Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

PENYULUHAN TENTANG PENGGUNAAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) DAN PAC (Poly Aluminium Cloride ) DALAM MENURUNKAN ZAT ORGANIK PADA AIR GAMBUT Gervacia Jenny Ratnawaty; Ratih Indrawati; Maulidiyah Salim
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 4, No 1 (2022): BUDIMAS : VOL. 04 NO. 01, 2022
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v4i1.3789

Abstract

Air bersih merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Air gambut berwarna kecoklatan karena kandungan bahan organik yang tinggi. Pada daerah bergambut, umumnya air permukaan yang tersedia sebagai sumber air baku masih sulit dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan air permukaan daerah tersebut berwarna kuning atau coklat dan mengandung bahan organik yang tinggi serta bersifat asam sehingga perlu pengolahan sebelum digunakan. Salah satu sumber air permukaan yang ada di Kalimantan Barat adalah air gambut yang mempunyai kekeruhan rendah, berwarna coklat tua sampai kehitaman (124 - 850 unit PtCo), kadar organik yang tinggi (138-1560 mg/L KMnO4), serta bersifat asam (pH 3,7 – 5,3) Bahan organik alami (natural organik matter, NOM) yang terdapat dalam air gambut akan memberikan estetika yang kurang baik pada warna, rasa dan bau air. Bahan organik alami dapat dihilangkan melalui beberapa proses pengolahan. Proses pengolahan yang paling umum dan ekonomis untuk mengurangi NOM adalah koagulasi dan flokulasi. Serbuk biji Kelor bertindak sebagai koagulan alami, mampu menjernihkan air keruh. Bahkan, serbuk biji Kelor ini dapat digunakan sebagai metode yang paling cepat dan sederhana untuk membersihkan air kotor. Metode pengabdian dilakukan dengan cara ceramah tentang Penggunaan Daun Kelor ( Moringa oleifera ) dan PAC ( Poly Aluminium Cloride) Dalam Menurunkan Zat Orgnik Pada Air Gambut di Desa Rasau Jaya Umum Kabupaten Kubu Raya. Hasil penyuluhan tersebut diharapkan masyarakat Desa Rasau Jaya Umum dapat memanfaatkan bahan alami daun kelor dalam proses menurunkan zat organic pada air gambut.
Analisis Kadar Fe pada Lemiding Tua dan Muda di Wilayah Kubu Raya Kalimantan Barat Gervacia Jenny Ratnawati; Ratih Indrawati
Health Information : Jurnal Penelitian Vol 11 No 1 (2019): Januari-Juni
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.556 KB) | DOI: 10.36990/hijp.v11i1.121

Abstract

Lemiding (Stenochlaena Palustris) is one type of vegetable that grows on peatland, which is a type of fern or fern that is included in the kingdom of plantae and the pteridophyta division (ferns) which is commonly found in the forests of Kalimantan, especially West Kalimantan. Lemiding is one that is easy and fast to adapt to nature, so that it can grow anywhere such as on tree trunks, rotten wood or dry land, even though this local vegetable will flourish on peatlands because of the considerable water intensity facilitate breeding. In the region of West Kalimantan, Lemiding plants are usually consumed in two types, namely young lemiding (white) and old lemiding (red). Red lemiding is a green lemiding with a reddish color, while white lemiding is a green lemiding with a pale color. Lemiding in the people of Kalimantan is processed into vegetables or added as the main vegetable in the typical foods of West Kalimantan, namely spicy porridge. This study aims to determine the comparison of Fe levels in young and old Stenochlaena Palustris in the Kubu Raya Regency. The inspection methodology that will be used is using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Based on the results of the study obtained an average Fe content in young lemiding is 0.39 mg / L and old lemiding is 0.48 mg / L. Statistical test results obtained by computerized data processing throughtest Mann Whitney U obtained p value of 0.038, p <0.05, so it can be concluded that Ha is accepted which means that there are differences in Fe levels in young lemids and old lemiding.
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI GEL PEMBERSIH TANGAN EKSTRAK ETANOL MIDING (STENOCHLAENA PALUSTRIS) Ratih Indrawati
Meditory : The Journal of Medical Laboratory Vol 8, No 2 (2020): Meditory, Volume 8, No 2, Tahun 2020
Publisher : Jurusan Analisis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33992/m.v8i2.1122

Abstract

Background Kalimantan is the largest island in Indonesia which has a tropical climate with abundant biological resources. Biodiversity has the potential to be used as medicinal plants. Plant extracts are preferred as antibacterial, one of which is miding plant (Stenochlaena palustris).Aim This study aims to find out the potential of miding plant extracts as an antibacterial against Staphylococcus aureus.Method Miding was extracted using maceration using 70% ethanol solvent. Ethanol miding extraction showed a yield of 3.12% (w / w).Result The extract obtained was carried out by phytochemical test, phytochemical test of miding ethanol extract showed the composition of alkaloid, flavonoid, stereoid, phenolic, and saponin groups.Conclusion Antibacterial activity test results using the well diffusion method. Formula 30%, 20 and 10%. Obtained inhibition zone diameter of 12.50 mm and 20% of 12.00 mm showed greater antibacterial activity compared to a comparison of only 10.02%.
Pengaruh Variasi Konsentrasi Arang Aktif Bambu Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Pada Minyak Kelapa Produksi Rumahan Fara Chitra; Naufal Fadhil Ramadani; Ratih Indrawati
Ahmar Metastasis Health Journal Vol. 2 No. 2 (2022): Ahmar Metastasis Health Journal
Publisher : Yayasan Ahmad Mansyur Nasirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53770/amhj.v2i2.126

Abstract

Minyak kelapa merupakan produk yang dihasilkan dari kopra yang diolah dengan cara kering dan basah. Minyak kelapa  memiliki kadar asam lemak bebas yang masih tinggi. Semakin tinggi kadar asam lemak bebas, maka semakin rendah kualitas minyak kelapa. Upaya yang dilakukan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas adalah dengan arang aktif. Salah satunya dengan bambu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi arang aktif bambu dalam mengadsorpsi asam lemak bebas pada minyak kelapa produksi rumahan dengan konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 dan 3 gr. Desain penelitian ini berbentuk Pre - Eksperimental dengan metode Titrasi Alkalimetri. Populasi pada penelitian adalah minyak kelapa produksi rumahan di daerah Antibar, Kabupaten Mempawah dan sampel yaitu minyak kelapa produksi rumahan yang belum ditambahkan arang aktif bambu dan minyak kelapa produksi rumahan dengan penambahan arang aktif bambu. Hasil penelitian dengan penambahan arang aktif bambu  didapatkan rata-rata jumlah kadar asam lemak bebas sebesar 0,61; 0,54; 0,53; 0,51; 0,49; 0,47% dan presentase penurunan sebesar  8,96; 19,40; 20,90; 23,88; 26,87 dan 29,85% dari kadar asam lemak bebas sebelum perlakuan yaitu 0,67%.  Berdasarkan Uji Regresi Linear tingkat signifikansi 0,000<0,005. Artinya Ha diterima, sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh penambahan arang aktif bambu terhadap kadar asam lemak bebas pada minyak kelapa produksi rumahan.
ENKAPSULASI DAN STABILITAS PIGMEN KAROTENOID DARI BUAH ENTAWAK (Artocarpus Anisophyllus) Gervacia Jenny Ratnawaty; Ratih Indrawati
Analit: Analytical and Environmental Chemistry Vol 8, No 1 (2023): ANALIT: ANALYTICAL AND ENVIRONMENTAL CHEMISTRY
Publisher : Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Sumatri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.291 KB) | DOI: 10.23960/aec.v8i1.2023.p77-87

Abstract

Pada penelitian ini telah dilakukan proses enkapsulasi dan stabilitas pigmen karotenoid dari buah entawak (Arthocarpus Anisophyllus). Konsentrasi Maltodekstrin sebagai penyalut yang paling efisien adalah 10%. Berdasarkan uji statistic SPSS menggunakan uji korelasi dari hasil penelitian diperoleh untuk kecepatan pengadukan terdapat pengaruh yang signifikan antara kecepatan pengadukan terhadap kadar karotenoid dengan nilai signifikansi (p) 0,000 < 0,05. Pada Uji termostabilitas yang meliputi pH dan suhu diperoleh untuk uji pH diperoleh nilai signifikan(p) 0,111 > 0,05 yang artinya tidak terdapat pengaruh kadar karotenoid terhadap pH. Dan nilai signifikansi (p) 0,871 < 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar karotenoid terhadap suhu. Sementara uji fotostanilitas yang meliputi pengaruh sinar matahari dan Sinar UV-Vis diperoleh nilai signifikansi (p) 0,047 < 0,05, dan nilai signifikansi (p) 0,008 < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh kadar karotenoid terhadap UV-VIS. Kata kunci: Enkapsulasi, Uji Stabilitas, Buah Entawak .
Pengaruh Lama Waktu Kontak Kulit Pisang Kepok ( Musa Acuminata L) Pada Minyak Goreng Bekas Terhadap Penurunan Kadar Asam Lemak Bebas Gervacia Jenny Ratnawaty; Ratih Indrawati
Jurnal Vokasi Kesehatan Vol 2, No 2 (2016): Juli 2016
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.647 KB) | DOI: 10.30602/jvk.v2i2.69

Abstract

Abstract: The Effect of The Duration of The banana Peel Dipped In Used Cooking Oil Toward The Decrease of Free Fatty Acid. The aim of this research is to determine the effect of the contact duration of kepok banana skin (Musa acuminata) on used cooking oil toward the degradation of the level of free fatty acid. The researcher conducted quasi-experimental design with the population of the used cooking oil which had been dipped with kepok banana skins within five-time treatment and it is replicated for five times with the total subject is 25 samples.The findings of the research, which was conducted in chemistry laboratory of food and beverage, showed that there was a degradation of the average level of free fatty acid in the used cooking oil before being contacted with the kepok banana skin, that was 0.66%, the degradation after being contacted with 100 grams of kepok banana skins within 1 hour was 0.62%, after being contacted within 2 hours was 0.54%, after being contacted within 3 hours was 0.41%,and within 4 hours was 0.29%. Based on the data analysis from linear regression test, it was found that p=0.026 (p>0.05) and it lead to the rejection of Ho. It means that there is a significant effect upon the contact duration of kepok banana skins toward the level of free fatty acid on used cooking oil.Abstrak: Pengaruh Lama Waktu Kontak Kulit Pisang Kepok ( Musa Acuminata L) Pada Minyak Goreng Bekas Terhadap Penurunan Kadar Asam Lemak Bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh lama waktu kontak kulit pisang kepok (Musa acuminata L) pada minyak goreng bekas terhadap penurunan kadar asam lemak bebas. Jenis penelitian bersifat eksperimental semu. Populasi dalam penelitian ini adalah minyak goreng bekas dan sampel yang digunakan adalah minyak goreng bekas yang sudah di rendam dengan kulit pisang kepok dengan perlakuan sebanyak 5 kali dan direplikasi sebanyak 5 kali sehingga total sampel berjumlah 25.Dari hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium kimia makanan dan minuman didapatkan penurunan rerata kadar asam lemak bebas pada minyak goreng bekas sebelum di kontakkan kulit pisang kepok sebesar 0,66% , yang telah dikontakkan dengan kulit pisang kepok sebanyak 100 gr selama 1 jam sebesar 0,62% , 2 jam sebesar 0,54% , 3 jam sebesar 0,41% dan 4 jam sebesar 0,29%. Hasil analisis menggunakan uji regresi linier diketahui bahwa p=0,026 (p>0,05) maka Ho ditolak yaitu ada pengaruh waktu kontak kulit pisang kepok terhadap kadar asam lemak bebas pada minyak goreng bekas.
ANALISIS DAYA HAMBAT FORMULA ANTISEPTIK GEL PEMBERSIH TANGAN DAUN MANGROVE TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus edy suwandi; Kamarudin; Ratih Indrawati; Emilda Sari; Sugito
Jurnal Ilmiah Umum dan Kesehatan Aisyiyah Vol. 8 No. 1 (2023): JAKIYAH VOL. 8 NO. 1 JUNI 2023
Publisher : Program Studi Kebidanan Politeknik Aisyiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang:  Penggunaan antiseptik tangan diperlukan sebagai salah satu upaya dalam menjaga kebersihan tangan. Namun antiseptik tangan yang beredar dalam pasaran terbuat dari bahan utama alkohol dengan konsentrasi ± 50% sampai 70%. Kandungan alkohol pada hand sanitizer apabila digunakan secara terus menerus dapat menimbulkan rasa terbakar, kulit kering, iritasi, dan tidak dapat digunakan pada kulit luka. Oleh karena itu, diperlukan antiseptik tangan berbahan dasar dari bahan alam yang mempunyai aktivitas daya hambat terhadap bakteri dan aman apabila diaplikasikan pada telapak tangan secara berulang. Salah satu bahan alam yang dapat bersifat sebagai antibakteri adalah daun Mangrove. Daun Mangrove mengandung senyawa bioaktif antibakteri jenis alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Tujuan: Penelitian bertujuan menjelaskan perbedaan daya hambat antara formula 1, formula 2 dan formula 3 antiseptik gel pembersih tangan daun Mangrove terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Metode: Desain penelitian yang digunakan yaitu quazi experiment. Pada penelitian menggunakan sampel antiseptik gel pembersih tangan daun Mangrove formula 1, formula 2 dan formula 3 dengan sepuluh kali replikasi setiap perlakuan. Untuk uji daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi Kirby Bauer. Hasil penelitian: Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, zona hambat yang terbentuk pada formula 1 rata-rata 9,90 mm, formula 2 rata-rata 12,80 mm dan formula 3 rata-rata 16,00 mm. Hasil analisis statistik menggunakan uji Friedman didapatkan p value = 0,000 < a 0,05. Simpulan: Terdapat perbedaan daya hambat antiseptik gel pembersih tangan daun Mangrove formula 1, formula 2 dan formula 3  terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Pemanfaatan Sampah Organik Rumah Tangga Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bio-Etanol Dengan Metode Hidrolisis Fisik Menggunakan Panas Dan Tekanan Tinggi Ratih Indrawati; Gervacia Jenny Ratnawati
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i2.148

Abstract

Abstract: The main problem faced by the Indonesian nation is the deficit of oil fuel as asource of fossil energy besides Indonesian also difficulties in handling waste. Organic waste contains starch, sugar, and hemiselulosa. Sugar is fermented into bioethanol as a fuel subtitute. The purpose of this study was to seethe effect of hausehold organic waste hydrolysis to produce large bioethanol, the hydrolysis used was by heating temperatur hydrolysise 1000C and by using presto. Fermentation is carried out using 3 % yeast tape for 6 day. To obtain fermentation ethanol in distilation. From the research results obtained the highest levels of heating using presto of 19,22. Statistical test using wilcoxon test showed a difference with significance value p = 0.00 (p<0.05). This illustrates the influence of warming temperature on the increase of bioethanol content.Abstrak: Masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia mengalami defisit bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber energi fosil selain itu Indonesia juga kesulitan dalam penanganan sampah. Sampah organik mengandung pati, gula dan hemiselulose. Gula difermentasi menjadi bio-etanol sebagai pengganti bahan bakar. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh hidrolisis sampah organik rumah tangga sehingga menghasilkan bio-etanol yang besar, hidrolisis yang digunakan adalah dengan cara pemanasan suhu 1000C dan denan menggunakan presto. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan ragi tape 3 % selama 6 hari. Untuk mendapatkan etanol fermentasi di destilasi. Dari hasil penelitian diperoleh kadar tertinggi pada pemanasan menggunakan presto sebesar 19,22 . Uji statistik menggunakan Wilcoxon  menunjukan adanya perbedaan dengan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05). Hal ini menggambarkan adanya pengaruh suhu pemanasan terhadap meningkatnya kadar bio-etanol.
Perbedaan Kadar Asam Sianida pada Rebung Sebelum dan Sesudah Difermentasi dengan Larutan Garam 2%, 3%, 4%, 5% Selama 7 Hari Ester Novelia; Ratih Indrawati; Linda Triana
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 2, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v2i2.330

Abstract

Abstract: Bamboo shoot has a good nutritional value but bamboo shoot contains HCN (cyanide acid) which is a toxic compound in a form of taxiphylin glycoside in various gradients. The right bamboo shoots processing before it is been consumed is necessary, so that the bamboo shoot is safe to be consumed. One of the bamboo shoot processing that can decrease the cyanide acid level is fermentation using salt solution. The aim of this research is to fnd out about the difference on cyanide acid level on bamboo shoot before and after fermentation using salt solution 2%, 3%, 4%, and 5% for 7 days. The research design used is quasy experimental using purposive sampling with 25 samples.The determination method of cyanide acid level used was ion selective electrode. This method is based on the measurement of electrical voltage contained in destilat with ion exchange substance solid form in electrode surface made from the mixture of silver compounds inorganic conductive which is soluble in water. Based on the research the average cyanide acid level before fermentation was 96.27 mg/kg, after fermentation using salt solution 2% was 18,86 mg/kg, after fermentation using salt solution 3% was 10,71 mg/kg, after fermentation using salt solution 4% was 3,41 mg/kg and after fermentation using salt solution5% was 0,67 mg/kg. From the anava test performed, the result was p = 0,000 (p<0,005) which means there is signifcant difference of cyanide acid level on bamboo shoot before and after fermentation using salt solution 2%, 3%, 4%, and 5% for 7 days.Abstrak: Rebung memiliki nilai gizi yang cukup baik akan tetapi rebung bambu mengandung HCN (asam sianida) yang merupakan senyawa beracun dalam bentuk glikosida taxiphylin dengan tingkat yang beragam. Pengolahan rebung yang tepat sebelum dikonsumsi sangat diperlukan agar rebung aman untuk dikonsumsi. Salah satu cara pengolahan rebung yang dapat menurunkan kadar asam sianida adalah fermentasi menggunakan larutan garam.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar asam sianida pada rebung sebelum dan sesudah difermentasi dengan larutan garam 2%, 3%, 4%, 5% selama 7 hari. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu menggunakan purposive sampling sebanyak 25 sampel. Metode penetapan kadar asam sianida menggunakan elektroda selektif ion. Metode ini didasarkan kepada pengukuran tegangan listrik yang dihasilkan akibat terjadinya proses pertukaran anion/kation antara ion sianida yang ada dalam destilat dengan zat penukar ion bentuk padat pada permukaan elektroda yang terbuat dari campuran senyawa-senyawa perak anorganik konduktif yang bersifat sukar larut dalam air.Berdasarkan hasil penelitian rata-rata kadar asam sianida sebelum difermentasi adalah 96.27 mg/kg, sesudah difermentasi dengan larutan garam 2% adalah 18,86 mg/kg, sesudah difermentasi dengan larutan garam 3% adalah 10,71 mg/kg, sesudah difermentasi dengan larutan garam 4% adalah 3,41 mg/kg dan sesudah difermentasi dengan larutan garam 5% adalah 0,67 mg/kg. Dari uji anava didapatkan hasil p = 0,000 ( p < 0,005) berarti terdapat perbedaan kadar asam sianida pada rebung sebelum dan sesudah difermentasi dengan larutan garam 2%, 3%, 4%, 5% selama 7 hari.
Pengaruh Perendaman Larutan Kapur Sirih terhadap Kadar Asam Sianida pada Biji Karet Ratih Indrawati; Gervacia Jenny Ratnawaty
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 1 (2017): November 2017
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i1.98

Abstract

Abstract: Rubber seeds contain high protein, but there is also toxin called hydrogen cyanide (HCN), with cyanide content of 330 mg of every 100 g. Cyanide levels contained in rubber seeds are quite high. The effort to lower the cyanide level is by immersion in a solution of whiting. The purpose of this research was to determine the influence of dyeing in various concentration of lime betel leaf (0,3%, 0,6%, 0,9%, 1,2% and 1,5%) for 6 hours to cyanide acid level in rubber seed. The method of cyanide acid content determination using ion selective electrode with 30 samples determined by purposive sampling. While the research method used was quasi-experimental with statistical analysis using ANOVA test. Based on the research result, the average of cyanide acid content in the rubber seeds without dyeing was 4666,625 mg/kg, after dyeing in the lime solution for 6 hours with concentration 0,3% equal to 59,60 mg/kg, concentration 0,6% was 33.25 mg/kg, 0.9% concentration was 16.70 mg/kg, concentration of 1.2% was 28.70 mg/kg, and after dyeing in 1.5% concentration was 32.775 mg/kg. Statistically obtained p-value = 0.000 (p <0,05) so that there was influence of immersion of lime betel solution in various concentration to cyanide acid level in rubber seed.Abstrak: Biji karet mempunyai kandungan protein yang tinggi, namun didalamnya terdapat suatu racun yaitu hydrogen cyanide (HCN), dengan kadar sianida 330 mg dari setiap 100 g. Kadar sianida yang terkandung pada biji karet tergolong tinggi. Upaya untuk menurunkan kadar sianida adalah dengan melakukan perendaman dalam larutan kapur sirih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perendaman larutan kapur sirih dalam berbagai konsentrasi yaitu 0,3%, 0,6%, 0,9%, 1,2% dan 1,5% selama 6 jam terhadap kadar asam sianida pada biji karet. Metode penetapan kadar asam sianida menggunakan elektrode selektif ion dengan sampel penelitian sebanyak 30 sampel yang ditentukan secara purposive sampling. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu dengan analisis statistik menggunakan uji Anova. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata kadar asam sianida pada biji karet tanpa perendaman yaitu 4666,625 mg/kg, sesudah direndam larutan kapur sirih selama 6 jam dengan konsentrasi 0,3% sebesar 59,60 mg/kg, konsentrasi 0,6% sebesar 33,25 mg/kg, konsentrasi 0,9% sebesar 16,70 mg/kg, konsentrasi 1,2% sebesar 28,70 mg/kg, dan sesudah direndam konsentrasi 1,5% sebesar 32,775 mg/kg. Secara statistik diperoleh nilai p=0,000 (p < 0,05) sehingga ada pengaruh perendaman larutan kapur sirih dalam berbagai konsentrasi terhadap kadar asam sianida pada biji karet.