Rahmi
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (STISIP) Mbojo Bima

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KEBEBASAN PERS DAN DEMOKRASI DI INDONESIA Rahmi
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol. 6 No. 1 (2019): Mei : Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan
Publisher : Universitas Mbojo Bima - Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebebasan pers dan demokrasi merupakan dua sisi mata uang, tak bisa dipisahkan dan saling berkaitan satu sama lain, dimana sebuah sistem yang besar akan mempengaruhi sub sistem yang berada di dalamnya. Sejarah Pers Indonesia telah menunjukan bagaimana keterkaitan antara sistem politik, sistem pers. Sistem pers yang otoriter cenderung melahirkan pers yang otoriter juga, demikian juga sistem politik yang demokratis akan melahirkan pers yang bebas (kebebasan pers). Sebuah demokrasi tidak akan berjalan tanpa adanya pers yang bebas dan kebebasan pers tidak akan tercapai tanpa sistem yang demokratis. Di Indonesia kebebasan pers memiliki landasan hukum diantaranya, UUD 1945, UU Pers 1999, UU Penyiaran 2002 dan lain-lain.
Proses Komunikasi Pewarisan Nilai Kearifan Lokal Melalui Komunikasi Keteladanan Dalam Masyarakat Perkotaan Di Kota Bima Rahmi; Yayu Rahmawati Mayangsari; M. Al-Asyari
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol. 6 No. 2 (2019): November: Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan
Publisher : Universitas Mbojo Bima - Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi keingintahuan peneliti tentang proses komunikasi pewarisan nilai-nilai kearifan lokal melalui komunikasi keteladanan yang dilakukan orang tua kepada anaknya. Karena sesungguhnya komunikasi dalam keluarga akan berpengaruh terhadap perilaku anak baik di dalam rumah maupun di luar rumah, baik di dalam keluarga maupun di lingkungan sosial. Komunikasi dalam keluarga yang paling berpengaruh terhadap sikap dan tindakan anak dalam lingkungan sosial. Bentukan dalam kelurga bentuk itu pula yang tercermin dalam sikap dan perbuatan anak dalam lingkungan sosial. Oleh karena itu keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk dan melestarikan budaya suatu masyarakat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Proses Komunikasi Pewarisan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Komunikasi Keteladanan Dalam Keluarga?. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui proses komunikasi keteladanan yang dilakukan orang tua kepada anak dalam mewariskan nilai-nilai kearifan lokal. Hasil penelitian ini adalah Peran orang tua atau ayah dan ibu sama-sama memberikan teladan yang baik dan mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal Bima kepada anaknya. Selanjutnya pewarisan nilai kearifan lokal tersebut diajarkan melalui media-media internet serta memberikan nasihat-nasihat secara langsung yang dilakukan secara informal seperti saat ngobrol bersama di ruang TV atau saat selesai Sholat berjamaah. Saat orang tua telah meneladani serta menasihati namun mereka tidak mengimplementasikan dengan perbuatan sehari-harinya, maka orang tua atau lebih tepatnya ayah akan menegurnya dengan cara yang lembut hingga keras. Cara orang tua mewariskan nilai-nilai kearifan lokal melalui keteladanan, kebisaan, nasehat, dan memberikan contoh keteladan yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal maja labo dahu, nggahi rawi pahu, dan Ketada Rawi Ma Tedi, Ketedi Rawi Ma Tada. Tujuannya agar anak-anak mereka mengetahui dan meneladani nilai-nilai kearifan lokal tersebut.
Komunikasi Antarbudaya Suku Sasak Dengan Suku Mbojo Pada Masyarakat Transmigran Di Kecamatan Tambora Kabupaten Bima-NTB Yayu Rahmawati Mayangsari; Rahmi; Wardiman
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol. 6 No. 2 (2019): November: Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan
Publisher : Universitas Mbojo Bima - Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Komunikasi Antar Budaya Suku Sasak dengan Suku Mbojo (Studi Kasus Akulturasi Budaya Masyarakat Transmigran Di Kecamatan Tambora Kabupaten Bima-NTB). Dilatarbelakangi keingintahuan peneliti tentang akulturasi budaya masyarakat transmigran suku Sasak dengan suku asli Mbojo di Kecamatan Tambora. Sebab Kedua-duanya berada di dalam wilayah pemerintahan propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun memiliki latar belakang budaya yang berbeda, dimana Suku Sasak dipengaruhi oleh Suku Bali yang bercorak Hindu-Budha sedangkan Suku Mbojo dipengaruhi Suku Bugis yang bercorak Islam. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana akulturasi budaya yang terjalin antar Suku Sasak sebagai pendatang atau transmigran terhadap Suku Mbojo sebagai warga asli?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana akulturasi budaya yang terjadi antar Suku Sasak sebagai pendatang atau transmigran terhadap Suku Mbojo sebagai warga asli, untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal dan komunikasi sosial transmigran melakukan proses akulturasi, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses akulturasi transmigran. Hasil penelitian ini bahwa suku Sasak berhasil beradaptasi dengan budaya serta kebiasaan suku Mbojo sebagai warga asli. Walaupun pada awalnya sempat merasa cemas dan tidak pasti. Namun dengan cara ikut andil dalam acara-acara suku Mbojo, menjalin kedekatan interpersonal dengan masyarakat sekitar akhirnya suku suku Sasak mulai bisa beradaptasi dan berbaur dengan masyarakat setempat. Ketika komunikasi antarbudaya suku Sasak dan Mbojo terjalin dengan baik, maka terjadilah akulturasi kedua budaya tersebut. Akulturasi yang terjadi antara lain: Akulturasi budaya materil yaitu: (1) Transmigran sudah tidak menggunakan sarung sepanjang hari di berbagai aktivitasnya dan mulai menggunakan celana untuk aktivitas-aktivitas tertentu; (2) Transmigran (suku Sasak) mulai bisa makan sayur ro’o parongge serta bentuk rumah para transmigran sesuai dengan yang disediakan oleh pemerintah; Akulturasi budaya non-material yaitu: (1) Masyarakat transmigran (suku Sasak) sudah bisa menggunakan bahasa Mbojo jika berkomunikasi dengan suku Mbojo; (2) Transmigran sudah beradaptasi dan ikut melakukan budaya weha rima yaitu budaya saling membatu misalnya pada saat panen tiba; (3) Transmigran sudah beradaptasi dan ikut melakukan budaya teka ra ne,e yaitu membantu keluarga melaksanakan hajatan dengan membawakan sesuatu berupa kue, beras atau uang yang diberikan kepada yang punya hajat (4) Transmigran sudah ikut melakukan budaya Mbolo weki yaitu kegiatan musyawarah mufakat persiapan hajatan
Representasi Perempuan Tangguh Dalam Iklan Shampo “Pantene Pro-Vitamin Series” Arief Hidayatullah; Tri Irma Suryani; Yayu Rahmawati Mayangsari; Rahmi
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol. 7 No. 1 (2020): Mei : Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan
Publisher : Universitas Mbojo Bima - Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Representasi Perempuan Tangguh Dalam Iklan Shampo pantene pro-vitamin series (Analisis Semiotika Charles Sander Pierce)”. Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika Charles Sanders Pierce yang terdiri dari Tanda, Interpretasi, objek. Repsentasi Perempuan Tangguh Dalam Iklan Shampo pantene pro-vitamin series (Analisis Semiotika Charles sander pierce) adalah : (1)Rambutnya harus kuat, hal tersebut dapat dilihat pada since 10(sepuluh) karena pembuktian dengan cara ditarik pun rambut tidak rontok dan bisa dilihat dari baju yang digunakan sama sekali tidak ada satu rambutpun yang terlihat jatuh; (2)Energik, hal tersebut dapat dilihat pada since 2(dua) yang menggambarkan wanita yang gemar berolahraga dengan penuh semangat dan focus untuk mengibaskan tali yang sedang digunakan sebagai benda yang membantu melakukan olahraga tali; (3)Produk pantene menjadi salah satu produk perawatan rambut nomor satu yang terkenal di dunia dari PT.UNILIVER. bentuk dan tulisan yang menggunakan warna hitam terlihat semakin jelas karena warna hitam itu symbol dari kuat, dan ditambah dengan background putih semakin terlihat jelas kekuatan dari tulisan logo pantene.
Tampilan Pesan Diri Pemain Ntumbu Tuta dalam Tarian Tradisional Mpa’a Ntumbu di Desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Yayu Rahmawati Mayangsari; Rahmi
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol. 7 No. 2 (2020): November: Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan
Publisher : Universitas Mbojo Bima - Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Tampilan pesan diri pemain Ntumbu Tuta di depan panggung dalam tarian tradisional mpa’a Ntumbu di Desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima (2) Tampilan pesan diri pemain Ntumbu Tuta di belakang panggung dalam tarian tradisional mpa’a Ntumbu di Desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam penentuan informan, penulis menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan menetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan informan. Kriteria dalam memilih informan adalah: (1) Memiliki pengalaman sebagai penari Ntumbu Tuta minimal 3 kali, (2) Memahami tarian Ntumbu Tuta secara mendalam, (3) Sering mengikuti pentas tarian Ntumbu Tuta. Hasil dari penelitian ini menunjukka bahwa: pertama, tampilan pesan diri pemain ntumbu tuta di panggung belakang disampaikan secara verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal disampaikan secara lisan berupa rapalan -rapalan doa yang dibacakan pada saat ritual kalondo genda maupun doa yang dibacakan guru doa untuk kemudian ditiupkan ke air yang akan diminumkan kepada para pemain yang akan melakukan ntumbu tuta agar mereka menjadi kebal. Sedangkan pesan secara nonverbal disampaikan melalui ritual-ritual yang dilakukan sebelum memulai permainan ntumbu tuta seperti berwudhu sebelum berangkat ketempat pertunjukan. Kemudian meminum dan mengusap air yang telah ditiupkan doa oleh guru doa. Kedua,tampilan pesan diri pemain ntumbu tuta di panggung depan disampaikan secara verbal namun mayoritas disampaikan secara nonverbal. Permainan ntumbu tuta Diawali dengan alunan melodi silu (serunai) dan kemudian tabuhan genda (gendang). Sedangkan pesan secara non verbal disampaiakan memalui gerakan-gerakan yang dilakukan yaitu yang pertama gerakan Wura bongi monca (menabur beras berwarna kuning), gerakan mbiri sala (hadap salam), gerakan horma (hormat). Setelah gerakan penghormatan dilanjutkan dengan lampa sese (jalan jinjit), kemudian dilanjutkan dengan gerakan ntumbu atau saling membenturkan kepala satu sama lain yang bermakna kekuatan, ketangguhan dan keberanian sang kesatria. Usai melakukan ntumbu dilanjutkan dengan dengan gerakan ruku hade (penutup).
Pendekatan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam Mengedukasi Literasi Media (Studi pada masyarakat Desa Pandai Kecamatan Woha Kabupaten Bima) Rahmi; Yayu Rahmawati Mayangsari
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol. 7 No. 2 (2020): November: Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan
Publisher : Universitas Mbojo Bima - Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul Pendekatan Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam Mengedukasi Literasi Media (Studi pada masyarakat Desa Pandai Kecamatan Woha Kabupaten Bima). Rumusan masalah yang diangkat yaitu bagaimana pendekatan komunikasi interpersonal yang dilakukan orang tua dalam mengedukasi literasi media. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pendekatan komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam mengedukasi literasi media. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah tokoh mayarakat, tokoh agama, tokoh gender yang juga merangkap sebagai orang tua. Hasil Penelitian yaitu pendekatan komunikasi interpersonal yang dilakukan orang tua dalam mengedukasi anak tentang literasi media yaitu pendekatan informatif, dialogis, dan persuasif. Sedangkan untuk pendekatan instruktif tidak dapat menghasilkan komunikasi yang efektif.
MAKNA RIMPU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI NONVERBAL BAGI PEREMPUAN BIMA Rahmi Rahmi
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol. 9 No. 1 (2022): Mei : Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan
Publisher : Universitas Mbojo Bima - Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59050/jkk.v9i1.95

Abstract

This research is motivated rimpu culture which is one of the cultural community in general Bima, in which women wear to cover nakedness rimpu as Islam teaches that each of the women who have had to cover the nakedness “Aqil balik” in front of people who are not strange. In a society Simpasai sarimpu realized by using a form of obedience to Allah SWT. Rimpu culture began to be known since the advent of Islam in Bima brought by religious leaders from Gowa Makassar. Although the community it self knows no cultural Gowa rimpu so rimpu culture is the result of women’s culture, especially in Simpasai Bima. Rimpu is wearing gloves to wrap the head in which the wearer’s face visible only by using gloves. Rimpu is a type of clothing women’s clothing Simpasi in which a part of nonverbal communication. Rimpu in the context of nonverbal communication has its own meanings. As individual expression which through this rimpu communicate about the values that are believed to users. Is a personal identity or a particular social group. In addition, rimpu reflect the status of a woman in a community, he will be judged as a good woman and family well too if you wear rimpu. Rimpu also communicate the economic status of the wearer this can be seen from the type of glove wearing. Women who wear rimpu will also be assessed as a woman who religion because obedient to God Almighty to cover nakedness.
RESEPSI MASYARAKAT TENTANG ISI SIARAN BIMA TV (Studi Kasus pada Masyarakat BTN Penato’i Kelurahan Penato’i Kecamatan Mpunda Kota Bima) Rahmi
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol. 5 No. 1 (2018): Mei : Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan
Publisher : Universitas Mbojo Bima - Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Resepsi Masyarakat Tentang Isi Siaran Bima Tv (Studi Pada Masyarakat Btn Penato’i Kelurahan Penato’I kecamatan Mpunda Kota Bima)“. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni bagaimana resepsi atau penerimaan masyarakat tentang isi siaran Bima TV dengan menggunakan teori resepsi atau reception theory yang dikemukakan Stuart Hall. Ada tiga konsep utama yang dikemukakan yakni pertama dominan khalayak atau hegemonic position artinya media sebagai encoder menggunakan simbol-simbol yang bisa diterima khalayak umum.Kedua negotiation position atau posisi negosiasi artinya tidak ada dominasi encoder melainkan penafsiran dilakukan secara terus menerus antara encoder dan decoder. Ketiga oposit atau berlawanan artinya decoder menolak pemaknaan atau tafsiran dari media atau encoder. Menggunakan metodelogi kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu peneliti memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan.Teknik analisa data dengan cara mereduksi data, model data serta penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat menonton dan menikmati isi siaran Bima TV artinya khalayak dominan. Namun ada juga yang mengganggap monoton dan membosankan artinya sebagai oposit khalayak. Khalayak nominan menilai isi siaran yang berkaitan dengan budaya lokal dianggap lebih menarik dibandingkan dengan isi siaran hiburan yang cenderung meniru budaya barat.