Yoke Ayukarningsih, Yoke
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Routine hematology and blood sugar profile in premature infants with low birth weight at Dustira hospital in 2021 Triningtyas, Anastasia Yani; Ayukarningsih, Yoke; Ramdan, Deanita Savira
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 01 (2024): Jurnal eduHealt, Edition January - March, 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Premature babies are babies born at a gestational age of less than 37 weeks. Low birth weight babies (LBW) are babies born with a body weight of less than 2500 grams. Premature babies face various risks of morbidity and death after birth. Various health problems that arise occur because premature babies are born with organs that have not been fully formed, causing problems or disorders of the body's system. One of the problems that often occurs in premature infants is disorders of the hematological system. Some of the hematological disorders that often occur in premature infants include hemolysis, anemia, polycythemia and thrombocytopenia. . In addition, premature babies also have a limited supply and source of carbohydrate production for metabolism because the organs involved in metabolic processes such as the liver, pancreas, brain and endocrine glands are not yet fully formed. Therefore, premature babies are prone to experiencing hyperglycemia or hypoglycemia. This research is a type of quantitative descriptive research using secondary data originating from medical records to determine hematological examinations in premature infants with LBW babies at Dustira Hospital in 2021 which consists of examination of hemoglobin, hematocrit, erythrocytes, leukocytes, platelets, erythrocyte index values and blood sugar. when. Sampling used the total sampling method with a sample size in this study taken based on data on premature babies with low birth weight at Dustira Hospital in 2021, totaling 38 babies. An overview of hemoglobin, platelet levels, erythrocyte index values and blood sugar during the study subjects most of these have normal values while others have decreased values of erythrocytes, leukocytes, hematocrit. Further research was carried out to identify the etiology and risk factors for premature birth defects with LBW starting from intrauterine as well as extraluterine and differentiate between sick premature babies and healthy premature babies.
STUNTING: EARLY DETECTION WITH ANTHROPOMETRIC MEASUREMENTS AND MANAGEMENT Ayukarningsih, Yoke; Sa’adah, Hindun; Alif Kusmayadi, Mulya; Ramadhan, M.Zidan
Journal of Health and Dental Sciences Vol. 4 No. 1 (2024): Journal of Health and Dental Sciences
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Unjani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting is a condition of short stature in which the length or height of the body is not appropriate for the age when compared to the growth curve. Stunting is also known as a condition of failed growth in children (body and brain growth) caused by long-term malnutrition related to low socioeconomic status, poor maternal nutrition and health, history of recurrent illness, and inappropriate infant and child feeding practices. One way to detect initial stunting is through anthropometric measurements. Early detection prevents stunting with periodic measurements of weight and height according to age, which can help prevent and manage stunting. This research method is a literature review. Literature searches use online databases such as Google Scholar, including PubMed, DOAJ, and GARUDA, for articles published in the last ten years. Keywords related to the theme are applied during the article search process. A total of 14 articles or journals were selected as study materials. The results of the literature review explain the epidemiology, aetiology, risk factors, anthropometric measurements, and prevention of stunting in children. In conclusion, early detection through anthropometric measurements can prevent stunting and ensure more optimal management. DOI : 10.54052/jhds.v4n1.p91-104
HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN SERUM DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA PASIEN ANAK TALASEMIA β MAYOR DI RUMAH SAKIT DUSTIRA Ayukarningsih, Yoke; Sa'adah, Hindun; Kusmayadi, Mulya Alif
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7 No 4 (2024): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Talasemia merupakan gangguan pembentukan hemoglobin atau suatu sindrom kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin. Pasien talasemia membutuhkan transfusi darah seumur hidup untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Pemberian transfusi berulang dapat menyebabkan risiko kelebihan zat besi. Salah satu indikator dalam mengetahui jumlah zat besi melalui pemeriksaan kadar feritin. Tingginya kadar feritin dapat meningkatkan risiko kondisi stunting. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kadar feritin serum dengan kejadian stunting pada pasien anak talasemia β mayor. Metode penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Subjek penelitian yang berjumlah 31 pasien anak talasemia β mayor di RS Dustira Cimahi Indonesia dengan teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Data penelitian didapatkan melalui wawancara mengenai lama diagnosis pasien juga pengukuran langsung untuk mengetahui tinggi badan dan lingkar lengan atas (LiLA), sedangkan data usia, jenis kelamin, frekuensi transfusi darah, dan kadar feritin didapatkan dari rekam medik pasien. Data dianalisis dengan uji chi-square dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan pasien laki-laki memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasien perempuan. Seluruh responden telah melakukan transfusi darah >20 kali dengan mayoritas lama diagnosis 11-12 tahun. Rerata kadar feritin dari seluruh responden sebesar 6457,74 ng/mL. Mayoritas pasien termasuk ke dalam kategori gizi kurang sebanyak 21 orang dan 20 orang termasuk ke dalam kategori stunting. Terdapat hubungan antara kadar feritin serum dengan kejadian stunting pada pasien anak talasemia β mayor (p =0,020) dengan nilai uji korelasi Pearson r= 0,417. Dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang cukup kuat antara kadar feritin serum dan indeks TB/U. Hasil ini sejalan dengan teori bahwa peningkatan kadar feritin pada pasien talasemia dapat menyebabkan stunting. Kata kunci: anak, feritin, stunting, talasemia β mayor DOI : 10.35990/mk.v7n4.p341-351
KARAKTERISTIK HIPOSPADIA DI BAGIAN BEDAH ANAK RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG Rachmawati, Dinta; Ismael, Chaerul; Ayukarningsih, Yoke
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7 No 2 (2024): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Hipospadia merupakan kelainan kongenital saluran kemih yang disebabkan meatus uretra eksterna tidak terletak pada ujung penis, namun berada pada permukaan ventral penis. Tipe hipospadia berdasarkan letak meatus uretra eksterna yaitu letak anterior 50%, medial 20%, dan posterior 30%. Secara umum hipospadia terjadi satu dari 250 kelahiran bayi laki-laki, dan kejadiannya dapat terus meningkat. Pasien hipospadia posterior sering diikuti oleh chordee. Hipospadia hanya dapat dikoreksi dengan tindakan operasi, secara umum dapat dilakukan dengan satu kali operasi, namun pada beberapa kasus operasi harus dilakukan lebih dari satu kali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif pada 64 rekam medik di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tahun 2012-2014. Hasil Penelitian menunjukkan dari 64 pasien, 98,4% pasien hipospadia dibawa ke rumah sakit usia >18 bulan, kasus hipospadia terbanyak ditemukan adalah hipospadia posterior 49,0%. Chordee ditemukan pada 71,9% kasus, dan 78,1% kasus hanya dilakukan satu kali tindakan operasi. Kesimpulan penelitian ini yaitu dari 64 kasus hipospadia yang ditemukan, didapatkan hipospadia terbanyak adalah hipospadia posterior, pasien dilakukan pemeriksaan pada usia >18 bulan, dan banyak kasus hipospadia disertai chordee, serta dapat dikoreksi dengan satu kali operasi. Berdasarkan penelitian ini banyak pasien hipospadia terlambat dilakukan pemeriksaan. Keterlambatan dapat disebabkan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai hipospadia. Skrining hipospadia pada bayi baru lahir diharapkan dapat menjaring kasus hipospadia lebih dini sehingga dapat dilakukan penanganan lebih awal dan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi, terutama komplikasi psikologis. Kata kunci: chordee, hipospadia, operasi, tipe DOI : 10.35990/mk.v7n2.p156-166