living at home. The analysis showed Mann-Whitney U was 209,000 and the probability (p) of 0.001. Because p <0.05 (p = 0.000 <0.05) then Ho is accepted, or there is a difference between subjective well-being in the elderly living at home and living at home.
POSTPARTUM BLUES SYNDROME PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA Jayasima, Allades Monalisa; Deliana, Sri Maryati; Mabruri, Moh. Iqbal
Developmental and Clinical Psychology Vol 3 No 1 (2014)
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berusaha menggambarkan secara lebih jelas dan mendalam tentang bagaimana postpartum blues syndrome pada kelahiran anak pertama. Penelitian ini menggunakan metode wawancara (interview) dan observasi. Subjek pada penelitian ini yaitu dua orang ibu postpartum anak pertama. Penelitian ini penting karena postpartum blues syndrome dapat berkembang menjadi depresi postpartum bila tidak tertangani dengan baik, sedangkan postpartum blues syndrome biasanya dianggap sebagai hal wajar karena aktivitas hormon sementara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subjek mengalami postpartum blues yang kemunculannya disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang cenderung berperan dari kedua subjek adalah faktor latar belakang psikososial, dimana kedua subjek kurang mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat. Faktor lain yang juga mencolok, pada subjek pertama adalah faktor pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, dan pada subjek kedua merupakan faktor fisik. This study attempted to describe more clearly and deeply about how the postpartum blues syndrome at birth of the first child. This study uses interviews and observation method. Subjects in this study are two mothers after bearing first child. This study is important because postpartum blues syndrome can be postpartum depression if it is not good handled, and postpartum blues syndrome usually believed as a natural condition because of several horon activity. The results of this study indicate that the two mothers experiencing postpartum syndrome its apparition because of some factor. Factors that give an impact from the two subject are the psychosocial factor, where both subjek getting less of support from closest people. The other factor which also strike, at the first subject is the experience of bearing and pregnancy process, and at the second subject are physical factor.
CINDERELLA KOMPLEKS PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Hapsari, Anisa Dwi; Mabruri, Moh. Iqbal; Hendriyani, Rulita
Developmental and Clinical Psychology Vol 3 No 1 (2014)
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian yang dianggap penting bagi kehidupan manusia dalam kaitannya dengan dunia sekitar. Faktanya, tidak semua perempuan dapat mandiri karena mengalami ketergantungan, takut mandiri, serta mempunyai keinginan yang mendalam untuk dirawat dan dilindungi oleh orang lain. Fenomena ketakutan akan kemandirian ini dikenal dengan istilah cinderella complex. Cinderella complex pada mahasiswi adalah ketergantungan secara psikologis yang ditunjukkan dengan adanya keinginan yang kuat untuk dirawat dan dilindungi orang lain terutama laki-laki. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sample. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 160 orang, yaitu mahasiswi Universitas Negeri Semarang yang sedang menempuh pendidikan Diploma atau Sarjana yang berumur 16-25 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah angket ciri-ciri cinderella complex dan skala cinderella complex. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa cinderella complex pada mahasiswi di Universitas Negeri Semarang berada pada kategori sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa ketakutan akan kemandirian yang dialami oleh mahasiswi di Universitas Negeri Semarang tidak terlalu berat. Aspek cinderella complex yang paling menonjol pada mahasiswi di Universitas Negeri Semarang yaitu mengharap pengarahan orang lain dan yang tidak menonjol yaitu tergantung kepada orang lain. Self-reliance is one element of personality that are considered essential for human in relation to the world. In fact, not all women can be independent because of a dependency, fear of self, and having a deep desire to be cared and protected by others. The phenomenon of fear of independence is known as the Cinderella complex. Cinderella complex on female college student is psychological dependence which indicated by a strong desire to be cared and protected by others, especially a men. This research is descriptive quantitative research. The sampling technique use purposive sample. Subjects in this research is 160 people, in Semarang State University student currently studying a Diploma or Bachelor aged 16-25 years old. Data collection tool used was a questionnaire characteristics cinderella complex and cinderella complex scale. The results obtained showed that the cinderella complex at Semarang State University student is in the middle category. This indicates that the fear of independence experienced by the student at the Semarang State University is not too serious condition. Aspect that most prominent is expecting guidance of others and who have the not prominent is dependent on other people.
FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN ORIENTASI SEKSUAL (Studi Kasus Pada Lesbian) Marthilda, Dhea; Mabruri, Moh. Iqbal; Hendriyani, Rulita
Developmental and Clinical Psychology Vol 3 No 1 (2014)
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang memilih orientasi seksual lesbian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus, dengan subjek dua wanita dewasa yang menjadi lesbian. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi lesbian adalah faktor ekonomi, faktor lingkungan sosial, memandang hubungan heteroseksual sebagai hubungan yang tidak menyenangkan, adanya trauma dimasa lalu saat menjalin hubungan dengan pria, dan pernah mengalami pelecehan seksual. This study aims to explain the factors that cause a person choose a lesbian sexual orientation. This research is a qualitative case study, the subject of two adult women who become lesbians. The results showed that the factors that affect a persons being a lesbian is a factor of economic, social environmental factors, view heterosexual relationships as an unpleasant relationship, past trauma while in a relationship with a man, and had experienced sexual harassment.
EFEKTIVITAS MEDITASI TRANSENDENTAL UNTUK MENURUNKAN STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI Pramudhanti, Hevalia; Mabruri, Moh. Iqbal
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 2 (2017): Juli 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i2.11607

Abstract

Abstrak. Penyakit hipertensi dan stres saling berkaitan. Stres akan membuat penderita hipertensi berpikir telalu berat dan memiliki emosi tidak stabil yang dapat memperburuk kondisi penderita hipertensi. Karena itu perlu treatment yang dapat menurunkan stres dan tekanan darah, mengingat jumlah penderita hipertensi tinggi. Meditasi transendental merupakan salah satu terapi dalam menurunkan stres, yang digunakan untuk perawatan hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian meditasi transendental dapat menurunkan stres pada penderita hipertensi. Penelitian eksperimen ini menggunakan desain One Group Pretest-Postest yang dilakukan terhadap 9 subjek. Perlakuan yang diberikan berupa meditasi transendental dan selama perlakuan subjek tidak diperbolehkan mengonsumsi obat medis. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres dengan validitas antara 0,001 sampai 0,41 dan reliabilitas sebesar 0,893, juga sphygnomanometer untuk mengukur tekanan darah pada subjek yang dilakukan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Analisis data penelitian ini menggunakan teknik mann-whitney yang dibantu oleh software analisis data statistik. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan mean antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Mean sebelum diberi perlakuan sebesar 14,00 dan mean setelah diberi perlakuan sebesar 5,00, dan diperoleh nilai Z sebesar -3,591 dengan taraf signifikansi 0,000. Maka hipótesis meditasi transendental efektif untuk menurunkan stres pada penderita hipertensi diterima. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan meditasi transendental dapat menurunkan stres sehingga disarankan penderita hipertensi untuk melakukan meditasi transendental dalam membantu penurunan stres. Kata kunci : Hipertensi, Stres dan Meditasi Transendental  Abstract. Hypertension disease and stress related to each other. Stress will make the hypertension sufferers are thinking too much and have unstable emotions which can aggravate the condition of hypertension sufferers. Therefore need treatment that can reduce stress and blood pressure, considering the high number of the hypertension sufferers. Transcendental meditation is one of the therapies to reducing stress, which is used for the treatment of hypertension. This research aims to find out whether the granting of transcendental meditation can reduce stress in hypertension sufferers. This experimental research design using One Group Pretest-Postest committed against 9 subjects. The treatment is given in the form of transcendental meditation and during treatment, the subject is not allowed to consume medical drugs. Measuring instrument used in this research is the stress scale with validity between 0.001 to 0.41 and reliability of 0.893, also sphygnomanometer to measure the blood pressure in subjects which performed before treatment and after treatment. The analysis of the data research is using the mann-whitney techniques which is assisted by statistical data analysis software. The research results showed there is a difference in the mean between before and after being given the treatment. The mean before being given treatment equal to 14,00 and the mean after being given the treatment equal 5,00, Obtained the Z value of -3,591 with a significance level 0.000. Which means, the hypothesis of transcendental meditation is effective to reduce stress in hypertension sufferers accepted. Based on the results of the research, it can be concluded that the transcendental meditation can reduce stress, so that the hypertension sufferers are advised to do transcendental meditation to help reduce stress. Keywords: Hypertension, Stress and Transcendental Meditation
Hubungan Emotion Focused Coping dengan Game Online Addcition pada Remaja di Game Centre Bagian Semarang Barat dan Selatan Pranitika, Medya; Hendriyani, Rulita; Mabruri, Moh. Iqbal
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 6, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v6i1.11911

Abstract

Abstrak. Remaja merupakan usia bermasalah, mengalami banyak masalah yang sulit diatasi, sifat emosional mendominasi kemampuannya dalam menghadapi masalah. Masalah yang terjadi memicu timbulnya stres. Pengalihan stres merupakan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan emotion focused coping, salah satu bentuk pengalihan stres tersebut adalah bermain game online. Bentuk perilaku bermain game online yang dilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan perilaku kecanduan.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara emotion focused coping (X) dengan game online addiction (Y) pada remaja di game centre bagian Semarang Barat dan Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Populasi penelitian adalah remaja yang bermain game online di game centre bagian Semarang Barat dan Selatan, dengan sampel berjumlah 100 orang. Teknik sampling menggunakan incidental sampling. yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang secara kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009: 85). Data penelitian diambil menggunakan skala emotion focused coping dan skala game online addiction. Skala emotion focused coping terdiri dari 44 item yang memiliki koefisien rix, antara 0,214 sampai dengan 0,571 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,878. Skala game online addiction terdiri dari 44 aitem yang memiliki koefisien rix, antara 0,198 sampai dengan 0,627 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,902. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product Momet. Hasil diperoleh nilai r = -0,206 dengan p = 0,040 dimana p < 0,05. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara emotion focused coping dengan game online addiction pada remaja di game centre bagian Semarang Barat dan Selatan. Emotion focused coping pada subyek pada kriteria rendah, yaitu sebesar 51%. Game online addiction pada subyek berada pada kriteria tinggi, yaitu sebesar 60%. Hal ini mengindikasikan sebagian remaja di game centre bagian Semarang Barat dan Selatan mengalami kecanduan bermain game online. Kata Kunci : Emotion Focused Coping, Game Online Addiction, Remaja   Abstract. Teenagers are troubled age in which adolescents experience a lot of problems and difficult to overcome, emotional nature of his ability to dominate in the face of problems. Problems that occur lead to stress. The transfer of stress is a problem-solving strategy to use emotion focused coping, a form of transfer of such stress is to play games online. Forms of online gaming behavior conducted continuously will cause addictive behavior. The purpose of this study was to investigate the relationship between emotion focused coping (X) with online gaming addiction (Y) in adolescents in the game center and south western parts of Semarang. This study is a quantitative correlation. The population in this study is that adolescents playing online games on game center and parts of the South West Semarang, with a sample of 100 people. The sampling technique used is incidental sampling. Sampling technique that is based on chance, anyone who by chance or incidental met by the researcher can be used as a sample, if it is deemed the person who by chance found it suitable as a source of data (Sugiyono, 2009: 85). The data were taken using emotion focused coping scale and the scale of online gaming addiction. Emotion focused coping scale consists of 44 items that have rix coefficient, between 0.214 to 0.571 and a reliability coefficient of 0.878. Online game addiction scale consists of 44 aitem rix coefficient, between 0.198 to 0.627 and a reliability coefficient of 0.902. The data analysis technique used is the correlation Product momet. The results obtained with the value of r = -0.206 p = 0.040 where p <0.05. The results of this study indicate that there is a relationship between emotion focused coping with online game addiction among adolescents in the game center and south western parts of Semarang. Emotion focused coping in subjects on a low criterion, ie by 51%. Online game addiction on the subject is at a high criterion, ie by 60%. This indicates some teenagers in the game center and southern part of West Semarang online gaming addiction. Key Words : Emotion Focused Coping, Game Online Addiction, Teenagers
PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES KERJA KARYAWAN PT. OTO MULTIARTHA ACCOUNTING Wulandari, Lestari; Mabruri, Moh. Iqbal
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 4, No 2 (2012): Juli 2012
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v4i2.13335

Abstract

Abstrak. Stres kerja merupakan reaksi negatif dalam diri seseorang dari adanya kondisi disekitar lingkungan kerja yang dapat dilihat secara biopsikososial. Stres kerja yang dialami oleh karyawan dapat mengganggu baik secara psikologis, fisiologis, maupun perilaku. Salah satu cara agar stres kerja yang dialami karyawan dapat menurun adalah dengan menggunakan musik klasik. Musik klasik adalah musik yang sebagian besar dimainkan dengan menggunakan alat musik senar, memiliki lebih dari satu tempo pada satu lagu yang ditransfomnasikan secara neurologis sehingga dinilai dapat berfluktuasi dalam susana hati dan memberikan perasaan damai, terhibur serta dapat menyembuhkan. Diharapkan musik klasik dapat menurunkan stres kerja yang dimiliki karyawan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian musik klasik terhadap tingkat stres kerja karyawan. Subjek penelitian ini adalah karyawan PT. Oto Multiartha bagian Accounting yang berjumlah 20 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain eksperimen non-randomized pretest-posttest control group design. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan jumlah masing-masing kelompok yaitu 10 subjek tanpa randomisasi. Pengambilan data menngunakan skala stress kerja dengan tingkat reliabilitas sebesar 0,949 dan jumlah aitem yang valid sebanyak 40 aitem. Analisis data menggunakan uji Non Parametric Wilcoxon dan Mann-Whitney.Hasil analisis data yang diperoleh yaitu t= 0,000 artinya terdapat perbedaan tingkat stres kerja karyawan PT Oo Muliartha bagian Accounting pada kedua kelompok tersebut. Tingkat stres kerja karyawan kelompok eksperimen menurun setelah mendengarkan musik klasik dengan rata-rata gain value sebesar 15,50 sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan musik klasik mendapatkan nilai rata-rata gain value sebesar 5,5.Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian musik klasik berpengaruh terhadap penurunan tingkat stres kerja karyawan PT Oto Multiartha bagian Accounting. Oelh karena itu, pemberian musik klasik dapat diadakan secara rutin sebagai pengiring karyawan dalam bekerja. Hal ini dilakukan sebagai sarana untuk mengurangi gejala-gejala stres kerja baik secara psikis, fisiologis, dan perilaku, yang dapat menghambat kinerja karyawan.Kata Kunci: musik klasik; stres kerja Abstract. Job stress is a negative reaction in the one of the condition surrounding the work environment can be viewed in a biopsychosocial. Work stress experienced by employees can impair both the psychological, physiological, and behavioral. One way to work stress experienced b employees can be reduced is to use classical music. Classical music is music that is played mostly with the use of stringed instruments, have more than song at a tempo that transformed neurological so assessed may fluctuate in mood and give a sense of peace, comfort and cure. Classical music is expected to reduce job stress that employees have.            This study aims to determine the effect of giving classical music on employee stress levels. The subject of this study were employees of PT. Oto Multiartha Accounting section numbering 20 people. The research was carried out using non-randomized experimental design pretest-posttest control group design. Subjects were divided into two groups namely experimental group and control group, with each group of 10 subjects without randomization. Retrieval of data using a scale of job stress with the reliability level of 0,949 and a valid number as many as 40 item. Analysis of data using non-parametric Wilcoxon test Mann-Whitney.            The analysis of data obtained by the t= 0.000 means that there are different levels of employee stress PT Oto Multiartha Accounting section in both groups. Employee stress levels decreased after the experimental group listened to classical music with an average gain value of 15.50, while in the control group not given classical music to get the average value of the gain value of 5.5.            Based on the research results can be concluded that administration of classical music influence on employees’ stress levels decrease in PT Oto Multiartha Accounting section. Therefore, the provision of classical music can be held on regular basis as staff accompanist in the works. This is done as a means to reduce the symptoms of job stress, both psychological, physiological, and behavioral, that may hinder the performance of the employee.
TERAPI HOLISTIK SEBAGAI MODEL PENANGANAN SKIZOFRENIA (Studi Kasus di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta) Wulandari, Kristiana Puspita; Hendriyani, Rulita; Mabruri, Moh. Iqbal
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 7, No 1 (2015): Maret 2015
Publisher : Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Terapi Holistik di GPSY merupakan terapi yang digunakan untuk menangani skizofrenia secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan secara medis, fisik, psikis, rohani, sosial dan keluarga. Penanganan skizofrenia tersebut memiliki prosentase kekambuhan lebih kecil dibandingkan prevalensi kekambuhan skizofrenia dengan penanganan menggunakan model terapi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus eksplanatoris. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi (catatan lapangan), dan dokumentasi. Hasil Penelitian yang diperoleh yaitu: Terapi Holistik terdiri dari beberapa jenis terapi, berupa; Terapi Medis, Terapi Rohani, Terapi Sosial, Home Care, Home Visit dan Konseling Keluarga; Terapi Holistik mampu memulihkan skizofrenia karena meningkatkan kesadaran diri (self awareness), self suggestion dan resiliensi, ketrampilan sosial, kebermaknaan hidup (meaningfulness of life), dan dukungan keluarga. Kata Kunci: Terapi Holistik; SkizofreniaAbstract. Terapi Holistik in GPSY is a therapy used to treat schizophrenia with the comprehensively approach in the medical, physical, psychological, spiritual, social and family. The treatment of schizophrenia has a smaller percentage of recurrence compared the prevalence of schizophrenia relapse with treatment with other therapies. The goal of this research is to determine the treatment of schizophrenia by using a Terapi Holistik that is performed in GPSY.This study includes qualitative research with explanatory case study research design. Data collection techniques used were interviews, observation (field notes), and documentation.The result of this research obtained: Terapi Holistik consists of several types of therapy, such as; Medical Therapy, Spiritual Therapy, Social Therapy, Home Care, Home Visit and Family Counseling; Terapi Holistik is able to recover schizophrenia because it enhances self-awareness, self-suggestion and resilience, social skills, meaningfulness of life and family support.Keywords: Holistic Therapy; Schizophrenia