Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perancangan Aplikasi Digital Farming Untuk Menentukan Replanting Tanaman Kelapa Sawit Menggunakan Metode TOPSIS Dan SAW Muslimin B; Suci Ramadhani; Suswanto Suswanto; Yunike Andrayani; Puput Misliyana; Medi Taruk
Jurnal Rekayasa Teknologi Informasi (JURTI) Vol 7, No 1 (2023): Jurnal Rekayasa Teknologi Informasi (JURTI)
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jurti.v7i1.9264

Abstract

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian unggul wilayah Kalimantan Timur yang menghasilkan minyak maupun bahan bakar. Perkembangan dan efektifitas produksi hasil panen tanaman kelapa sawit dipengaruhi beberapa faktor seperti pemeliharaan, pemupukan, kualitas bibit unggul, identifikasi penyakit dan hama. Pengelolaan dan produktivitas lahan perkebunan secara terus menerus maka dibutuhkan proses penanaman kembali tanaman yang kurang produktif. Replanting merupakan teknik peremajaan tanaman kelapa sawit yang kurang produktif menggunakan parameter dan kriteria penilaian. Penelitian ini bertujuan untuk merancang aplikasi digital farming untuk menentukan kelayakan tanaman kelapa sawit yang dapat dilakukan replanting. Aplikasi digital farming merupakan teknologi informasi dan komunikasi(TIK) berbasis cerdas yang dapat menentukan tanaman yang layak untuk di replanting. Manfaat replanting adalah untuk pemenuhan regenerasi tanaman baru kelapa sawit pada suatu kebun yang khususnya di kelola oleh petani. Penelitian ini menerapkan pemodelan/algoritma perbandingan metode Topsis dan SAW dengan berbasis web. Metode Topsis dan SAW merupakan salah satu teknik pengukuran objek tanaman berdasarkan kepentingan kriteria, evaluasi alternatif penilaian, kalkulasi matrik, sehingga menghasilkan rangking tanaman yang layak dilakukan proses replanting. Perbandingan metode Topsis dan SAW dapat mengukur tingkat akurasi keputusan berdasarkan data yang dikelola dan di analisis pakar pertanian. Perbandingan model dan implementasi aplikasi digital farming maka dapat membantu petani pakar pertanian dalam melakukan evaluasi dan monitoring kelayakan tanaman kelapa sawit yang akan di replanting. Untuk jangka panjang maka dapat membantu petani meningkatkan produktivitas hasil panen serta ketersediaan tanaman dan lahan produktif.
Pendidikan Agama Islam Berbasis Moderasi dan Multikulturalisme: Kerangka Pedagogis untuk Mencegah Intoleransi di Era Globalisasi Suci Ramadhani; Aam Amaliatus Sholihah; Amalia Nur Aini
Healing: Health Education, Advocacy, and Learning Vol. 1 No. 2 (2025): Healing: Health Education, Advocacy, and Learning
Publisher : Healing: Health Education, Advocacy, and Learning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64093/healing.v1i2.806

Abstract

Indonesia sebagai negara multikultural menghadapi tantangan meningkatnya intoleransi, diskriminasi, dan perundungan berbasis identitas di lingkungan pendidikan. Data Puslitjakdikbud Kemendikbud (2017) dan survei Setara Institute (2023) menunjukkan adanya kecenderungan sikap eksklusif di kalangan pelajar, yang dipengaruhi pemahaman kebangsaan yang sempit, penanaman nilai agama yang eksklusif, serta faktor keluarga. Kajian ini menegaskan urgensi kerangka pedagogis integratif yang menggabungkan Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis moderasi beragama (wasathiyyah) dan pendidikan multikultural untuk membangun iklim sekolah yang dialogis, demokratis, dan inklusif. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Systematic Literature Review (SLR) mengikuti protokol PRISMA pada literatur tahun 2019 2025, dianalisis melalui content analysis tematik. Hasil sintesis menunjukkan bahwa integrasi nilai moderasi (komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, keterbukaan budaya) dan dimensi pendidikan multikultural efektif mendorong perubahan paradigma keagamaan peserta didik menuju lebih reflektif, inklusif, serta memperkuat empati sosial. Namun, implementasi masih terkendala resistensi ideologis, kapasitas guru, keterbatasan bahan ajar, dan tantangan literasi digital. Studi ini merekomendasikan penguatan kurikulum, pelatihan guru berkelanjutan, asesmen autentik afektif-sosial, serta kolaborasi sekolah keluarga komunitas untuk pencegahan intoleransi secara berkelanjutan.