Gerry Rachmat, Gerry
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Kursi Betawi: Bentuk Dan Fungsi Dalam Seni Pertunjukan Rachmat, Gerry
PANGGUNG Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Este
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v26i4.207

Abstract

ABSTRACT Chair as one of supporting elements in the life of social society Indonesian in general. With progress in experiencing shift shape and function in accordance with the development of science, technology and art. The Chair became one of an important property on Betawi arts performances. The form of a Betawi Chair having a distinctive feature different from other chairs. A method of this research is through Participatory Action Research (PAR), by selecting  Betawi Chair  as the objects which used as a stage property in Lenong Betawi shaw in a television program. This Study producet an understanding of the concept of performances on thematic stage setting, and player’acts ( interaction of the players, stage and properties ) so giving atmosphere impression and the misit which is representatif and harmony. Keywords: betawi chair, form, function, performance art     ABSTRAK Kursi sebagai salah satu elemen pendukung dalam kehidupan sosial masyarakat Indone- sia pada umumnya. Dalam perkembangannya mengalami pergeseran bentuk dan fungsi se- suai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kursi menjadi salah satu properti yang penting pada pertunjukan kesenian Betawi. Bentuk dari Kursi Betawi memiliki ciri khas yang berbeda dari kursi yang lain. Metode penelitian ini yaitu melalui Participatory Action Research (PAR), dengan memilih Kursi Betawi sebagai objek yang dipergunakan seba- gai properti panggung pertunjukan Lenong Betawi di suatu acara televisi. Kajian tulisan ini menghasilkan sebuah pemahaman konsep pertunjukan dengan penata panggung yangsesuai dengan tema, dan aktivitas pemain (interaksi pemain, panggung dan propertinya) sehingga memberikan suasana, kesan dan pesan yang representatif dan harmoni. Kata kunci: kursi betawi, bentuk, fungsi, seni pertunjukana
SIRKULASI, DISPLAY, PENCAHAYAAN DALAM UPAYA TERCAPAI KESELARASAN Rachmat, Gerry
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 1, No 2 (2013): JERAT TRADISI DALAM KONTEMPORER
Publisher : Jurusan Seni Rupa STSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

General nature and is easily seen in most types of physical britle or ceramic is fragile , it can be seen on traditional types such as ceramic tableware, cups, jugs, pottery and so on, try to drop the plates are made of ceramic compared with plates of metals, ceramics certainly fragile, although this trait does not apply to certain types of ceramics, especially the type of ceramic sintering results , and the mix between the ceramic to metal sintering. Other properties is high temperature resistant, for example, traditional ceramics consisting of clay, flint and feldfar temperature resistant up to 1200 C, engineering ceramics such as ceramic oxides can stand temperatures up to 2000 C. High compressive strength, this trait is one factor that makes research on ceramics continues to grow. Of the nature of these ceramics can we identify that as a commodity item that close to the world of art and nature is fragile, it would require special handling in the placement, organizing/ pengelompkkan display layout to fit the dimensions , weight and shape are also aesthetic. Not only there, the support of the layout includes floor, wall, ceiling (the ceiling) and the light will be very supportive in order to bring up the atmosphere/ ambience desired.Keyword: Circulation, Display, Lighting, Harmony________________________________________________________________Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam. Sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai dengan suhu 1200 C, keramik engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000 C. Kekuatan tekan tinggi, sifat ini merupakan salah satu faktor yang membuat penelitian tentang keramik terus berkembang. Dari sifat keramik tersebut dapat kita identifikasi bahwa sebagai barang komoditi yang dekat sekali dengan dunia seni serta sifatnya yang rapuh, maka diperlukan penanganan khusus dalam penempatan, pengorganisasian/ pengelompkkan letak pajang agar sesuai dengan dimensi, berat serta bentuk juga estetika. Tidak hanya sampai disitu, dukungan dari tata ruang yang meliputi lantai, dinding, plafon (langit-langit) serta cahaya akan sangat mendukung guna memunculkan atmosphere/suasana yang diinginkan. Keywords: Sirkulasi, Display, Pencahayaan, Keselarasan
TATA CAHAYA DALAM PAMERAN SENI RUPA: CAHAYA MEMPERKUAT INFORMASI YANG DISAMPAIKAN PERUPA Rachmat, Gerry; Safitri, Riana
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 5, No 1 (2017): EKSPLORASI SENI DALAM PANGGUNG DAN RUPA
Publisher : Jurusan Seni Rupa STSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lighting/ lamp is an artistic element which is quite important in performances and exhibitions. A lighting designer must learn the basic knowledge and mastery of lighting equipments to be applied and developed for artistic need of various events, such as in an exhibition. Lighting in an exhibition that illuminates all objects enables artists and audiences of the artworks to communicate with each other. All illuminated objects provide a clear picture about everything that will be communicated to the audiences of the artworks. With lighting, artists can present imaginative illusions. There are four basic functions of lighting, namely illumination, dimensions, selection, and atmosphere. The four basic lighting functions mentioned above do not stand separately. This means that each function has an interaction (interplay). In addition to the four principal functions above, lighting has supporting functions developed differently by every lighting designer.Keywords: Lighting, Exhibition, Information___________________________________________________________Tata cahaya/ lampu adalah unsur tata artistik yang cukup penting dalam pertunjukan dan pameran. Seorang penata cahaya/ lampu perlu mempelajari pengetahuan dasar dan penguasaan peralatan tata cahaya/lampu yang selanjutnya dapat diterapkan dan dikembangkan untuk kepentingan artistik berbagai acara, salah satunya adalah pameran. Tata cahaya/ lampu yang hadir di pameran dan menyinari semua objek sesungguhnya ingin menghadirkan kemungkinan bagi perupa dan penikmat karya-karya untuk saling melihat dan berkomunikasi. Semua objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penikmat karya tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya, perupa dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa difungsikan berkaitan dengan peran tata cahaya/ lampu tetapi fungsi dasar tata cahaya/ lampu ini ada empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir. Keempat fungsi pokok tata cahaya di atas tidak berdiri sendiri. Artinya, masing-masing fungsi memiliki interaksi (saling mempengaruhi). Fungsi penerangan dilakukan dengan memilih area tertentu untuk memberikan gambaran dimensional objek, suasana, dan emosi peristiwa. Selain keempat fungsi pokok di atas, tata cahaya memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara berlainan oleh masing-masing ahli tata cahaya.Kata Kunci: Tata Cahaya, Pameran, Informasi
Kursi Betawi: Bentuk Dan Fungsi Dalam Seni Pertunjukan Gerry Rachmat
PANGGUNG Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Estet
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.936 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v26i4.207

Abstract

ABSTRACT Chair as one of supporting elements in the life of social society Indonesian in general. With progress in experiencing shift shape and function in accordance with the development of science, technology and art. The Chair became one of an important property on Betawi arts performances. The form of a Betawi Chair having a distinctive feature different from other chairs. A method of this research is through Participatory Action Research (PAR), by selecting  Betawi Chair  as the objects which used as a stage property in Lenong Betawi shaw in a television program. This Study producet an understanding of the concept of performances on thematic stage setting, and player’acts ( interaction of the players, stage and properties ) so giving atmosphere impression and the misit which is representatif and harmony. Keywords: betawi chair, form, function, performance art     ABSTRAK Kursi sebagai salah satu elemen pendukung dalam kehidupan sosial masyarakat Indone- sia pada umumnya. Dalam perkembangannya mengalami pergeseran bentuk dan fungsi se- suai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kursi menjadi salah satu properti yang penting pada pertunjukan kesenian Betawi. Bentuk dari Kursi Betawi memiliki ciri khas yang berbeda dari kursi yang lain. Metode penelitian ini yaitu melalui Participatory Action Research (PAR), dengan memilih Kursi Betawi sebagai objek yang dipergunakan seba- gai properti panggung pertunjukan Lenong Betawi di suatu acara televisi. Kajian tulisan ini menghasilkan sebuah pemahaman konsep pertunjukan dengan penata panggung yangsesuai dengan tema, dan aktivitas pemain (interaksi pemain, panggung dan propertinya) sehingga memberikan suasana, kesan dan pesan yang representatif dan harmoni. Kata kunci: kursi betawi, bentuk, fungsi, seni pertunjukana
STUDI KELAYAKAN KAYU BEKAS LANDASAN PETI KEMAS SEBAGAI ELEMEN INTERIOR LEPAS Riana Safitri; Gerry Rachmat
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 4, No 3 (2016): KEARIFAN LOKAL DALAM TRANSFORMASI VISUAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v4i3.364

Abstract

All actions, ideas, and works made by men are their efforts to meet their needs. One of human’s primary needs is a house. In their houses, men meet their other needs in order to give comfort for themselves. This can be achieved, among others, with fine and comfortable furniture. Furniture is made of various materials, among others and probably mostly used is wood. This may cause the increase in wood demands. Yet, at the same time, production of timber in Indonesia is decreasing. One of solutions to overcome this problem is by subtituting the use of solid wood with developed particle board or processed wood, or perhaps used wood. A type of used wood which can be developed as an alternative material for furniture manifacture is wooden pallet that is usually used as a foundation or packing crate.Keywords: Former Wood, Pallet, Loose Furnitures________________________________________________________________Seluruh tindakan, gagasan, dan hasil karya yang diciptakan manusia, merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu kebutuhan paling utama manusia adalah tempat tinggal. Dan pada tempat tinggalnya inilah manusia memenuhi kebutuhannya yang lain dalam rangka mensejahterakan dan memberi kenyamanan bagi dirinya. Salah satunya adalah dengan furnitur yang baik dan nyaman. Furnitur sendiri terbuat dari berbagai material yang salah satunya dan mungkin terbanyak yaitu material kayu. Hal tersebut mengakibatkan pertambahan permintaan kayu. Sementara, produksi kayu bulat di Indonesia terus menurun. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui substitusi pemakaian kayu solid dengan pengembangan papan partikel atau kayu olahan lainnya atau bahkan penggunaan kayu bekas. Salah satu kayu bekas yang dapat dikembangkan sebagai material alternatif pembuatan furnitur adalah pallet kayu yang biasanya digunakan sebagai landasan atau kemasan peti kemas.Kata Kunci: Kayu Bekas, Landasan Peti Kemas, Elemen Interior Lepas
FENOMENA MURAL SEBAGAI PEMBENTUKAN SUASANA INTERIOR CAFE RESTO Gerry Rachmat; Riana Safitri
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 3 (2019): IMPLEMENTASI IDENTITAS BUDAYA LOKAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v7i3.1084

Abstract

The atmosphere of the interior of an accomplishment the concept is based on the theme and the force that want to be made present designer into the space from the results of the idea. The theme and the style has been successfully when the user feel comfortable in space as planned. One of the elements in the form of the interior is through estetik as backdrop, murals painting, painting or plant the interior. Murals is how to draw or media painting on the wall, the wall or surface area that permanent. In contrast to graffiti that focuses more on the content of a writing and made with spray paint so of murals greater freedom to and can get the use media paint the wall or paint wood even paint or dye anything that could be producing images.Keywords: Interior Atmosphere, Mural___________________________________________________________________ Suasana interior adalah sebuah pencapaian konsep yang berbasis pada tema dan gaya yang ingin dihadirkan perancang ke dalam ruang dari hasil gagasan/ ide. Tema dan gaya tersebut berhasil ketika pengguna merasa nyaman dalam ruang seperti yang direncanakan. Salah satu pembentuk suasana interior adalah melalui elemen estetik seperti backdrop, mural, lukisan atau tanaman interior. Mural adalah cara menggambar atau melukis pada media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen. Berbeda dengan grafiti yang lebih menekankan pada isi tulisan dan dibuat dengan cat semprot maka mural lebih bebas dan dapat menggunakan media cat tembok atau cat kayu bahkan cat atau pewarna apapun yang dapat menghasilkan gambar.Kata Kunci: Suasana Interior, Mural
PERANCANGAN ARTISTIK PANGGUNG PERTUNJUKAN MUSIK DIGITAL DENGAN GAYA MEDITERANIAN “PYRAMID” Cep Boby Hartanto; Gerry Rachmat; Ari Winarno
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 5, No 1 (2017): EKSPLORASI SENI DALAM PANGGUNG DAN RUPA
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v5i1.358

Abstract

The background of this stage design making is the writer’s interest to digital music that was heard and seen either through live performance or taped video. Generally, digital music performance with ancient Egypt concept is set on an outdoor stage. Thus, the writer tried to present another atmosphere in a digital music performance combined with ancient Egypt fantasy concept on a proscenium indoor stage. The style of ancient Egypt was selected based on rational that the modern development, especially in the field of music, could be be presented on the stage that has historical elements. It is aimed at harmonizing modern development and historic heritage without changing or reducing the historical values.Keywords: Digital Music, Egypt Concept________________________________________________________________Latar belakang perancangan ini adalah  ketertarikan penulis pada musik digital yang didengar dan dilihat baik secara langsung maupun melalui rekaman video. Pertunjukan musik digital pada umumnya  menggunakan latar belakang konsep mesir kuno pada panggung outdoor. Oleh karena itu, penulis mencoba nuansa lain pada tampilan pertunjukan musik digital yang digabungkan dengan fantasi mesir kuno di  panggung indoor prosenium. Pemilihan gaya mesir kuno berdasarkan pertimbangan bahwa perkembangan modern, khususnya pada bidang music, bisa dikemas dengan suguhan set panggung yang memiliki unsur sejarah. Hal ini dimaksudkan untuk menyelaraskan antara perkembangan modern dengan peninggalan sejarah tanpa mengubah atau mengurangi nilai sejarah tersebut.Kata Kunci: Musik Digital, Gaya Mesir Kuno
Pemanfaatan Limbah Kayu sebagai Produk Cenderamata bagi Keluarga Savitri Savitri; Riana Safitri; Gerry Rachmat
PANGGUNG Vol 31, No 1 (2021): Eksistensi Seni Budaya di Masa Pandemi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3500.878 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v31i1.1534

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah kayu pinus dari sisa produksi furnitur yang tidak digunakan lagi. Limbah kayu pinus ini terdiri dari potongan kayu berukuran kecil yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai produk baru. Dibutuhkan desain yang sesuai dengan karakteristik material untuk mentransformasi sisa kayu pinus sehingga menjadi produk cendera mata. Desain baru yang dibuat merupakan produk limbah kayu pinus berukuran kecil yang memiliki nilai jual. Desain haruslah mudah untuk dibuat ulang dengan menggunakan material sisa yang tidak seragam. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pengumpulan data dan informasi mengenai lokasi penelitian workshop furnitur di Cicadas Bandung, selanjutnya membuat alternatif desain untuk kemudian diaplikasikan dalam model digital 3 dimensi, terakhir pembuatan prototype dengan menggunakan limbah kayu pinus. Hasil yang telah dicapai adalah beberapa alternatif desain baru, berupa produk cendera mata bagi keluarga. Hal ini diharapkan memberikan peluang pada usaha furnitur untuk mengembangkan usaha baru dari material yang selama ini menjadi limbah.Kata kunci: limbah kayu pinus, desain produk, cendera mata.
Kursi Betawi: Bentuk Dan Fungsi Dalam Seni Pertunjukan Gerry Rachmat
PANGGUNG Vol 26 No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Esteti
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v26i4.207

Abstract

ABSTRACT Chair as one of supporting elements in the life of social society Indonesian in general. With progress in experiencing shift shape and function in accordance with the development of science, technology and art. The Chair became one of an important property on Betawi arts performances. The form of a Betawi Chair having a distinctive feature different from other chairs. A method of this research is through Participatory Action Research (PAR), by selecting  Betawi Chair  as the objects which used as a stage property in Lenong Betawi shaw in a television program. This Study producet an understanding of the concept of performances on thematic stage setting, and player’acts ( interaction of the players, stage and properties ) so giving atmosphere impression and the misit which is representatif and harmony. Keywords: betawi chair, form, function, performance art     ABSTRAK Kursi sebagai salah satu elemen pendukung dalam kehidupan sosial masyarakat Indone- sia pada umumnya. Dalam perkembangannya mengalami pergeseran bentuk dan fungsi se- suai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kursi menjadi salah satu properti yang penting pada pertunjukan kesenian Betawi. Bentuk dari Kursi Betawi memiliki ciri khas yang berbeda dari kursi yang lain. Metode penelitian ini yaitu melalui Participatory Action Research (PAR), dengan memilih Kursi Betawi sebagai objek yang dipergunakan seba- gai properti panggung pertunjukan Lenong Betawi di suatu acara televisi. Kajian tulisan ini menghasilkan sebuah pemahaman konsep pertunjukan dengan penata panggung yangsesuai dengan tema, dan aktivitas pemain (interaksi pemain, panggung dan propertinya) sehingga memberikan suasana, kesan dan pesan yang representatif dan harmoni. Kata kunci: kursi betawi, bentuk, fungsi, seni pertunjukana
Pemanfaatan Limbah Kayu sebagai Produk Cenderamata bagi Keluarga Savitri Savitri; Riana Safitri; Gerry Rachmat
PANGGUNG Vol 31 No 1 (2021): Eksistensi Seni Budaya di Masa Pandemi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v31i1.1534

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah kayu pinus dari sisa produksi furnitur yang tidak digunakan lagi. Limbah kayu pinus ini terdiri dari potongan kayu berukuran kecil yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai produk baru. Dibutuhkan desain yang sesuai dengan karakteristik material untuk mentransformasi sisa kayu pinus sehingga menjadi produk cendera mata. Desain baru yang dibuat merupakan produk limbah kayu pinus berukuran kecil yang memiliki nilai jual. Desain haruslah mudah untuk dibuat ulang dengan menggunakan material sisa yang tidak seragam. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pengumpulan data dan informasi mengenai lokasi penelitian workshop furnitur di Cicadas Bandung, selanjutnya membuat alternatif desain untuk kemudian diaplikasikan dalam model digital 3 dimensi, terakhir pembuatan prototype dengan menggunakan limbah kayu pinus. Hasil yang telah dicapai adalah beberapa alternatif desain baru, berupa produk cendera mata bagi keluarga. Hal ini diharapkan memberikan peluang pada usaha furnitur untuk mengembangkan usaha baru dari material yang selama ini menjadi limbah.Kata kunci: limbah kayu pinus, desain produk, cendera mata.