Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Pertambangan Emas tanpa Izin (PETI) Kecamatan Mandor Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat Salim, Maulidiyah; Suhartono, Suhartono; Wahyuningsih, Nur Endah
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 11, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.11.2.160 - 165

Abstract

Background : Malaria disease is one of many health problems in Indonesia. The National Annual Parasite Incidence (API) in 2009 is 1.85 per 1,000 people with the provincial range of 0.02 – 27.66 per 1.000 people. According to the data of Health Profile in West Kalimantan in 2009, the clinical malaria was 55.987 and positive malaria was 17.885.In Landak County in 2009, the number of clinical malaria was 4.656 and positive malaria was 698.Methode : This research was an observasional reserved with the approact case control. The case was the in habitants malaria in the period January to December 2011 and the control was the in habitants who free from have malaria.The number of the respondents was 132 samples. Data collection was conducted by interviews and environmentalobservation. The statistical analysis used univariate analysis, bivariate analysis, and simple regression multivariate analysis; and the instrument used to calculate the amount of risk was the odd ratio (OR).Result : The factors that were proven to correlate to the cases of malaria disease were the finding of Anopheles sp.larva in the water of lagoon and swamp, the existence of the lagoon (p = 0.037; OR = 2.414; CI 95 95% = 1.118 –5.211), the usage of mesh on the house ventilations (p = 0.034; OR = 5.714; CI 95 95% = 1.201 – 7.192), the habit of using mosquito net (p = 0.004; OR = 5.378; CI 95 95% = 1.700 – 7.014), the habit of using mosquito repellent (p = 0.000; OR = 6.5; CI 95 95% = 2.935 – 4.394), and the habit of going out of the house at night (p = 0.006; OR = 7.849; CI 95 95% = 1.695 – 6.341).From the multivariate analysis by binary logisticregression, the risk factors influencing on the malaria cases were found: the use of mosquito net, the use of mesh on the house ventilations, the use of mosquito repellent, and the habit of going out of the house at night. The most dominant factor was the use of mosquito repellent with p = and CI 95% = 3.048 – 18.033. Based on the analysis results, it can be found that the use of mosquito net, the use of mesh on the house ventilations, the use of mosquito repellent, and the habit of going out of the house at night have the probability of the risk of having malaria is as much as 95.5%.Keywords : endemic area, malaria, risk factors, area of gold mining
PENYULUHAN TENTANG PENGGUNAAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) DAN PAC (Poly Aluminium Cloride ) DALAM MENURUNKAN ZAT ORGANIK PADA AIR GAMBUT Gervacia Jenny Ratnawaty; Ratih Indrawati; Maulidiyah Salim
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 4, No 1 (2022): BUDIMAS : VOL. 04 NO. 01, 2022
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v4i1.3789

Abstract

Air bersih merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Air gambut berwarna kecoklatan karena kandungan bahan organik yang tinggi. Pada daerah bergambut, umumnya air permukaan yang tersedia sebagai sumber air baku masih sulit dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan air permukaan daerah tersebut berwarna kuning atau coklat dan mengandung bahan organik yang tinggi serta bersifat asam sehingga perlu pengolahan sebelum digunakan. Salah satu sumber air permukaan yang ada di Kalimantan Barat adalah air gambut yang mempunyai kekeruhan rendah, berwarna coklat tua sampai kehitaman (124 - 850 unit PtCo), kadar organik yang tinggi (138-1560 mg/L KMnO4), serta bersifat asam (pH 3,7 – 5,3) Bahan organik alami (natural organik matter, NOM) yang terdapat dalam air gambut akan memberikan estetika yang kurang baik pada warna, rasa dan bau air. Bahan organik alami dapat dihilangkan melalui beberapa proses pengolahan. Proses pengolahan yang paling umum dan ekonomis untuk mengurangi NOM adalah koagulasi dan flokulasi. Serbuk biji Kelor bertindak sebagai koagulan alami, mampu menjernihkan air keruh. Bahkan, serbuk biji Kelor ini dapat digunakan sebagai metode yang paling cepat dan sederhana untuk membersihkan air kotor. Metode pengabdian dilakukan dengan cara ceramah tentang Penggunaan Daun Kelor ( Moringa oleifera ) dan PAC ( Poly Aluminium Cloride) Dalam Menurunkan Zat Orgnik Pada Air Gambut di Desa Rasau Jaya Umum Kabupaten Kubu Raya. Hasil penyuluhan tersebut diharapkan masyarakat Desa Rasau Jaya Umum dapat memanfaatkan bahan alami daun kelor dalam proses menurunkan zat organic pada air gambut.
Cemaran angka kuman pada saus cabai pedagang pentol kuah di Jalan Daya Nasional Maulidiyah Salim; Jajar Pramata Syari; Laila Kamilla; Anisa Fitri Midani
Medical Laboratory Analysis and Sciences Journal Vol 2 No 2 (2020): November 2020
Publisher : Department of D3 Medical Technology Laboratory STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35584/melysa.v2i2.51

Abstract

Chili sauce is a food additive made from chili which is processed from the processing of chili that is cooked and of good quality with the addition of other ingredients. There is a chili sauce in the form of packaging and processed home industry, the use of chili sauce in the community is often presented as a supplement to a variety of foods. However, the cleanliness of chili sauce still needs to be questioned considering the factors that can affect the contamination of chili sauce can be obtained from processing, serving and contamination from the surrounding environment. This study aims to determine the number of bacteria in the chili sauce in meatball traders on daya nasional street. The research design used is descriptive. The sampling technique in this study was by total sampling. The research method used is the Total Plate Count (TPC) method. The number of samples taken in this study amounted to 8 samples. Based on the results of the study, the highest number of germs is 2x106 colonies / gr and the lowest is 3.4x104 colonies/gr, it can be concluded that the entire sample in this study did not meet the conditions set out in Standar Nasional Indonesia (SNI) about chili souce No. 7388 in 2009 which is a maximum of 1x104 colonies/gr.
Anti-Inflammatory of Papaya Leaf Extract (Carica Papaya L) Towards Membrane Stabilization of Red Blood Cells Laila Kamilla; Sri Tumpuk; Maulidiyah Salim
Jurnal Kesehatan Prima Vol 15, No 1 (2021): FEBRUARY
Publisher : poltekkes kemenkes mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jkp.v15i1.399

Abstract

Traditional medical plants are known to society long ago. Apart from easily obtained and inexpensive, it can cure diseases with few side effects than modern medicine. Papaya leaves were used not only because of contained various chemical compounds with pharmacological effects but also alkaloids, flavonoids, saponins, and tannins compounds indicated as anti-inflammatory. This study applied a quasi-experimental design to test the papaya leaves anti-inflammatory activity. The red blood cell stabilization method was employed because analogous to the lysosomal membrane affected the inflammatory process. Purposive sampling was used, creating papaya leaves extract of 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, and 800 ppm concentration, made 24 total samples by four times replication. Based on the red blood cell lysis inhibition, the anti-inflammatory activity was measured and was compared with the positive control (diclofenac sodium). The papaya methanol extract result showed the highest anti-inflammatory activity at 800 ppm of 74.29%. The most effective concentration was at 200 ppm of 62.19%. Tukey's test showed p1.000 ≥ 0.05, suggesting H0 was accepted. There was no difference between the anti-inflammatory activity of papaya leaf methanol extract and diclofenac sodium showing stabilization of red blood cell membranes, indicating papaya potentially as an anti-inflammatory.
PENGARUH BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN TRIGLISERIDA Maulidiyah Salim; Hadjpi Rona Dinihari; Laila Kamilah; Vitria Wuri Handayani
Jurnal Ilmiah Umum dan Kesehatan Aisyiyah Vol. 7 No. 1 (2022): JAKIYAH VOL.7 NO.1 JUNI 2022
Publisher : Program Studi Kebidanan Politeknik Aisyiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35721/jakiyah.v7i1.121

Abstract

Latar belakang: Penyakit kolesterol umum terjadi di negara Indonesia diakibatkan pola makan dan gaya hidup. Tenaga Kesehatan yang seharusnya mengetahui bagaimana pola hidup yang sehat seharusnya dapat menghindari penyakit tersebut. Penyakit kolesterol dapat mengakibatkan banyak gangguan Kesehatan salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Buah anga sebagai buah yang sudah banyak tersedia di pasar diharapkanmenjadi salah satu alternatif untuk menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida bila dikonsumsi secara langsung. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui kadar kolesterol total dan trigliserida sebelum dan setelah mengkonsumsi buah naga merah. Metode:Penelitian menggunakan one group pretest – posttest design. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 11 orang staf Puskesmas yang memiliki kadar kolesterol total di atas 200 mg/dl dan trigliserida di atas 150 mg/dl. Pemberian buah naga pada responden sebesar 2,86 gr/kg BB dan dilakukan selama 21 hari. Kadar kolesterol total darah dan trigliserida dianalisis menggunakan alat photometer 5010 dengan metode CHOD-PAP dan GPO-PAP. Hasil penelitian: Penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata kadar kolesterol total sebelum mengkonsumsi buah naga merah adalah 247,27 mg/dl dan setelah mengkonsumsi buah naga merah selama 21 hari 218,64 mg/dl. Sedangkan nilai rata-rata kadar trigliserida sebelum mengkonsumsi buah naga merah adalah 292,18 mg/dl setelah mengkonsumsi buah naga merah selama 21 hari 236,91 mg/dl. Hasil Uji Statistik T Paired didapatkan hasil nilai signifikansi sebesar 0,013 < 0,05 yang artinya Ha diterima yaitu terdapat perbedaan kadar kolesterol total sebelum dan setelah mengkonsumsi buah naga merah. Hasil Uji Stastistik Wilcoxon didapatkan hasil nilai signifikansi sebesar 0,013 < 0,05 yang artinya Ha diterima yaitu terdapat perbedaan kadar trigliserida sebelum dan setelah mengkonsumsi buah naga merah. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsumsi buah naga secara langsung dapat menurunkan kadar kolesterol total dan menurunkan kadar trigliserida dalam darah.
EFEKTIFITAS PIJAT OKSITOSIN DAN AYAH ASI PADA GIZI SPESIFIK BAYI USIA 0–6 BULAN STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEIGON Utin Siti Candra Sari; Emy Yulianti; Maulidiyah Salim
Jurnal Kebidanan Khatulistiwa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Kebidanan Khatulistiwa
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jkk.v8i1.711

Abstract

Latar Belakang: Provinsi Kalimantan Barat menduduki peringkat 8 terendah dalam cakupan ASI eksklusif yakni 22,9%. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Efektifitas Pijat Oksitosin dan ayah ASI pada Gizi Spesifik Bayi Usia 0 – 6  Bulan Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Saigon Kota Pontianak Metode: Metode penelitian adalah quasy eksperimental dengan rancangan two group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu dengan pijat Oksitosin dan Ayah ASI. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 responden yang dipilih secara proposive sampling. Hasil: Perbandingan Kejadian Stunting Bayi Baru Lahir dan Kejadian sesudah Pijat Oxitoksin, terdapat 1 responden dengan Kejadian Stunting Bayi Baru Lahir dengan hasil kejadian setelah perlakuan Pijat Oksitosin lebih tinggi dari pada setelah perlakuan, 5 responden tetap, dan 14 responden mengalami Kejadian Stunting dari sebelum dilakukan perlakuan Pijat Oksitosin, Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy 0.001 (p < 0,05). Sedangkan 6 responden tetap dan 14 responden mengalami stunting dari sebelum dilakukan perlakuan Ayah ASI, Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy 0.000 (p < 0,05). Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna kejadian stunting bayi baru lahir dengan kejadian stunting sesudah diberi perlakuan pijat oksitosin dan ayah asi gizi spesifik pemberian asi pada usia 0 – 6 bulan di wilayah kerja puskesmas saigon kota pontianak dengan nilai significancy 0.000 (p < 0,05)
Cemaran Mikroba pada Suhu Dingin dalam Kulkas Rumah Tangga Etiek Nurhayati; Maulidiyah Salim; Jajar Pramata Syari; Reinisya Irine
Jurnal Vokasi Kesehatan Vol 8, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.857 KB) | DOI: 10.30602/jvk.v8i1.1176

Abstract

Pendinginan dalam kulkas adalah cara yang paling sederhana dan sering digunakan untuk mengawetkan serta memperpanjang masa simpan bahan makanan. Pendinginan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, karena suhu dingin akan menurunkan energi kinetik semua molekul dalam sistem, sehingga menurunkan kecepatan reaksi kimia termasuk aktivitas metabolisme sel mikroorganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis cemaran mikroba yang terdapat dalam kulkas rumah tangga. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik, crosssectional, dengan total sampling, dengan kriteria inklusi kulkas yang memiliki bagian freezer dan refrigerator. Cemeran mikroba diuji secara laboratorium dengan kultur mikroba dalam media PCA (plate count agar) dengan metode TPC (total plate count). Hasil penelitian terhadap 20 sampel diperoleh, 65% jenis kulkas dua pintu, 5 merk kulkas, masa pakai kulkas bervariasi 1-20 tahun, suhu dalam kulkas (0,1-6) derajat Celcius. Koloni mikroba yang terbanyak 3.885.20 CFU/m, dan terendah 35.32 CFU/m, rata-rata nya 1.080.7920 CFU/m. Sampel kulkas dengan sifat koloni mikroba gram positif yaitu 20%, gram negatif 75%, dan campuran 5%. Sedangkan koloni mikroba bentuk coccus sebanyak 20%, basil 75%, dan cocco basil yaitu 5%. Terdapat 11 sampel kulkas (55%) yang melebihi batas standar angka kuman Permenkes No.70/2016. Hal ini menunjukkan pada suhu dingin dalam kulkas, tidak bebas dari cemaran mikroba.
Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller) pada Minyak Goreng Bekas terhadap Kadar Bilangan Asam Maulidiyah Salim; Gervacia Jenny Ratnawati; Ari Nuswantoro
Jurnal Vokasi Kesehatan Vol 7, No 1 (2021): JANUARI 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.639 KB) | DOI: 10.30602/jvk.v7i1.833

Abstract

Minyak goreng bekas memiliki kadar bilangan asam yang tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan minyak tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) pada minyak goreng bekas terhadap kadar bilangan asam. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu, menggunakan Teknik purposive sampling. Sampel adalah minyak goreng yang telah mengalami proses penggorengan secara berulang yang dibagi menjadi ke dalam 4 kelompok perlakuan dan masing-masing 6 pengulangan sehingga total sampel menjadi 24. Kadar asam lemak bebas diperiksa dengan menggunakan metode alkalimetri. Nilai rata-rata kadar bilangan asam pada kelompok yang terdiri dari tanpa penambahan lidah buaya, dengan penambahan lidah buaya 25 gram, dengan penambahan lidah buaya 50 gram, dan dengan penambahan lidah buaya 75 gram berturut-turut adalah 0,17%, 0,15%, 0,11%, dan 0,09%.  Hasil uji regresi linier sederhana memberikan nilai probabilitas 0,000 (p < 0,05) sehingga dinyatakan ada pengaruh penambahan lidah buaya pada minyak goreng bekas terhadap kadar bilangan asam.
Formulasi Kapsul Enthelmintik Dari Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya. L) Maulidiyah Salim; Laila Kamila; Etiek Nurhayati; Vitria Wuri Handayani
Jurnal Vokasi Kesehatan Vol 8, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.948 KB) | DOI: 10.30602/jvk.v8i1.1100

Abstract

Kecacingan menjadi salah satu masalah kesehatan yang ditulatkan melalui tanah dan mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, produktifitas pada penderitanya. Adanya efek samping dan harga yang mahal pada obat anthelmintik konvensional, maka perlu dilakukannya evaluasi terhadap tanaman obat sebagai alternatif obat anthelmintik. Salah satunya daun pepaya (Carica papaya L) diketahui sebagai memiliki daya antihelmintik. Penelitian ini bersifat eksperimen yaitu suatu desain dengan memberi perlakuan pada kelompok sampel dan kelompok kontrol kemudian diamati pada kurun waktu tertentu. Pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan Februari tahun 2021 di Laboratorium Terpadu Parasitologi Poltekkes Kemenkes Pontianak. Diperoleh senyawa aktif dari ekstrak daun pepaya yang bersifat antihelmintik pada uji in vitro, kemudian dilakukan determinasi pengaruh ekstrak/fraksi dan beberapa senyawa aktif yang diaplikasikan ke hewan mancit untuk melihat apakah hewan mancit mengalami keracunan atau tidak saat mengonsumsi ekstrak/ fraksi daun pepaya. Menurut hasil penelitian, telah dibuktikan bahwa zat aktif berupa tanin dan flavonoid memiliki daya antihelmintik. Daun pepaya (Carica papaya L) diketahui memiliki zat aktif seperti tanin dan flavonoid yang cukup tinggi yang berperan aktif sebagai antihelmintik. Kandungan zat aktif seperti tanin pada daun pepaya lebih banyak dibandingkan akar dan batang.
Pengaruh Variasi Waktu Simpan terhadap Kadar Protein pada Ikan Tongkol Maulidiyah Salim; Linda Triana
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 1, No 1 (2017): November 2017
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v1i1.87

Abstract

Abstract: Fish is one of the sources of animal protein with the nutrients such as protein, lipid and other minerals. People generally save fish in the freezer so that it won’t decay. This research was aimed to analyze the effect of storage time variation with protein level in mackerel tuna. This research was an quasi-experiment research where the results had been analyzed by using regression test. Samples used in this research were fresh mackerel tuna based on visual criteria and their weight about ± 1000 grams. The chosen samples with purposive sampling technic and 4 times replication so total samples were 24. The method using for protein testing was Kjeldahl Method. Results of the research obtained the average of protein level in fresh mackerel tuna amount as 24,52%, 2-day-froze mackerel tuna fish amount as 22,05%, 4-day-froze mackerel tuna 20,29%, 6-day-froze mackerel tuna 18,45% and 8-day froze mackerel tuna 16,03%. The result of regression test showed that there were no significant effect between 2 days storage time variation (p=0,290), 4 days (p=0,242), 6 days (p=0,485) and 8 days (p=0,059) with the protein level of mackerel tuna. Abstrak: Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani dengan kandungan gizi seperti protein, lemak, dan mineral lainnya. Masyarakat umumnya menyimpan ikan dalam freezer agar tidak mengalami pembusukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi waktu simpan dengan kadar protein pada ikan tongkol. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dimana hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji regresi. Sampel yang digunakan adalah ikan tongkol yang segar secara visual dan memiliki berat ±1000 gr. Sampel diperoleh dengan teknik purposive sampling dan dilakukan replikasi sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 24 sampel. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan protein adalah metode Kjeldahl. Hasil penelitian menunjukkan diperoleh rata-rata kadar protein pada ikan tongkol segar sebesar 24,52%, ikan tongkol beku hari ke-2 sebesar 22,05%, ikan tongkol beku hari ke-4 20,29%, ikan tongkol beku hari ke-6 18,45% dan ikan tongkol beku hari ke-8 16,03%. Hasi uji regresi menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata antara variasi waktu simpan 2 hari (p=0,290), 4 hari (p=0,242), 6 hari (p=0,485) dan 8 hari (p=0,059) terhadap kadar protein ikan tongkol.