Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Technical Evaluation of Leaves Composting in UPT Kompos Universitas Brawijaya Muktiningsih, Satwika Desantina; Wirosoedarmo, Ruslan; Sutan haji, Alexander Tunggul; Anugroho, Fajri; Sulianto, Akhmad Adi; Lusiana, Novia
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 17, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.871 KB)

Abstract

Besarnya kandungan sampah daun pada sampah yang dihasilkan di lingkungan UB memberikan peluang penanganan dengan pengomposan sebagai salah satu upaya daur ulang.   Tujuan penelitian ini adalah mengetahui teknis pengomposan sampah daun eksisting yang dilakukan di UPT Kompos UB dan menentukan karakteristik teknis yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan proses pengomposan. Metode penelitian yang dilakukan berdasarkan perlakuan eksisting di UPT. Kompos UB yaitu tumpukan sampah daun umur 2 - 3 bulan yang telah dilembabkan dengan perbedaan bahan campuran meliputi tetes tebu 10 mL dan EM4 20 mL (P1) serta tetes tebu 2 L dan fastdec 1 L/ton tumpukan (P2). Karakteristik pengujian diamati pada selama proses pengomposan dan produk kompos yaitu reduksi berat, pH, kadar air, rasio C/N, kadar P, kadar K dan suhu. Proses pengomposan sampah organik yang dilakukan di UPT. Kompos UB terdiri dari penumpukan sampah daun hingga 2 – 3 bulan, pencacahan, fermentasi, pengayakan dan pengemasan kompos. Lama proses pengomposan yang diperlukan di UPT. Kompos UB adalah 2,5 – 4 bulan. Karakteristik awal pengomposan yang belum sesuai untuk mencapai kondisi optimum adalah kadar air yaitu 4,7 % dan perbandingan C/N sebesar 17,3, sedangkan karakteristik akhir pematangan kompos yang belum memenuhi standar SNI adalah K yaitu 0,0032 % dan rasio C/N sebesar 9,33.
IDENTIFIKASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DAN TINGKAT PENCEMARAN AIR SUNGAI DI DAS BRANTAS HULU KOTA BATU Lusiana, Novia; Widiatmono, Bambang Rahadi; Anugroho, Fajri
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 18, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.282 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtp.2017.018.02.13

Abstract

ABSTRAKPerkembangan setiap sektor pembangunan akan membawa dampak negatif terhadap lingkungan, begitu juga dengan perkembangan sektor pertanian menjadi agroindustri. Salah satu dampak negatif dari perkembangan kegiatan pertanian adalah usaha intensifikasi pertanian melalui penggunaan pestisida yang berpotensi mencemari air sungai. Identifikasi terhadap kesesuaian penggunaan lahan pertanian serta tingkat pencemaran air sungai oleh penggunaan pestisida merupakan langkah awal dalam usaha menjaga sumberdaya alam akibat usaha intensifikasi pertanian. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari dua metode yaitu analisa spasial untuk kesesuaian penggunaan lahan pertanian dan indeks pencemaran untuk mendeskripsikan tingkat pencemaran air sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan yang sesuai dengan peruntukan pertanian (Kelas I dan II) di kota Batu sebesar 1333.54 ha atau 6.78%, hasil evaluasi kelas kemampuan lahan menunjukkan ketidaksesuaian penggunaan lahan kondisi saat ini sebesar 25.67% dan berdasarkan RTRW sebesar 32.05%. Peningkatan ketidaksesuaian penggunaan lahan juga diperoleh dari perkembangan sektor pertanian dimana luas lahan pertanian yang dialokasikan 3289.756 ha lebih dari luas lahan pertanian yang tersedia. Tingkat pencemaran air sungai DAS Brantas hulu kota Batu berada pada status pencemaran ringan sampa berat dengan indeks pencemaran terendah 0.92 (kondisi baik) berada di sumber Brantas dan tertinggi 245.39 pada sungai Ngujung, desa Pandanrejo. Usaha intensifikasi pertanian di kota Batu juga memiliki kontribusi terhadap penurunan kualitas air di DAS Brantas Hulu ABSTRACTDevelopment on each sector would gived negative effect for environment quality, such as agriculture development to be agroindustry. One of the negative effect of intensification effort through using of pesticide is donate contaminant to water. Identification of suitability agriculture landuse and water polution level by pesticide using is the one effort to save a resource from intensification agriculture efforts. The methods proposed are analysis spatial for determined of suitability agriculture landuse and contamination indeks for describe how far the water contamination. The result showed that the area where suitable for agriculture in Batu is 1333.54 ha or 6.78% and the evaluation result showed there is unsuitable landuse in existing condition is 25.67% from total area, and 32.05% for spatial planning condition. The increased of unsuitable landuse on spatial planning caused by agriculture sector development which the area for agriculture more larger than the land capability, planing for agriculture area is 3289.76 ha. Contamination level for water river in Brantas from good condition with IP value is 0.92 on Sumber Brantas and the highest level in Ngujung’s river with IP value is 245.39 with weight level status. Agriculture intensification efforts also have contribution to reduce water quality on the upper of Brantas
Pemetaan Distribusi Emisi Gas Karbon Dioksida (CO2) dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) pada Kota Blitar Sutanhaji, Alexander Tunggul; Anugroho, Fajri; Ramadhina, Putri Ghassani
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (936.295 KB) | DOI: 10.21776/ub.jsal.2018.005.01.5

Abstract

Pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang dipengaruhi konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Kota Blitar menjadi salah satu kota yang berpartisipasi dengan target pengurangan emisi GRK mencapai 11 persen pada tahun 2020. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui konsentrasi total dan persebaran emisi karbon dioksida di Kota Blitar, serta menganalisis berapa banyak emisi karbon dioksida yang harus dikurangi sampai tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang meliputi analisa spasial menggunakan software ArcMap 10.3. Data yang digunakan adalah data primer berupa survey dan data sekunder yang didapatkan melalui dinas pemerintahan dan badan terkait. Perhitungan emisi karbon dioksida (CO2) menggunakan pendekatan sektoral dengan tier 2, yaitu estimasi perhitungannya disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Inventarisasi emisi CO2 dibagi menjadi beberapa sektor, yaitu sektor domestik dan sektor transportasi. Hasil penelitian menunjukkan total emisi CO2di Kota Blitar pada tahun 2015 sebesar 114,443 kg.m-3 dengan penghasil terbesar dari sektor kendaraan yaitu 106,438 kg.m-3 mewakili 93 persen dari total emisi. Kelurahan yang memiliki konsentrasi karbon dioksida tertinggi adalah Kelurahan Kepanjenkidul sebesar 16,406 kg.m-3 dan konsentrasi terendah pada Kelurahan Tanggung sebesar 0,669 kg.m-3. Kota Blitar menargetkan pengurangan GRK sebanyak 11 persen dari total emisi karbon dioksida, yaitu sebesar 12,589 kg.m-3 sampai tahun 2020, terutama pada sektor tranportasi, dengan pengurangan operasi kendaraan bermotor, menggantikan bahan bakar solar menjadi bensin, dan pemakaian filter pada kendaraan.
Potensi Fitoremediasi Tanah Tercemar Timbal (Pb) Dengan Penambahan EDTA Menggunakan Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) Anugroho, Fajri; Kurniati, Evi; Effendi, Benedictus Alvin Pohan
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.361 KB) | DOI: 10.21776/ub.jsal.2020.007.01.1

Abstract

Logam Pb atau timbal merupakan logam yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan organisme lainnya. Salah satu metode pemulihan kualitas lingkungan yang dapat menstabilkan dan mentransformasi polutan yaitu fitoremediasi. Tanaman rumput raja (Pennisetum purpurhoides) berfungsi untuk meremediasi tanah tercemar Pb. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh variasi perlakuan pada pertumbuhan dan penyerapan logam pada tanaman. Dalam penelitian ini digunakan perlakuan dengan variasi kadar Pb sebesar 0 ppm, 100 ppm, dan 200 ppm dan penambahan EDTA sebesar 5 mmol selama 8 minggu. Variasi perlakuan cenderung tidak memberikan pengaruh nyata pada variabel banyak daun dan luas daun. Perlakuan memberikan pengaruh signifikan pada peningkatan hasil konsentrasi dan akumulasi tanaman, terutama pada bagian perakaran tanaman. Tanaman rumput raja memiliki nilai BCF (Bioconcentratioon Factor) 1.211 ketika dilakukan penambahan EDTA, dimana rumput raja termasuk dalam kategori tanaman akumulator logam berat. Nilai TF (Translocation Factor)  didapatkan kurang dari 1 sehingga tanaman rumput raja cenderung mengakumulasi logam berat yang diekstrak pada bagian perakaran.
Penurunan Kadar Fosfat Air Limbah Laundry Menggunakan Kolom Adsorpsi Media Granular Activated Carbon (GAC) Suharto, Bambang; Anugroho, Fajri; Putri, Fidyasari Kusuma
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (818.745 KB) | DOI: 10.21776/ub.jsal.2020.007.01.5

Abstract

Penggunaan deterjen dalam laundry yang meningkat seiring perubahan gaya hidup dan sosial-ekonomi menghasilkan limbah laundry yang dapat menimbulkan dampak pencemaran air akibat berlebihnya kadar fosfat di perairan. Metode kolom adsorpsi merupakan salah satu cara mengolah air limbah laundry. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh variasi aliran, waktu dan kolom terhadap suhu, pH, warna dan konsentrasi fosfat; serta mengetahui pengaruh kombinasi granular activated carbon (GAC) berbahan dasar tempurung kelapa dalam kolom terhadap removal fosfat. Kolom adsorpsi dijalankan dengan aliran non-sirkulasi (NS) dan sirkulasi (S). Media adsorpsi adalah GAC 4x8 mesh (11.3 mm2) 200 gram (K1); GAC 4x8 mesh 300 gram (K2); GAC 6x12 mesh (5.6 mm2) 200 gram (K3) dan; GAC 6x12 mesh 300 gram (K4). Pengambilan sampel dilakukan setiap 60 menit sekali selama 3 jam. Peningkatan suhu terjadi pada kolom NS dan penurunan suhu terjadi pada kolom S saat waktu retensi 60-180 menit. Penurunan pH terjadi pada semua kolom dengan semua jenis aliran selama proses. Warna air meningkat pada waktu retensi 180 menit, dimana warna air berubah dari gelap menjadi transparan. Peningkatan konsentrasi fosfat terjadi pada kolom NS dan penurunan konsentrasi fosfat terjadi pada kolom S saat waktu retensi 60-180 menit. Kolom terbaik dalam menyisihkan fosfat adalah kolom K4 dimana mampu menghilangkan kadar fosfat sebanyak 70.79 – 74.68%. Konsentrasi fosfat berkorelasi positif sedang (R2 = 0.49) terhadap suhu dan berkorelasi positif lemah (R2 = 0.14) terhadap pH selama proses.
The Efektivitas Jet Aerator dalam Pengolahan Limbah Cair Penyamakan Kulit Vera, Vincentia Veni; Lastriyanto, Anang; Anugroho, Fajri; Sulianto, Adi; Nugroho, Wahyunanto Agung
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 29 No. 3 (2024): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.29.3.408

Abstract

Finished leather, a primary material for making shoes, bags, and wallets, is processed through tanning to remove veins and feathers. Liquid waste contains a high demand for chemical oxygen (COD), chloride, chromium, and sulfide that can affect river water quality if not treated further. This research was conducted at PT X in Malang City, where liquid waste treatment using an aerator is considered less effective. The tool used in this study is a jet aerator to increase the spread of oxygen in the aeration process. The study aimed to assess changes in the characteristics of tanning liquid waste (pH, temperature, total suspended solids/TSS), and COD) and the effectiveness of using jet aerators in aeration methods in tanning liquid waste treatment. Aeration is carried out for three days. The treatment carried out is aerator + 15 L (A15), jet aerator + 15 L (JA15), and jet aerator + 20 L (JA20). The data were analyzed using Factorial Complete Randomized Design followed by the Smallest Significant Difference test. pH and temperature have met quality standards, while TSS and COD have not. The results showed that the jet aerator +15 L (JA15) decreased maximum tanning liquid waste characteristics on day 1. In contrast, aerator +15 L (A15) and jet aerator +20 L (JA20) decreased maximum waste characteristics on day 2. The jet aerator+15 L (JA15) treatment provides the highest effectiveness value compared to other treatments. COD decreased 49.2%, and TSS decreased 49.7%. Keywords: jet aerator, leather tanning liquid waste
The Effect of Biochar Particle Size on Biogas Production Using Bread Waste Substrate Sugiarto, Yusron; Wijayanti, Ulimaz Rahma; Sunyoto, Nimas Mayang Sabrina; Maharsih, Inggit Kresna; Andriani, Ria Dewi; Anugroho, Fajri
Journal of Tropical Agricultural Engineering and Biosystems - Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 11 No. 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2023.011.01.10

Abstract

The effect of biochar supplementation with different particle size on biogas production in two-stage anaerobic digestion of white bread waste was carried out on a laboratory scale using a 100 mL bioreactor. The supplementation of biochar variations with particle sizes <63 µm, <125 µm, <149 µm, <250 µm, and <500 µm and the addition of different biochar concentration of 5 g/L, 15 g/L, and 25 g/L were investigated to obtain optimal concentrations. Mixed cultures were incubated at 35 °C for 40 days. Daily gas production, pH and Chemical Oxygen Demand (COD) were measured using the daily water displacement method. The results showed that the particle size of biochar < 500 µm with a biochar concentration of 5 g/L increased biogas production by 60% and resulted in gas accumulation of 4,240.03 mL/L. CH4, It has proven that biochar increased pH in the mixture. COD concentration decreased from 9,670 mg/L to 1,640 mg/L.
Analisis Penggunaan Lahan Pada Tingkat Rawan Bencana Erosi Berbasis di Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat Umar, Yasa Palaguna; Lestari, Tri Fitria Indah; Anugroho, Fajri
Journal of Tropical Agricultural Engineering and Biosystems - Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 12 No. 3 (2024): December 2024
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/

Abstract

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, tanah yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) memiliki bahan induk penyusun berupa pasir volkan dan abu. Hal tersebut menyebabkan potensi terjadinya erosi di kawasan TNGR akan meningkat, terutama pada saat musim hujan berlangsung. Hal ini dikarenakan energi kinetik dari air hujan akan memecah agregat tanah dan menyebabkan terjadinya erosi dengan faktor pendukung berupa kemiringan dan vegetasi. Oleh karena itu penelitian kali ini bertujuan untuk menghitung prediksi laju erosi di kawasan TNGR pada tahun 2024 berbasis metode spasial berdasarkan data 10 tahun terakhir dan memberikan rekomendasi konservasi pada jenis potensi erosi. Metode perhitungan yang digunakan adalah Universal Soil Lost Equation (USLE) dengan menggunakan pendekatan spasial berupa overlay data dari setiap faktor yang digunakan meliputi erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang dan kemiringan lereng (LS) serta faktor vegetasi dan pengelolaan lahan (CP). Adapun potensi erosi tersebut diklasifikasikan menjadi beberapa kelas yaitu kelas sangat ringan dengan rentang 0-15 ton/ha/tahun yang mencakup 52% dari area TNGR, kelas ringan dengan rentang 15-60 ton/ha/tahun yang mencakup 13%, kelas sedang dengan rentang 60-180 ton/ha/tahun yang mencakup 18% dari area TNGR, kelas berat dengan rentang 180-480 ton/ha/tahun yang mencakup 12% dari area TNGR dan kelas sangat berat dengan rentang >480 ton/ha/tahun yang mencakup 5% dari area TNGR. Dari hasil pemetaan potensi erosi diberikan beberapa rekomendasi upaya konservasi untuk mengendalikan dan meminimalisir laju erosi di TNGR dengan menggunakan metode kombinasi (mekanik-vegetatif) berupa matras kawat dan tanaman Heteropogon contortus serta dengan menggunakan metode vegetatif.
Karakterisasi dan Evalusasi Kinerja Ekstrak Tanin dari Daun Teh (Camellia sinensis L.) Terimobilisasi pada Lempung Aktif (Activated Clay) untuk Penyisihan Kromium Heksavalen Devianto, Luhur Akbar; Tan, Reynold Tantra; Kurniati, Evi; Anugroho, Fajri
Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2025)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jsal.2025.012.01.7

Abstract

ABSTRAK Produksi teh di Indonesia mencapai 144.1 ton/tahun pada 2020, dengan asumsi sekitar 1-2% menjadi limbah, terdapat banyak limbah teh yang perlu digali pontensinya untuk dimanfaatkan. Teh memiliki kandungan senyawa-senyawa aktif, termasuk tanin. Tanin merupakan senyawa fenol yang dapat menyisihkan logam berat salah satunya kromium heksavalen. Penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik tanin terimobilisasi pada lempung dan kinerjanya dalam penyisihan kromium heksavalen. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan variasi konsentrasi limbah artifisial 10, 40, 70, dan 100 ppm dengan variasi waktu kontak 15, 30, 60, 120, dan 180 menit dengan dosis 6 g.L-1. Dari hasil pengujian Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray (SEM-EDX) menunjukkan bahwa partikel adsorben lempung aktif sesudah pengontakan cenderung lebih besar dibandingkan sebelum perlakuan karena adanya ikatan dengan unsur-unsur. Hasil experiment menunjukkan, efektivitas penyisihan tertinggi didapatkan pada konsentrasi 100 ppm dengan waktu kontak 180 menit yaitu 68.816 ppm dengan kapasitas penyerapan mencapai 1.147 mg.g-1. Sedangkan efisiensi penyisihan terbesar pada konsentrasi 10 ppm dengan waktu kontak 180 menit sebesar 99.271%. Model isoterm adsorpsi yang sesuai dengan penelitian ini adalah model isoterm Langmuir dan model kinetika adsorpsi mengikuti ordo pertama pada konsentrasi 70 dan 100 ppm dan ordo kedua pada konsentrasi 10 dan 40 ppm. Kata kunci: adsorpsi, kromium heksavalen, tanah liat, tanin, teh  ABSTRACT Tea production in Indonesia reached 144.1 tons/year in 2020. Assuming that around 1–2% becomes waste, a significant amount of tea waste exists that has potential to be utilized. Tea is a commodity that contains active compounds, including tannins. Tannins are phenolic compounds that can remove heavy metals, one of which is hexavalent chromium. This study was conducted to examine the characteristics of immobilized tannins on clay and their performance in removing hexavalent chromium. The research was carried out experimentally using variations of artificial wastewater concentrations at 10, 40, 70, and 100 ppm, with contact times of 15, 30, 60, 120, and 180 minutes, and a dosage of 6 g.L-1. Results from Scanning Electron Microscope–Energy Dispersive X-ray (SEM-EDX) analysis showed that the size of the activated clay adsorbent particles after contact tended to be larger than before treatment due to bonding with certain elements. The results showed that the highest removal effectiveness was achieved at a concentration of 100 ppm with a contact time of 180 minutes, resulting in 68.816 ppm removed which equal to sorption capacity of 1.147 mg.g-1. Meanwhile, the highest removal efficiency was obtained at a concentration of 10 ppm with a contact time of 180 minutes, reaching 99.271%. The adsorption isotherm model that best fits this study is the Langmuir isotherm model, and the adsorption kinetics followed a first-order model at concentrations of 70 and 100 ppm, and a second-order model at concentrations of 10 and 40 ppm. Keywords:  adsorption, chromium hexavalent, clay, tannin, tea
Effect of Acid-Base Activation on Extracted Tea (Camellia sinensis) Leaf Biosorbent for Hexavalent Chromium Removal Devianto, Luhur; Eunice, Samella; Haji, Alexander; Wirosoedarmo, Ruslan; Kurniati, Evi; Anugroho, Fajri
The Journal of Experimental Life Science Vol. 15 No. 2 (2025)
Publisher : Graduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jels.2025.015.02.06

Abstract

Industrial wastewater often contains heavy metals such as hexavalent chromium [Cr(VI)], a toxic and carcinogenic pollutant widely generated from activities including electroplating, leather tanning, and pigment manufacturing. Due to its high solubility and mobility in aquatic environments, Cr(VI) poses significant environmental and public health hazards, even at low concentrations. There is increasing interest in sustainable, low-cost alternatives for heavy metal removal, such as biosorption using agricultural waste materials. Tea leaves (Camellia sinensis L.), one of the most consumed beverages globally, generate a large volume of organic waste that is rich in functional groups capable of metal binding. This study investigates the potential of extracted tea leaf biomass as a biosorbent for Cr(VI) removal from aqueous solutions. The research aims to characterize the effect of acid-base activation on biosorbent by determining the optimal activation method, evaluating adsorption performance under different operational parameters, and identifying the most appropriate adsorption isotherm model. The biosorbent was prepared from ethanol-extracted green tea leaf waste (for tannin extraction that will be used for other applications) and activated using sodium hydroxide (NaOH) or sulfuric acid (H₂SO₄) at various concentrations.  Fourier Transform Infra Red analysis revealed key functional groups as hydroxyl (-OH) bond responsible for metal ion binding. Activation using 0.1 M NaOH resulted in the adsorption capacity range 1.22 – 12.43 mg.g-1. The maximum Cr(VI) removal efficiency of 99.42% was achieved at a contact time of 180 minutes and an initial metal concentration of 100 ppm. Adsorption equilibrium data closely followed the Langmuir isotherm model (R² = 0.999), indicating monolayer adsorption on a homogeneous surface. These findings demonstrate that NaOH-activated of extracted tea leaf biomass still has a potential biosorbent for Cr(VI) removal, offering an option of an eco-friendly solution for wastewater treatment applications.