Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMANFAATAN BIOFUNGISIDA BERBAHAN AKTIF Trichoderma spp. UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO Nawfetrias, Winda; Nurhangga, Eka; ., Sutardjo
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 3, No 1 (2016): June 2016
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.504 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v3i1.39

Abstract

Cocoa black pod rot is caused by pathogenic fungi, Phytophtora palmivora, which decrease the cocoa production up to 90%. The use of biological control agents, Trichoderma spp., is one of the promising P. palmivora controllers since it is low-cost, easily found and safe for the environment. The aims of this research were to understand the compatibility, antagonistic and effectiveness of biofungicide containing active ingredient of Trichoderma spp. against P. palmivora in vitro and to test the effective concentration of biofungicide containing active ingredient of T. asperellum to control P. palmivora in vitro and in vivo. T. asperellum, T. harzianum, and T. viride were grown together on PDA medium to test their compatibility. Antagonistic and effectiveness test of Trichoderma spp. against P. palmivora were tested using the in vitro dual culture method. The effectiveness of T. asperellum biofungicide was tested in vivo on cocoa pot. Compatibility test showed that all three species were compatible and the best effectiveness showed by the combination of T. asperellum and T. viride. The result also showed that T. asperellum biofungicide had an ability to inhibit P. palmivora.   Keywords: Trichoderma spp., effectivity, compatibility, antagonistic, biofungicide  ABSTRAKPenyakit busuk buah kakao disebabkan cendawan patogen Phytophtora palmivora, yang dapat menurunkan produksi kakao sampai 90%. Penggunaan agensia pengendali hayati (APH), Trichoderma spp., merupakan salah satu pengendalian P. palmivora yang menjanjikan karena murah, mudah didapat dan aman terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian, antagonistik, dan efektivitas biofungisida berbahan aktif Trichoderma spp. secara in vitro. Di samping itu juga bertujuan mengetahui konsentrasi efektif biofungisida berbahan aktif T. asperellum untuk mengendalikan P. palmivora secara in vitro dan in vivo. T. asperellum, T. harzianum, dan T. viride, ditumbuhkan bersama pada media PDA untuk mengetahui kesesuaian antarspesies. Antagonistik dan efektivitas Trichoderma spp. terhadap P. palmivora secara in vitro diuji menggunakan metode dual culture. Biofungisida berbahan aktif T. asperellum diuji efektivitasnya secara in vivo pada buah kakao. Hasil uji kesesuaian menunjukkan bahwa ketiga spesies yang diuji berkesesuaian dan efektifitas terbaik ditunjukkan pada kombinasi T. asperellum dan T. viride. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa biofungisida berbahan aktif T. asperellum dengan konsentrasi tertinggi terbukti dapat menghambat pertumbuhan P. palmivora.Kata kunci: Trichoderma spp., efektivitas, kesesuaian, antagonis, biofungisida
PEMANFAATAN BIOFUNGISIDA BERBAHAN AKTIF Trichoderma spp. UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO Nawfetrias, Winda; Nurhangga, Eka; ., Sutardjo
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 3 No. 1 (2016): June 2016
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.504 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v3i1.39

Abstract

Cocoa black pod rot is caused by pathogenic fungi, Phytophtora palmivora, which decrease the cocoa production up to 90%. The use of biological control agents, Trichoderma spp., is one of the promising P. palmivora controllers since it is low-cost, easily found and safe for the environment. The aims of this research were to understand the compatibility, antagonistic and effectiveness of biofungicide containing active ingredient of Trichoderma spp. against P. palmivora in vitro and to test the effective concentration of biofungicide containing active ingredient of T. asperellum to control P. palmivora in vitro and in vivo. T. asperellum, T. harzianum, and T. viride were grown together on PDA medium to test their compatibility. Antagonistic and effectiveness test of Trichoderma spp. against P. palmivora were tested using the in vitro dual culture method. The effectiveness of T. asperellum biofungicide was tested in vivo on cocoa pot. Compatibility test showed that all three species were compatible and the best effectiveness showed by the combination of T. asperellum and T. viride. The result also showed that T. asperellum biofungicide had an ability to inhibit P. palmivora.   Keywords: Trichoderma spp., effectivity, compatibility, antagonistic, biofungicide  ABSTRAKPenyakit busuk buah kakao disebabkan cendawan patogen Phytophtora palmivora, yang dapat menurunkan produksi kakao sampai 90%. Penggunaan agensia pengendali hayati (APH), Trichoderma spp., merupakan salah satu pengendalian P. palmivora yang menjanjikan karena murah, mudah didapat dan aman terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian, antagonistik, dan efektivitas biofungisida berbahan aktif Trichoderma spp. secara in vitro. Di samping itu juga bertujuan mengetahui konsentrasi efektif biofungisida berbahan aktif T. asperellum untuk mengendalikan P. palmivora secara in vitro dan in vivo. T. asperellum, T. harzianum, dan T. viride, ditumbuhkan bersama pada media PDA untuk mengetahui kesesuaian antarspesies. Antagonistik dan efektivitas Trichoderma spp. terhadap P. palmivora secara in vitro diuji menggunakan metode dual culture. Biofungisida berbahan aktif T. asperellum diuji efektivitasnya secara in vivo pada buah kakao. Hasil uji kesesuaian menunjukkan bahwa ketiga spesies yang diuji berkesesuaian dan efektifitas terbaik ditunjukkan pada kombinasi T. asperellum dan T. viride. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa biofungisida berbahan aktif T. asperellum dengan konsentrasi tertinggi terbukti dapat menghambat pertumbuhan P. palmivora.Kata kunci: Trichoderma spp., efektivitas, kesesuaian, antagonis, biofungisida
Kajian pengaruh iradiasi gamma cobalt-60 terhadap tanaman kapulaga jawa (Amomum compactum) Aprianti, Rina; Devy, Lukita; Nurhangga, Eka; Nawfetrias, Winda; Widiarsih, Sasanti
Jurnal AGRO Vol 11, No 2 (2024)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/37683

Abstract

Javanese cardamom plants are mostly propagated vegetatively using its rhizome. Therefore, the genetic variability is quite low so that the variability needs to be enhanced, one of them is by gamma irradiation. The objectives were to reveal the optimal dose (LD20 and LD50) of gamma irradiation on Java cardamom seedlings and to assess the performance of seedlings post irradiation. The experiment was arranged in randomized complete block design with 6 replications. Gamma ray used were 0, 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200, 225, 250, 275 and 300 Gy. Survival rate, quantitative and qualitative observation of plant growth were conducted. Irradiation was conducted on mature plant. Result showed the LD20 and LD50 values were 55,89 Gy and 100,75 Gy. Seedling showed necrosis on leaves and stem area after irradiation especially in high gamma ray doses. Until 25 weeks after irradiation, plants irradiated with 50 Gy and 100 Gy produced 16.7% new shoots, but their development was very slow. Control plants produced 5.2 new shoots with good agronomic appearance and 67% produced flowers at 25 weeks after irradiation. Furthermore, the irradiation dose for cardamom cultivation needs to be optimized in the range of 50-100 Gy by using younger plant material. ABSTRAK Tanaman kapulaga jawa sebagian besar diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan rimpangnya. Oleh karena itu, variabilitas genetiknya cukup rendah sehingga variabilitas tersebut perlu ditingkatkan, salah satunya dengan iradiasi sinar gamma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimal (LD20 dan LD50) iradiasi gamma pada bibit kapulaga Jawa dan menilai keragaan bibit kapulaga pasca iradiasi gamma. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan 6 ulangan. Iradiasi sinar gamma digunakan adalah 0, 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200, 225, 250, 275 dan 300 Gy. Tingkat kelangsungan hidup, pengamatan kuantitatif dan kualitatif pertumbuhan tanaman dilakukan. Iradiasi dilakukan pada tanaman dewasa. Hasil menunjukkan nilai LD20 dan LD50 sebesar 55,89 Gy dan 100,75 Gy. Bibit menunjukkan nekrosis pada area daun dan batang setelah penyinaran terutama pada dosis sinar gamma tinggi. Sampai umur 25 minggu setelah iradiasi (MSI), tanaman yang diiradiasi 50 Gy dan 100 Gy menghasilkan 16,7% tunas baru, namun perkembangannya sangat lambat. Tanaman kontrol menghasilkan 5,2 tunas baru dengan penampilan agronomis baik dan 67% menghasilkan bunga pada umur 25 minggu setelah iradiasi. Selanjutnya dosis iradiasi pada budidaya kapulaga perlu dioptimalkan pada kisaran 50-100 Gy dengan menggunakan bahan tanaman yang lebih muda.
Kajian pengaruh iradiasi gamma cobalt-60 terhadap tanaman kapulaga jawa (Amomum compactum) Aprianti, Rina; Devy, Lukita; Nurhangga, Eka; Nawfetrias, Winda; Widiarsih, Sasanti
Jurnal AGRO Vol. 11 No. 2 (2024)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/37683

Abstract

Javanese cardamom plants are mostly propagated vegetatively using its rhizome. Therefore, the genetic variability is quite low so that the variability needs to be enhanced, one of them is by gamma irradiation. The objectives were to reveal the optimal dose (LD20 and LD50) of gamma irradiation on Java cardamom seedlings and to assess the performance of seedlings post irradiation. The experiment was arranged in randomized complete block design with 6 replications. Gamma ray used were 0, 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200, 225, 250, 275 and 300 Gy. Survival rate, quantitative and qualitative observation of plant growth were conducted. Irradiation was conducted on mature plant. Result showed the LD20 and LD50 values were 55,89 Gy and 100,75 Gy. Seedling showed necrosis on leaves and stem area after irradiation especially in high gamma ray doses. Until 25 weeks after irradiation, plants irradiated with 50 Gy and 100 Gy produced 16.7% new shoots, but their development was very slow. Control plants produced 5.2 new shoots with good agronomic appearance and 67% produced flowers at 25 weeks after irradiation. Furthermore, the irradiation dose for cardamom cultivation needs to be optimized in the range of 50-100 Gy by using younger plant material. ABSTRAK Tanaman kapulaga jawa sebagian besar diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan rimpangnya. Oleh karena itu, variabilitas genetiknya cukup rendah sehingga variabilitas tersebut perlu ditingkatkan, salah satunya dengan iradiasi sinar gamma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimal (LD20 dan LD50) iradiasi gamma pada bibit kapulaga Jawa dan menilai keragaan bibit kapulaga pasca iradiasi gamma. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan 6 ulangan. Iradiasi sinar gamma digunakan adalah 0, 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200, 225, 250, 275 dan 300 Gy. Tingkat kelangsungan hidup, pengamatan kuantitatif dan kualitatif pertumbuhan tanaman dilakukan. Iradiasi dilakukan pada tanaman dewasa. Hasil menunjukkan nilai LD20 dan LD50 sebesar 55,89 Gy dan 100,75 Gy. Bibit menunjukkan nekrosis pada area daun dan batang setelah penyinaran terutama pada dosis sinar gamma tinggi. Sampai umur 25 minggu setelah iradiasi (MSI), tanaman yang diiradiasi 50 Gy dan 100 Gy menghasilkan 16,7% tunas baru, namun perkembangannya sangat lambat. Tanaman kontrol menghasilkan 5,2 tunas baru dengan penampilan agronomis baik dan 67% menghasilkan bunga pada umur 25 minggu setelah iradiasi. Selanjutnya dosis iradiasi pada budidaya kapulaga perlu dioptimalkan pada kisaran 50-100 Gy dengan menggunakan bahan tanaman yang lebih muda.
Pengaruh Ketinggian AB Mix Terhadap Pertumbuhan Caisim Menggunakan Modifikasi Hidroponik Sistem Wick: The Effect of AB Mix Height on the Growth of Caisim Using the Modified Hydroponic Wick System Nurhangga, Eka; Bidara, Irna Surya; Himawati, Siti; Aprianti, Rina; Devy, Lukita; Pitono, Joko; Taulabi, Darwin
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 1 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI)
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.15.1.16-22

Abstract

Salah satu faktor penting dalam budidaya tanaman secara hidroponik adalah pemberian nutrisi AB mix dengan konsentrasi dan debit yang sesuai. Pemberian dan pengontrolan ketinggian nutrisi tersebut dapat menggunakan modifikasi alat sistem wick yang dirancang berdasarkan beberapa tingkat ketinggian nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat ketinggian nutrisi AB mix terhadap pertumbuhan caisim. Penelitian dilaksanakan pada Agustus hingga September 2023 di rumah kaca BSIP Kementerian Pertanian, Cimanggu, Bogor. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu tingkat ketinggian nutrisi AB mix dengan 3 taraf: 2 cm (N1), 3 cm (N2), dan 4 cm (N3) serta menggunakan 6 ulangan. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh ketinggian nutrisi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun pada semua umur pengamatan. Namun, ketinggian nutrisi berpengaruh nyata terhadap panjang akar tanaman caisim yaitu pada perlakuan N1 (18.26 cm) memiliki rerata panjang akar tertinggi dibandingkan perlakuan N2 (14.54 cm) dan N3 (13.77 cm). Hasil tersebut menjelaskan bahwa semakin rendah tingkat ketinggian nutrisi, maka akar tanaman semakin panjang. Kata kunci: brassicaceae, hidroponik statis, ketinggian air, konsentrasi nutrisi, pertumbuhan tanaman