Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perbedaan Nilai Masa Pembekuan Darah (Clotting Time) dengan Menggunakan Tabung Kaca dan Tabung Plastik Metode Lee and White Ria Wulansari; Wahdaniah Wahdaniah; Suwono Suwono
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 2, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v2i2.333

Abstract

Abstract: The period of blood coagulation is the time needed to measure the duration of blood clots. Laboratory examination generally passes through 3 stages: preanalytic, analytic and post analytic stages. At the preanalytic stage should be considered such as the use of glass tubes and plastic tubes. As well as various technical errors tend to shorten or extend the freezing period. This study aims to determine whether there is any difference in the value of clotting time by using glass and plastic tube of Lee and White method. The research method used is Quasi Experiment Design. The sampling technique uses total sampling. The sample in this study is a D-IV level I B Health Analyst who amounted to 47 people. Based on data analysis using Wilcoxon test, the signifcant value of P = 0.000 (P <0,05) then Ho is rejected and Ha accepted which indicate that there is difference of clotting time between glass tube with plastic tube of Lee and White method.Abstrak: Masa pembekuan darah adalah waktu yang diperlukan untuk mengukur lamanya darah membeku. Pemeriksaan laboratorium pada umumnya melewati 3 tahap yaitu tahap praanalitik, analitik dan pasca analitik. Pada tahap pra analitik harus diperhatikan seperti penggunaan tabung kaca dan tabung plastik. Serta bermacam-macam kesalahan teknik cenderung memperpendek atau memperpanjang masa pembekuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai masa pembekuan darah (clotting time) dengan menggunakan tabung kaca dan tabung plastik metode Lee and White. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment Design. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa D-IV tingkat I B Analis Kesehatan yang berjumlah 47 orang. Berdasarkan Analisis data menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai Signifkan P = 0,000 (P< 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan masa pembekuan darah (clotting time) antara tabung kaca dengan tabung plastik metode Lee and White.
Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Jahe Merah dan Jahe Putih terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Candida Albicans Maulidiyah Salim; Suwono Suwono; Tessa Siswina
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 1 (2017): November 2017
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i1.101

Abstract

Abstract: Ginger is a plant that can be used as an antifungal drug because it contains active substances such as limonene, caprylic-acid and gingerol. The famous those varieties are red and white ginger. This study was aimed to determine the difference of concentration between red rhizome-ginger extract and white ginger to the inhibitory potency of C.albicans fungus by looking at the number of growth colonies on PDA media. This research method was quasi-experimental, sampling technique by purposive sampling. Each red and white ginger ethanol extract was performed with 10 treatments using DMSO (Dimethyl Sulfoxide) as a solvent in concentrations of 2, 4%, 6%, 8%, 10%, 12%, 14%, 16%, 18 % and 20%. The inhibitory test of red and white ginger ethanol extracts was carried out by using dilution method, with a mushroom suspension of Candida albicans isolate adapted to Mc Farland’s turbidity standard of 0.5. Based on the result, it was determined that value of KMB (Minimum Kill Content) red ginger extract start at 4% concentration and white ginger extract start at 6%. Independent t-Test test results obtained p = 0,025. From this research, it can be concluded that there were different concentrations of red and white ginger extract in inhibiting the growth of Candida albicans fungus. Abstrak: Jahe adalah tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat antijamur karena mengandung zat aktif limonene, caprilic-acid dan gingerol. Varietas yang terkenal yaitu jahe merah dan jahe putih. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan konsentrasi ekstrak rimpang jahe merah dan jahe putih terhadap daya hambat jamur C.albicans dengan melihat jumlah koloni yang tumbuh pada media PDA. Metode penelitian ini adalah eksperimental semu, teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Masing-masing ekstrak etanol jahe merah dan jahe putih dilakukan dengan 10 perlakuan dengan menggunakan DMSO (Dimethyl Sulfoxide) sebagai pelarut pada konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, 12%, 14%, 16%, 18% dan 20%. Uji daya hambat ekstrak etanol jahe merah dan jahe putih dilakukan menggunakan metode dilusi, dengan suspensi jamur dari isolat Candida albicans yang disesuaikan dengan standar kekeruhan Mc Farland 0,5. Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai KMB (Kadar Bunuh Minimum) ekstrak jahe merah mulai pada konsentrasi 4% dan ekstrak jahe putih mulai pada 6%. Hasil uji Independent t-Test didapatkan hasil p = 0,025. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi ekstrak jahe merah dan jahe putih dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
Perbedaan Kadar Besi (Fe) pada Air Sumur Gali Di Dusun Wonodadi RT 07/ RW 10 yang Diberi PAC dengan yang Diberi Tawas Mutmainah Kartini; Ratih Indrawati; Suwono Suwono
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 2, No 1 (2018): November 2018
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v2i1.319

Abstract

Abstract: Water is one of the important components in human life. The results of observations by researcher, the Wonodadi Hamlet  RT 07 / RW 10 people using dig well water as clean water source. The dig well water used contains high Fe content, so the people adds PAC and alum (Aluminum Sulfate) before using water to reduce Fe content. The purpose of this research was to analyze the difference of Fe content in dug well water in Wonodadi Hamlet RT 07 / RW 10 which was PAC (Poly Aluminum Chloride) added with alum (Aluminum Sulfate) added. The research design used was quasi experimental research because it did not use the actual research design. The samples were dig well water treated by PAC 100 mg and alum 150 mg adds in every 1000 ml sample. The number of samples in this reserch was determined by replication formula, 16 samples of dig well water were PAC added and 16 samples of dig well water were alum added so that 32 samples were obtained. Samples of dig well water were taken at Wonodadi Hamlet RT 07 / RW 10. Analysis of Fe content in this research using AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer) method. The average of Fe content in the dig well water added by PAC was 0,9513 ppm. The average of Fe content in dig well water which was added by alum was 1,6735 ppm. Hypothesis in this research is alternative hypothesis (Ha) that there is difference of Fe content on dig well water in Wonodadi Hamlet RT 07 / RW 10 which PAC added with alum added. The result of computerized data processing through Paired T-Test obtained value p = 0,000 (p <0,05). Based on these results, Ha is received means that there is a difference in Fe content dig well water in Wonodadi Hamlet RT 07 / RW 10 which was PAC added with alum added.Abstrak: Air merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan manusia. Hasil observasi yang dilakukan peneliti, masyarakat Dusun Wonodadi RT 07 / RW 10 menggunakan air sumur gali sebagai sumber air bersih. Air sumur gali yang digunakan mengandung kadar Fe tinggi, sehingga masyarakat tersebut menambahkan PAC dan tawas (Aluminium Sulfat) sebelum menggunakan air untuk menurunkan kadar Fe. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaan kadar Fe pada air sumur gali di Dusun Wonodadi RT 07 / RW 10 yang diberi PAC (Poly Aluminium Chloride) dengan yang diberi tawas (Aluminium Sulfat). Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimen karena tidak menggunakan rancangan penelitian yang sebenarnya. Sampel penelitian berupa air sumur gali yang diberi perlakuan dengan menambahkan PAC 100 mg dan tawas 150 mg pada setiap 1000 ml sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus replikasi, 16 sampel air sumur gali diberi PAC dan 16 sampel air sumur gali diberi tawas sehingga didapat 32 sampel. Sampel air sumur gali diambil di Dusun Wonodadi RT 07 / RW 10. Analisa penentuan kadar Fe dalam penelitian ini menggunakan metode AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer). Rata-rata kadar Fe pada air sumur gali yang ditambahkan PAC adalah 0,9513 ppm. Rata-rata kadar Fe pada air sumur gali yang ditambahkan tawas adalah 1,6735 ppm. Hipotesis pada penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada perbedaan kadar Fe pada air sumur gali di Dusun Wonodadi RT 07 / RW 10 yang diberi PAC dengan yang diberi tawas. Hasil pengolahan data secara komputerisasi melalui uji Paired T-Test diperoleh nilai p = 0,000 ( p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, Ha diterima artinya ada perbedaan kadar Fe pada air sumur gali di Dusun Wonodadi RT 07 / RW 10 yang diberi PAC dengan yang diberi tawas.
Penggunaan Antikoagulan Naf pada Pengukuran Kadar Glukosa Darah Selama 2 Jam Etiek Nurhayati; Suwono Suwono; Everiandi Nur Fiki
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 1 (2017): November 2017
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i1.93

Abstract

Abstract: NaF or Sodium Fluoride are anticoagulants which often used for sampling tests of blood glucose levels because NaF is considered to inhibit the process of glycolysis. The purpose of this study was to determine the difference of blood glucose level that delayed for 2 hours using NaF anticoagulant and without using NaF anticoagulant at students of Medical Laboratory Pontianak. This research method was in the form of Cross-Sectional research. Sampling technique by random sampling with 39 people in total. Glucose examination method used was a method of glucose oxidase using blood serum. The result was the average value of blood glucose level using anticoagulant NaF was 80,256 mg/dl. While the average of blood glucose levels without the use of NaF anticoagulants was 73,589 mg/dl. The data obtained were analyzed statistically using paired t-test result (p = 0,001 <a 0,05). It can be concluded that there was a difference of blood glucose level when using NaF anticoagulant and without using NaF anticoagulant on students of Medical Laboratory Pontianak.Abstrak: Antikoagulan NaF atau Natrium Flourida adalah antikoagulan yang sering digunakan untuk sampling bahan pemeriksaan kadar glukosa darah, karena NaF dianggap mampu menghambat proses glikolisis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa darah sewaktu yang ditunda selama 2 jam menggunakan antikoagulan NaF dan tanpa menggunakan antikoagulan NaF pada mahasiswa/I Analis Kesehatan Pontianak. Desain penelitian menggunakana Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple random sampling dengan jumlah 39 orang. Metode pemeriksaan glukosa yang digunakan adalah metode glucose oxidase menggunakan sthe erum darah Hasil penelitian adalah rata–rata nilai kadar glukosa darah yang menggunakan antikoagulan NaF adalah 80,256 mg/dl. Sedangkan rata-rata kadar glukosa darah yang tanpa menggunakan antikoagulan NaF adalah 73,589 mg/dl. Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan uji t-berpasangan didapatkan hasil (p = 0,001<a 0,05). Dapat disimpulkan terdapat perbedaan kadar glukosa darah sewaktu menggunakan antikoagulan NaF dan tanpa menggunakan antikoagulan NaF pada mahasiswa /i Analis Kesehatan Pontianak.Â