Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Inventory of Pests on Local Potato Plants from Soe in South Central East District, Province of East Nusa Tenggara Petronella S. Nenotek; Agnes V. Simamora; Mayavira V. Hahuly; Elias O. St. Nguru
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. 8 No. SpecialIssue (2022): December
Publisher : Postgraduate, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppipa.v8iSpecialIssue.2485

Abstract

Sub-districts Kie and Fatumnasi are two sub-districts in mainland West Timor that cultivate local potatoes from Soe. This germplasm needs to be preserved and developed to diversify non-rice alternative food. One of the main obstacles in cultivating potatoes is the presence of pests, but so far there have been no reports of pests on local potato plants from Soe from the two sub-districts, so this research needs to be done. This study aimed at an inventory of important pests on local potato plants from Soe as a database for early detection to prevent the occurrence of explosive pests. This research was conducted on potato plantations in Fatuulan Village, Ayofanu Village, Nunleu Village, and Nenas Village. The method used is a purpose survey at a specified sample point. A sampling of insect pests is done by direct observation and insect nets. The pests found were put in a killing bottle or 70% alcohol, collected, and identified. Observation variables include the type of pest, symptoms of pest attack, and morphological characteristics of the stadia found. The data obtained were analyzed descriptively. The results showed that five species of pests damaged local potatoes from Soe. The five pests were Spodoptera litura, Henosepilachna vigintioctomaculata, Liriomyza sp, Phthorimaea operculella, and Nezara viridula. The identification results showed that in Kie District there were three pest species, namely S. litura, H. vigintioctomaculata, and Liriomyza sp. Meanwhile, in Fatumnasi District, there were four types of pests, namely H. vigintioctomaculata, Liriomyza sp, P. operculella, and N. viridula
IDENTIFIKASI JAMUR PASCAPANEN PADA BUAH TOMAT YANG DIJUAL DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL DI KUPANG Agnes V. Simamora; Julinda B.D Henuk; Petronella S. Nenotek; Mayavira V. Hahuly; Diana Y. L. Serangmo; Wista Kapitan
JURNAL AGRISA Vol 11 No 2 (2022): Jurnal Agrisa
Publisher : Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/agrisa.v11i2.9289

Abstract

Serangan jamur patogenik pada buah-buahan dan sayuran merupakan salah satu masalah mendasar yang menyebabkan rendahnya produksi pasca panen di Indonesia. Buah tomat merupakan produk pertanian yang mudah rusak dan sangat rentan mengalami kerusakan mekanis, fisiologis, dan patologis apabila tidak dilakukan penanganan pascapanen yang benar. Hal ini menyebabkan buah tomat dengan mudah terkontaminasi oleh jamur patogen. Penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2018 ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur yang berasosiasi dengan buah tomat yang dijual pada beberapa pasar tradisional di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Pengambilan sampel dilakukan di lokasi pedagang buah tomat di empat pasar tradisional yang ada di Kupang yaitu pasar Penfui, pasar Oeba, pasar Inpres Naikoten, dan pasar Oesao. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei di lapangan dan eksperimen di laboratorium. Sampel buah tomat sakit dimasukkan ke dalam plastik sampel, diberi label dan dibawa ke laboratorium untuk pengamatan lebih lanjut dan pengidentifikasian patogen secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makrokopis dilakukan untuk mengamati warna dan bentuk koloni, serta kecepatan tumbuh pada cawan Petri. Pengamatan secara mikroskopis dilakukan untuk mengamati persekatan hifa, bentuk dan ukuran konidia, konidiofor, dan tubuh buah lainnya. Data gejala dan tanda patogen pada buah tomat serta identifkasi patogen secara makroskopis dan mikroskopis dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar yang dibandingkan dengan literatur yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh species jamur pascapanen yang berasosiasi dengan buah tomat di pasar, yaitu Aspergillus niger, Aspergillus wentii, Aspergillus flavus, Aspergillus parasiticus, Mucor circinelloides, Fusarium oxysporum, dan Penicillium lanosum.
PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO DI SENTRA PRODUKSI KAKAO KECAMATAN HEWOKLOANG, KABUPATEN SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR Mayavira V. Hahuly; Agnes V. Simamora; Julinda B.D Henuk; Micar Sibha
JURNAL AGRISA Vol 11 No 1 (2022): Jurnal Agrisa
Publisher : Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/agrisa.v11i1.9315

Abstract

Kecamatan Hewokloang merupakan salah satu sentra produksi kakao di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Produksi kakao terkendala oleh berbagai hama dan penyakit. Salah satu penyakit utama pada kakao adalah busuk buah yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui cara pengelolaan budidaya kakao dan Insidensi penyakit busuk buah phytophthora di Kecamatan Hewokloang. Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari hingga Mei 2020. Survei dilakukan dengan metode pengambilan sampel secara sengaja bertingkat (Stratified Purposive Sampling). Pada tingkat kecamatan ditentukan tiga desa yang memiliki tanaman kakao terbanyak, kemudian di setiap desa dipilih tiga rumah tangga petani yang memiliki tanaman kakao terbanyak. Di setiap rumah tangga petani, 20% dari total tanaman kakao yang telah menghasilkan buah ditentukan sebagai sampel dengan metode undian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Insidensi tanaman kakao sakit dan Insidensi buah kakao yang menunjukkan gejala busuk buah masing-masing berkisar antara 64% -75% dan 15% - 65%. Dari ketiga desa sampel, Insidensi tanaman kakao sakit dan buah kakao bergejala busuk terendah ditemukan di Desa Munerana, sedangkan tertinggi di Desa Rubit. Hal ini dikarenakan petani kakao di desa Munerana mempraktekkan cara budidaya kakao yang lebih baik dibandingkan dengan yang dilakukan oleh petani kakao di desa Wolomapa dan di desa Rubit.