Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

MENGHADAPI ANAK USIA DINI YANG TEMPER TANTRUM Nenden Ineu Herawati
CAKRAWALA DINI: JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Vol 3, No 2 (2012): November 2012
Publisher : UPI Kampus Cibiru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.741 KB) | DOI: 10.17509/cd.v3i2.10338

Abstract

       Anak Usia Dini tu anak usia Taman Kanak-Kanak perilakunya, sangat difasilitasi oleh lingkungan. Sehingga jika perilaku anak ingin baik maka perlakuan terhadapnya harus baik pula, sebaliknya jika perilaku anak menunjukan kurang baik atau yang disebut dengan malsjusment, perlakuan lingkungan yang kurang baik pula. Sebagaimana halnya yang diungkapkan dalam teori perkembangan Empirisme dari John Lock mengatakan “anak lahir ke dunia bagaikan kertas putih yang belum ditulisi”, yang mengandung makna bahwa perilaku anak itu bagaimana lingkungan yang memberikan perlakuannya, oleh karena itu anak berperilaku temper tantrum merupakan perlakuan lingkungan yang mempengaruhinya atau mengkondisikannya.       Temper tantrum tersebut pertunjukan dari perkembangan emosi yang mengalami hambatan, diakibatkan kebutuhan dasar anak akan rasa kasih saying dan rasa aman tidak terpenuhi, menurut teori dari Abraham Maslow. Gejala perilakunya, marah berlebihan, merusak diri dan barang, takut yang sangat kuat, menarik diri dari lingkungan, sulit mengatasi perasaan tersinggung dan pandangan yang cenderung negative bersikap murung. Sehingga untuk menghadapi anak tersebut, bagi orang tua dan guru sebaiknya member perlakuan rasa kasih saying dan cinta kasih, serta hadapi anak dengan tenang, ajak anak berbicara dengan hati yang tulus, bahasa yang halus dan nada yang lembut dengan pelukan cinta. Kata Kunci : Anak Usia Dini, Temper Tantrum, Permasalahan Anak Usia Dini
BIMBINGAN SOSIAL ANAK USIA DINI BERBASIS BUDAYA LOKAL Nenden Ineu Herawati
CAKRAWALA DINI: JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Vol 4, No 2 (2013): November 2013
Publisher : UPI Kampus Cibiru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.78 KB) | DOI: 10.17509/cd.v4i2.10387

Abstract

Manusia bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi makhluk sosial, karena itu, setiap manusia akan selalu berhubungan dengan orang lain dan tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran bahwa untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya individu harus melakukan interaksi sosial dan membentuk kehidupan berkelompok dengan individu lainnya. Saat manusia berada dalam kelompok sosialnya, manusia terikat kewajiban sosial yaitu untuk menghargai adanya orang lain, hak-hak dasar orang lain serta mentaati norma-norma yang berlaku di masyarakatnya.  Dalam konsep interaksi sosial ini, Calhoun (1990) memandang bahwa hidup manusia tidak lepas dari interaksi sosial. Konsekuensi pokok dari interaksi individu dengan individu lainnya adalah sosialisasi dan proses belajar menjadi sosial. Salah satu upaya pembudayaan kemampuan sosial anak, yaitu melalui pendidikan pada anak usia dini. Dengan memberikan pendidikan yang lebih dini pada anak-anak dan dilakukan oleh guru-guru profesional yang peka terhadap perasaan anak, siap mendengarkan dan memahami perasaan anak, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti, menegakan peraturan, menerima perbedaan di antara anak-anak, mampu mengendalikan emosi, memberi dukungan pada saat anak mengalami kesulitan merupakan modal bagi guru untuk dapat mengembangkan keterampilan sosial yang dibutuhkan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Kata Kunci : Anak Usia Dini, Budaya Lokal,  Bimbingan Sosial
MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN TUGAS PERKEMBANGAN MAHASISWA UPI KAMPUS CIBIRU Nenden Ineu Herawati
CAKRAWALA DINI: JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Vol 6, No 1 (2015): Mei 2015
Publisher : UPI Kampus Cibiru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.727 KB) | DOI: 10.17509/cd.v6i1.10514

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya layanan bimbingan dan konseling diberikan kepada semua peserta didik termasuk mahasiswa UPI Kampus Cibiru, dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling tersebut perlu dipersiapkan programnya dahulu yang dilandasi pada layanan yang sangat diperlukan oleh mahasiswa, berdasarkan pengamatan awal ternyata layanan bimbingan yang sangat essensial dalam memfasilitasi dan mengembangkan tugas perkembangannya, karena menurut pendapat ahli psikologi perkembangan Havighurst jika individu mencapai tugas perkembangan yang optimal akan memperoleh kebahagiaan dan sebaliknya jika tidak mencapai tugas perkembangan yang optimal akan mendapat kesedihan dan menghambat tugas perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu tugas perkembangan yang optimal  akan berimplikasi kepada prestasi belajarnya. Metode penelitian yang dilakukan dengan deskriptif, instrumen penelitiannya I T P(Inventori Tugas Perkembangan). Hasil dan pembahasan diperoleh setelah di tes tugas-tugas perkembangan mahasiswa dengan ITP menunjukan belum mencapai tugas perkembangan pada aspek kematangan intelektual, kemandirian perilaku ekonomis, landasan perilaku etis dan kesiapan untuk menikah dan berkeluarga.Sehingga disususnlah program Bimbingan dan konseling untuk memfasilitasi meningkatkan tugas perkembangan mahasiswa, program layanan Bimbingan dan Konseling terdiri atas layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan layanan dukungan sistem.Kata Kunci : Tugas perkembangan, Program BK
PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERBASIS DEVELOPMENTALLY APPROPIATE PRACTICE UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL DAN KECERDASAN INTRAPERSONAL Nenden Ineu Herawati
CAKRAWALA DINI: JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Vol 4, No 1 (2013): Mei 2013
Publisher : UPI Kampus Cibiru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.816 KB) | DOI: 10.17509/cd.v4i1.10374

Abstract

Penelitian ini berlandaskan pada anak usia dini, yang merupakan masa keemasan yang mana masa ini masa peluang segenap potensi akan tumbuh dan berkembang secara optimal jika difasilitasi sesuai kebutuhan dan keberadaannya. Juga merealisasikan Undang-Undang RI no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 butir 14 bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir samapai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Olehkarena itu, anak usia dini dikembangkan secara kreatif melalui pengembangan kurikulum berbasis DAP(Develepmentally Appropiate Practice). Kurikulum berbasis DAP adalah sebuah pendekatan dalam pendidikan yang didasarkan hasil penelitian tetang bagaimana anak-anak berkembang dan belajar, dan apa yang diketahui tentang pendidikan anak usia dini secara efektif. Metode penelitiannya menggunakan metode Delphi melibatkan ahli PAUD. Dengan teknik pengumpul data dan analisis data menggunakan angket, wawancara, studi dokumentasi, eksperimen dan observasi, kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan adanya pengembangan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal. Maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum TK berbasis DAP dapat menstimuli perkembangan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal, olehkarena itu guru TK hendaknya dapat memahami kurikulum berbasis DAP dan dapat menerapkannya. Kata Kunci : Kurikulum TK Berbasis DAP, Kecerdasan Interpersonal dan Kecerdasan Intrapersonal.
Identifikasi Prosocial Skill Anak Usia Dini dalam Project Based Learning di Taman Kanak-Kanak Nenden Ineu Herawati; Margaretha Sri Yuliariatiningsih; Leli Halimah; - Mirawati
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 3 (2020): Optimalisasi Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Menuju Kemandirian di Tengah P
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Prosocial skill atau keterampilan prososial merujuk pada suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memberikan bantuan atau manfaat bagi orang lain. Keterampilan ini merupakan salah satu aspek yang hendaknya dapat dimiliki oleh anak usia dini. Anak yang memiliki keterampilan ini dapat menunjukkan sikap peduli terhadap orang lain yang sedang mengalami kesulitan, mau berbagi, saling membantu dan bergiliran dengan teman. Keterampilan prososial tersebut merupakan suatu keterampilan yang penting dimiliki oleh anak, karena melaluiketerampilan tersebut anak dapat diterima di lingkungan sosialnya dengan baik. Salah satu upaya stimulasi yang diasumsikan dapat meningkatkan keterampilan prososial anak yaitu melalui penerapan project based learning. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi keterampilan prososial anak dalam penerapan project basedlearning di taman kanak-kanak. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Adapun hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara utuh terkait stimulasi keterampilan prososial anak usia dini dalam project based learning, sehingga dapat menjadi salah satu rujukan dalam pengembangan keterampilan prososial di lembaga PAUD. Kata Kunci : Prososial, Projject Based Learning, Anak Usia Din
Design of Elementary School Inclusive Education in Garut Regency Angga; Cucu Suryana; Ima Nurwahidah; Nenden Ineu Herawati
International Conference on Elementary Education Vol. 5 No. 1 (2023): Proceeding The 5th International Conference in Elementary Education
Publisher : Elementary Education Study Program School of Postgraduate Studies Universitas Pendidikan Indonesia in collaboration with UPI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Inclusive education is an innovative approach to accommodate the learning needs of children with special needs. In the broader context, inclusive education can be interpreted as a step in education services in completing compulsory education for all Indonesians. This inclusive education provides insight and knowledge to the community to be able to facilitate the learning needs of children with special conditions. Inclusive education can be one of the efforts in creating educational programs for all walks of life, without being hindered by the conditions that the person has. This study aims to analyze the extent of the design of inclusive education that can be implemented in elementary schools in Garut Regency. The method used in this study is Literature Method. The results showed that there were quite a lot of children with special needs of elementary school age in the Garut Regency. Meanwhile, the distance to the Extraordinary School is quite far. This is because, the Garut area is divided into North Garut, Garut Kota, and South Garut. Not all sub-districts have Extraordinary Schools, even if there are only for certain types of Extraordinary Schools, so this Inclusive Education needs to be organized for the elementary school level in Garut Regency. Thus, the implementation of an Inclusive Education at the elementary school level in Garut Regency requires cooperation and careful design, starting from the preparation stage to the evaluation of education implementation. In addition, appropriate action is needed from various parties, starting from the school ecosystem, such as teachers, principals, supervisors, parents, and policymakers, including the Education Office in the Garut and West Java regencies.
Upaya Mewujudkan Sekolah Inkusif: Sekolah Ramah Anak Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar Surtini Surtini; Nenden Ineu Herawati
Simpati Vol. 2 No. 3 (2024): Juli : Jurnal Penelitian Pendidikan dan Bahasa
Publisher : CV. Alim's Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59024/simpati.v2i3.817

Abstract

Every Indonesian citizen has the right to education, including those with special needs. Changes in the curriculum, tailored to the evolving times and the needs of students, make the curriculum inherently dynamic. The implementation of the Merdeka Curriculum is an effort to improve the quality of education in Indonesia in order to face the continuously evolving challenges of the times. This article aims to examine efforts to create child-friendly schools within the implementation of the Merdeka Curriculum in Indonesia. The approach used in data analysis is a qualitative approach. Realizing child-friendly schools within the framework of the Merdeka Curriculum requires the consistent and comprehensive application of the eight National Education Standards. This involves conducting initial evaluations of school infrastructure, teacher competencies, and student needs to identify areas that need improvement in order to support inclusive education. Regular monitoring and evaluation of the implementation of inclusive education are necessary to ensure its effectiveness and to make the required improvements.
Building a Dream School: Integration of Alternative Inclusion Natural Schools Education centered on Children With Special Needs Based on the Quran and the Sunnah of the Prophet Yani Yani; Nenden Ineu Herawati
GURUKU : Jurnal Pendidikan dan Sosial Humaniora Vol. 2 No. 3 (2024): GURUKU : Jurnal Pendidikan dan Sosial Humaniora
Publisher : Politeknik Kampar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59061/guruku.v2i3.681

Abstract

Education in Indonesia is still not fully inclusive for children with special needs. Forest schools and inclusive schools offer alternative approaches that focus on holistic and inclusive learning. This research aims to explore the concept of forest school and inclusive school integration to create an innovative dream school. The research method used was qualitative with an analytic descriptive approach. Data collection involved direct observation as well as literature study from books, documents and reputable journals. After the data is collected and grouped according to the data, data analysis will be carried out by applying an analytical descriptive approach, this is to get a comprehensive and in-depth understanding of the phenomenon or concept that is the focus of this research. The results of this study indicate that the integration of forest schools and inclusive schools based on the Al-Quran and Sunnah of the Prophet offers a holistic and inclusive education model. By combining outdoor learning and an inclusive approach, children with special needs can experience a supportive and motivating learning environment, in accordance with the principles of justice and compassion taught in Islam.
Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Inklusi di Sekolah Reguler Kota Bandung Madyaning Ratri, Titis; Nenden Ineu Herawati
Jurnal Lensa Pendas Vol 9 No 1 (2024): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33222/jlp.v9i1.3524

Abstract

Education is the basic right of every Indonesian citizen, including those with special needs. The existence of inclusive education services is an education delivery system that provides services and opportunities for all children, including children with special needs and children with special intelligence or talent potential, to participate in education and learning in one environment together with children with general criteria. This research examines and describes the implementation of inclusive education implementation in a regular school in Bandung City, namely SDN 029 Cilengkrang Bandung City with 23 inclusive student participants. This research uses a descriptive - qualitative method, through a case study approach. The results of the research conducted are that in fulfilling the learning needs of students, an inclusive education programme is needed, namely an education system that provides opportunities for students with special needs to take part in learning in the same educational environment as other normal students. In running the inclusive education programme, of course, it is not as easy as turning your hand, it requires joint commitment and collaboration between school residents as well as related agencies in order to create a meaningful, comfortable, and certainly enjoyable learning environment for students with special needs.