Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

FLOURISHING PADA PELUKIS DISABILITAS FISIK YANG TERGABUNG DALAM AMFPA Natan, Defri Harianto; Kristinawati, Wahyuni
KRITIS Vol 30 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24246/kritis.v30i1p35-51

Abstract

Flourishing is a subjective experience when positive emotion, engagement, positive relationships, meaning and accomplishment combine effectively (Seligman, 2011). Previous research found that engagement is not related to artistic activity (D'raven & Pasha-Zaidi, 2016), even though painting is an artistic experience with a sense of emotion, happiness, etc. (Winarno & Aryanto, 2016). The Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) is an international association of painters with physical disabilities in which painters do not have hands and therefore rely on their mouths or feet when painting. This study aims to describe the flourishing of painters with physical disabilities who [the] are members of AMFPA. The method used in this research is a qualitative method with a phenomenological approach to capture the phenomena experienced by the participants as closely as possible (Smith, 2009). Interviews by telephone (conducted during the Covid-19 pandemic situation) and limited observation were carried out on 3 participants (male, aged 41-54 years) during March - November 2020, only once. Each interview session lasts 90-120 minutes by telephone. The validity of the data was tested using data triangulation, namely interviewing the significant other (Bachri, 2010), such as spouse, siblings and co-workers of the participants. The results of this study indicate that one of the elements of flourishing, namely engagement, is also experienced by painters with physical disabilities. Other findings show that the different backgrounds and experiences of each painter can have an impact on their flourishing experiences.
MINDFULNESS DAN PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA DI ERA DIGITAL Natalia Christy Waney; Wahyuni Kristinawati; Adi Setiawan
Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 22, No 2: Agustus 2020
Publisher : Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26486/psikologi.v22i2.969

Abstract

Di era digital ini, remaja melakukan eksplorasi dan mengekspresikan diri di media sosial. Media sosial menyebabkan remaja rentan terlibat dalam cyberbullying . Hal ini membuat remaja malu dengan diri sendiri dan berusaha menampilkan citra ideal di media sosial sehingga kurang mampu menerima diri apa adanya. Studi ini merupakan studi literatur yang mencoba menelusuri bagaimana mindfulness dan penerimaan diri pada remaja di era digital. Mesin pencari (search engine) digunakan sebagai alat mencari data. Ditemukan 13 literatur dan penelitian dan digunakan sebagai sumber data. Penelitian ini menyimpulkan bahwa latihan mindfulness bisa dijadikan alternatif dalam meningkatkan penerimaan diri pada remaja, dan mindfulness dapat dipraktikkan dengan memanfaatkan aplikasi smartphone. Namun, belum ditemukan penelitian yang secara khusus membuktikan efektivitas penggunaan aplikasi mindfulness dalam meningkatkan penerimaan diri pada remaja di Indonesia.
REGULASI EMOSI MENGHADAPI KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI MAYOR Yeni Gunawan; Wahyuni Kristinawati
Jurnal Psikohumanika Vol 10 No 1 (2018): Jurnal Psikohumanika
Publisher : Program Studi S1 Psikologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.821 KB) | DOI: 10.31001/j.psi.v10i1.320

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran regulasi emosi dalam menghadapi kecemasan pada pasien yang akan melakukan operasi mayor (pre operasi mayor). Metode penelitian menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian ini melibatkan tiga orang partisipan, terdiri dari satu orang pria dan dua orang wanita. Hasil dari penelitian ini menunjukan setiap partisipan memiliki strategi dan cara meregulasi emosi masing-masing dalam menghadapi kecemasan. Kedua partisipan wanita dengan strategi expressive suppression, sedangkan partisipan pria dengan cognitive reappraisal.
OKO MAMA: TANDA PEMAAFAN YANG BERBASIS KEARIFAN LOKAL TIMOR Dytharia Grace Kamengon; Jacob Daan Engel; Wahyuni Kristinawati
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 9 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v9i2.22331

Abstract

Oko mama merupakan satu kearifan lokal yang dihidupi oleh masyarakat Timor Amarasi. Ketika menyelesaikan masalah dengan tidak membawa oko mama, maka akan adanya penolakan, tidak bersedia untuk menyelesaikan masalah, perasaan marah, perasaan tidak dihargai, dan munculnya emosi negatif yang lain, bahkan bisa memperbesar masalah tersebut serta menjadi bahan perbincangan masyarakat. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan bentuk budaya oko mama dan ritualnya, serta dinamika pemaafan menggunakan budaya oko mama dalam konteks permasalahan yang terjadi Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Hasilnya ialah oko mama menjadi acuan pertama atau stimulus bagi seseorang untuk masuk dan menghadirkan situasi yang baik bagi orang lain dan ritual-ritual yang dilakukan menjadi pendukung untuk mencapai pemaafan. Selain itu, budaya ini menampilkan aspek emosional, kognisi dan interpersonal. Kesimpulannya, oko mama bisa menjadi satu simbol budaya dan rangkaian ritualnya membantu seseorang dalam mengelola aspek emosional, kognisi dan interpersonal. Meskipun demikian, ditemukan bahwa proses penyelesaian masalah yang dilakukan hanya difokuskan untuk memperbaiki hubungan interpersonal dan terdapat beberapa proses terkait dengan budaya oko mama yang juga diabaikan atau tidak digunakan.
STUDI PSIKOLOGIS: NAKETI SEBAGAI SARANA PEMAAFAN SUKU DAWAN Karolina Apriance Tamelab; Wahyuni Kristinawati; Jacob Daan Engel
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 9 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v9i2.22345

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tradisi naketi sebagai salah satu sarana pemaafan bagi suku Dawan dilihat dari aspek tahap-tahap pemaafan dan dimensi pemaafan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Partisipan berjumlah dua keluarga suku Dawan yang pernah menggunakan naketi dalam menyelesaikan konflik dalam keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap pemaafan pada kasus kedua keluarga ini memiliki proses dan waktu yang berbeda-beda hingga akhirnya pada tahap pemaafan. Pada dimensi pemaafan, kasus pertama menunjukkan pemaafan pada dimensi interpersonal sedangkan pada dimensi intrapsikis khususnya pada aspek emosi, partisipan belum sepenuhnya memaafkan. Kasus kedua, baik secara dimensi intrapsikis maupun dimensi interpersonal partisipan telah memaafkan seutuhnya. Tradisi naketi menjadi salah satu sarana bagi suku Dawan dalam menyelesaikan masalah, termasuk konflik yang terjadi dalam keluarga sehingga terjadinya pemaafan serta perdamaian dalam keluarga.
Athletes’ Sports Orientation Viewed from Parental Social Support and Gender Olivia Rumahpasal; Wahyuni Kristinawati; Adi Setiawan
Journal Sport Area Vol 5 No 2 (2020): December
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/sportarea..vol().4775

Abstract

Sports orientation is one of the important factors for improving an athletes’ performance in achieving sports achievements. This study aims to determine the effect of parental social support and gender on athlete’s sports orientation. Quantitative approach was used as the research method of this study with a correlational research design. The subjects of study were 86 athletes (53.49 % women) at the Students Sports Training Center (SSTC) of DKI Jakarta Province who were selected through convenience sampling technique. Demographic data questionnaires, Parents Social Support Scale and Sport Orientation Questionnaires were used as the measuring instruments. Data analysis uses linear regression (simple and multiple) techniques show results as follows: (1) Parental social support has a significant effect on athletes’ sports orientation (tcount = 4.396 > ttable = 1.988); (2) Gender does not have a significant effect on athletes’ sports orientation (tcount = 1.891 < ttable = 1.988); (3) Parental social support and gender can simultaneously predict athletes’ sports orientation (Fcount = 12.93 > Ftable = 2.49). The effective contribution of parental social support and gender simultaneously toward athletes’ sports orientation is 21.9 % and the rest is influenced by other factors outside the study. The role of parental social support (17.75 %) is more dominant than gender (4.14 %)
Kecerdasan Emosi dengan Resiliensi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja di Panti Asuhan Pujining Wanodya Nyiagani; Wahyuni Kristinawati
Philanthropy: Journal of Psychology Vol. 5 No. 2 (2021)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/philanthropy.v5i2.4446

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan resiliensi ditinjau dari jenis kelamin pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional dan komparatif. Sampel penelitian yaitu 55 remaja yang tinggal di panti asuhan yang dipilih dengan teknik purposive sampling di Kabupaten Karanganyar. Kriteria responden yaitu remaja berusia 12-21 tahun dan tinggal di panti asuhan selama lebih dari 1 tahun. Alat ukur menggunakan skala resiliensi dari Connor dan Davidson (2003) dan skala kecerdasan emosi dari Schutte, Malouff, Hall, Hagegerty, Cooper, Golden, dan Domheim (1998). Analisis data menggunakan uji korelasi product moment pearson dan t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan resiliensi pada remaja yang tinggal di panti asuhan dengan (r) sebesar 0,552 memiliki signifikansi 0,000 (p<0,05). Kedua, ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan resiliensi remaja laki-laki dengan (r) sebesar 0,640 memiliki signifikansi 0,003 (p<0,05) dan remaja perempuan dengan (r) sebesar 0,516 memiliki signifikansi 0,001 (p<0,05). Ketiga, tidak terdapat perbedaan antara remaja laki-laki dan perempuan panti asuhan dalam hal kecerdasan emosi dengan (p=0,149; p>0,05) maupun resiliensi (p=0,917; p>0,05). Keempat, skor resiliensi dan kecerdasan emosi remaja yang tinggal di panti asuhan berkategori sedang.
Self Disclosure dengan Resiliensi pada Remaja Wanita di Panti Asuhan Risa Kristianti; Wahyuni Kristinawati
Jurnal Ilmiah Psyche Vol 15 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Psyche
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Bina Darma Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.686 KB) | DOI: 10.33557/jpsyche.v15i2.1543

Abstract

Teenagers who live in orphanages, especially female adolescents, have different aptitudes from boys to survive in adversity and bounce back from adversity. This has resulted in female adolescents in orphanages needing to have good resilience in order to be able to survive in difficult conditions. An important factor that affects resilience is trust. A sign of trust shown by someone is doing self-disclosure. This study uses quantitative methods to determine the relationship between self-disclosure and resilience in female adolescents in orphanages. The population in this study were female adolescents aged 15-18 years who lived in an orphanage. The sampling technique used is purposive sampling with a total sample of 51 adolescents. The measuring instruments of this research include the Self-disclosure Scale and the Resilience Scale. Based on the results of research conducted using the Pearson Product Moment Correlation technique, it shows a correlation coefficient of 0.617 with p = 0.000 (p <0.05), which means that there is a significant positive relationship between self-disclosure and resilience in female adolescents in orphanages.
Perbedaan Trait Callous Unemotional pada Remaja Putra dan Remaja Putri Siswa SMK di Wonosobo Theodora Betsy Ersyara; Wahyuni Kristinawati
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol 3, No 2 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.221 KB)

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan trait callous unemotional pada remaja ditinjau dari jenis kelamin. Trait callous unemotional dapat diartikan sebagai sebuah kepribadian yang di dalamnya terdapat kekurangan empati, kurangnya rasa bersalah dan belas kasihan, dan kurangnya pengertian mengenai dampak negatif dari hal-hal yang diperbuat. Partisipan penelitian ini adalah siswa SMK di kota Wonosobo yang memiliki rentang usia 15-18 tahun yang berjumlah 120 remaja terdiri dari 60 remaja laki-laki dan 60 remaja perempuan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ICU Youth Scale yang diadaptasi dari Frick. Berdasarkan uji perbedaan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan trait callous unemotional remaja antara laki-laki dan perempuan. Dengan hasil bahwa remaja laki-laki memiliki tingkat trait callous unemotional yang lebih tinggi daripada remaja perempuan.Kata kunci: callous unemotional, jenis kelamin, traitAbstract. This research aims to examine the difference in the callous-unemotional trait in adolescents reviewed from gender. Callous-unemotional Trait can be interpreted as a personality in which there is a lack of empathy, lack of guilt and compassion, and lack of understanding of the negative effects of things made. The participants of this research are vocational high school students in Wonosobo city which has a range of 15-18 years with 120 teenagers consisting of 60 teenage boys and 60 teenage girls. The sampling techniques used in this study are simple random sampling. The measuring instruments used in this study used the Youth Scale-adapted ICU from Frick. Based on the test the differences obtained results that there is a significant distinction of the callous-unemotional trait of an adolescent between males and females. With the results that young men have a higher level of a callous-unemotional trait than teenage girls.Keyword: gender, trait callous unemotional
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA BAWAAN Maria Iga; Wahyuni Kristinawati
Inquiry: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 12 No 02 (2021)
Publisher : Universitas Paramadina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51353/inquiry.v12i02.502

Abstract

Resiliensi merupakan kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika seseorang menghadapi suatu tekanan maupun trauma, dan penting dalam mengelola tekanan hidup sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja penyandang tunadaksa. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan subjek sebanyak 50 dengan karakteristik remaja penyandang tunadaksa bawaan, berusia 18-22 tahun, dan tinggal bersama keluarga. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan snowball sampling. Alat ukur yang digunakan menggunakan skala resiliensi yang diadaptasi dari Reivich dan Shatte tahun 2002 dan skala dukungan sosial yang diadaptasi dari Sarafino tahun 1998. Hasil analisis data menggunakan uji korelasi product moment menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial khususnya dukungan sosial keluarga dengan resiliensi yang memiliki nilai korelasi (r) sebesar 0,512 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,005). Dukungan sosial teman tidak memiliki hubungan dengan resiliensi. Sehingga tinggi rendahnya resiliensi remaja penyandang tunadaksa tidak ditentukan melalui dukungan sosial khususnya dukungan sosial teman yang diterimanya.