Asep Wasta
Prodi Sendratasik, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pewarisan Seni Rudat di Kelompok Sawargi Dusun Sukahayu Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Nita Puspitasari; Asti Tri Lestari; Asep Wasta
Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni Vol. 5 No. 1 (2022): Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni
Publisher : Prodi Pendidikan Sendratasik FKIP UMTAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35568/magelaran.v5i1.1419

Abstract

Kesenian tradisional sangatlah perlu dikembangkan dan dipertahankan kelestariannya, agar generasi mendatang bisa memahami warisan leluhur dan kesenian tradisional tidak terjadi kepunahan. Salah satu kesenian tradisional yang masih tetap eksis di Jawa Barat adalah seni Rudat Sawargi Dusun Sukahayu Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis. Seni Rudat adalah seni suara/vokal yang diiringi tabuhan rebana dan gerakan pencak silat. Gerakan pada seni Rudat Sawargi menggunakan gerakan pencak silat buhun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dan sistem pewarisan seni Rudat di Kelompok Sawargi Dusun Sukahayu Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dan sistem pewarisan seni Rudat di Kelompok Sawargi Dusun Sukahayu Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian antara lain : 1) Bagaimana sejarah terbentuknya seni Rudat di Kelompok Sawargi Dusun Sukahayu Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis? 2) bagaimana sistem pewarisan seni Rudat di Kelompok Sawargi Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis? Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk menggambarkan dan menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan seni Rudat Sawargi, serta menganalisis hasil penelitian yang mengenai sistem pewarisan seni Rudat Sawargi. Instrumen yang digunakan peneliti untuk menghimpun data yaitu menggunakan instrument observasi, wawancara dan dokumen.
Perubahan Fungsi Kesenian Kolotik di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Vidia Fauziah Kardila; Asep wasta; Arni Apriani
Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni Vol. 5 No. 1 (2022): Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni
Publisher : Prodi Pendidikan Sendratasik FKIP UMTAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35568/magelaran.v5i1.2088

Abstract

Skripsi ini berjudul “Perubahan Fungsi Kesenian Kolotik di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1). latar belakang keberadaan Kesenian Kolotik di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis. 2) Perubahan fungsi Kesenian Kolotik di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik yakni mendeskripsikan apa yang peneliti peroleh di lapangan ke dalam tulisan dengan analisis dan kajian secara multidisiplin dengan bidang ilmu lainnya. Objek penelitian ini adalah Kolotik yang meliputi latar belakang keberadaan Kolotik dan perubahan fungsi Kolotik. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kolotik merupakan inovasi dari Kolotok yaitu benda yang dikalungkan pada leher hewan (sapi atau kerbau) sebagai ciri atau penanda keberadaan hewan tersebut. Fungsi pada Kolotik sebagai souvenir khas Situs Budaya Galuh Salawe, kemudian berkembang menjadi alat musik ritmis pengiring kesenian bangbaraan dan alat musik melodis. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh faktor internal (dalam masyarakat) dan faktor eksternal (luar masyarakat), dan faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan pada Kolotik yang didorong oleh: a). Kontak kebudayaan lain, b). Sistem pendidikan formal yang maju, c). Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju, d). Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, e). Penduduk yang heterogen, f). Orientasi ke masa depan, dan g). Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar memperbaiki hidupnya.
Analisis Semiotika Roland Barthes pada Pelapalan Mantra Kesenian Bebegig Sukamantri Rudi Mulyana; Asep Wasta; Arni Apriani
Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni Vol. 5 No. 1 (2022): Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni
Publisher : Prodi Pendidikan Sendratasik FKIP UMTAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35568/magelaran.v5i1.2129

Abstract

Penelitian ini mencoba mengkaji seni tradional yang berada di Kabupaten Ciamis Jawa Barat yang bernama Bebegig Sukamantri. Bebegig adalah sebuah benda yang biasa disebut di berbagai daerah sebagai orang-orangan sawah yang berfungsi untu\k mengusir hama burung di sawah yang kemudian berubah menjadi sebuah bentuk kesenian daerah yang mengandung unsur seni dan magis. Nama Sukamantri diambil dari nama desa asal terlahirnya kesenian tersebut yakni Desa Sukamantri Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Hal yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji kesenian ini adalah karena mempunyai sisi unik dari kesenian diantaranya dari sudut pandang sejarah, filosofi-filosofi yang terkandung dari kostum yang digunakan serta dari pelafalan mantra yang berfungsi dan dianggap sebagai sebuah do’a serta pesan-pesan, kemudian pola pelestarian yang terbilang berhasil mempertahankan kesenian tradisional ini. Maka dari itu peneliti membatasi permasalahan pada penelitian ini melalui beberapa rumusan masalah yaitu tentang bentuk penyajian kesenian dan makna simbolik yang terkandung dari pelafalan mantra pada kesenian Bebegig Sukamantri tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik. Sedangkan pisau bedah penelitian ini dikupas dengan inter disiplin ilmu, diantaranya dengan kajian ilmu Anthropologi, Sosiologi dan ilmu Semiotika gaya Roland Barthes untuk mengungkap makna makna yang ada pada kesenian ini diantaranya pada pelapalan mantra mantra khas yang digunakan, Instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk menghimpun data yaitu dengan menggunakan instrumen observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, internet dan sumber lainnya yang relevan.
Analisis Prosesi Upacara Adat Nyapu Kabuyutan di Situs Lingga Yoni Indihiang Kota Tasikmalaya Miftahul Rizki Saparudin; Asep Wasta; Wan Ridwan Husen
Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni Vol. 5 No. 2 (2022): Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni
Publisher : Prodi Pendidikan Sendratasik FKIP UMTAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35568/magelaran.v5i2.3661

Abstract

benda budaya (Lingga Yoni) yang memiliki nilai sejarah sebagai warisan budaya Kota Tasikmalaya. Dalam pelaksanaannya, upacara adat Nyapu Kabuyutan dilakukan secara gotong royong dan dipimpin oleh pemandu adat. Maka dari itu peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian melalui beberapa rumusan masalah yakni meliputi: (1) bagaimana struktur penyajian/tahapan upacara adat Nyapu Kabuyutan di Situs Lingga Yoni Indihiang Kota Tasikmalaya (2) bagaimana makna yang terkandung dalam prosesi upacara adat Nyapu Kabuyutan di Situs Lingga Yoni Indihiang Kota Tasikmalaya. Tujuan dalam penelitian ini yaitu (1) untuk mengidentifikasi struktur penyajian/tahapan upacara adat Nyapu Kabuyutan di Situs Lingga Yoni Indihiang Kota Tasikmalaya (2) untuk menganalisis makna yang terkandung dalam prosesi upacara adat Nyapu Kabuyutan di Situs Lingga Yoni Indihiang Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Dalam penyajiannya, prosesi upacara adat Nyapu Kabuyutan ini terdapat beberapa tahapan yakni (1) membaca do’a (2) rajah (bubuka) (3) ukup (4) nyampingan lingga (5) nyapu (6) do’a penutup. Secara umum Nyapu Kabuyutan memiliki makna melatih jiwa dan raga akan sadar bahwa hati dan pikiran harus bersih dari kotoran-kotoran yang menghalangi diri manusia untuk mengingat kepada sang pencipta serta menghormati dan menerima terhadap asal-usul kelahiran diri manusia. Dengan demikian Nyapu Kabuyutan adalah bentuk kesadaran manusia dalam menjaga kebersihan lingkungan
Eksistensi Grup Drum Band Cipasung di Desa Cipakat Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Aqilla Sekar Febrianti Arief; Asep Wasta; Asti Tri Lestari
Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni Vol. 5 No. 2 (2022): Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni
Publisher : Prodi Pendidikan Sendratasik FKIP UMTAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35568/magelaran.v5i2.3667

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya pelestarian, eksistensi dan untuk menganalisis bentuk penyajian dari drup drum band Cipasung di Desa Cipakat Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan metode instrumen pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan tringulasi data serta menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriftif analitik. Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa grup drum band Cipasung masih tetap eksis sampai sekarang dengan masyarakat yang mengenal grup drum band Cipasung diluar dari Tasikmalaya juga dibuktikan dengan bertambahnya jumlah anggota tidak hanya dari kalangan keluarga saja.
Revitalisasi Kesenian Jingkrung Di Kampung Kalapadua Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Manonjaya Maylisa Hayati; Asti Tri Lestari; Budi Dharma; Asep Wasta
Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni Vol. 6 No. 1 (2023): Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni
Publisher : Prodi Pendidikan Sendratasik FKIP UMTAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35568/magelaran.v5i2.3663

Abstract

Penelitian ini berjudul ”Revitalisasi kesenian Jingkrung di Kampung Kalapadua Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya” kesenian ini tumbuh dan berkembang di Kampung Kalapadua yang tidak diketahui munculnya pada tahun berapa tetapi mulai berkembang dan dikenal oleh masyarakat Kampung Kalapadua pada tahun 1930-an. Hal itu tidak bertahan lama hanya bertahan dari tahun 1930 sampai 1940-an. Kesenian Jingkrung ini mengalami penurunan yang sangat pesat sehingga kesenian Jingkrung ini dianggap sudah tidak ada. Namun dalam hal ini kesenian Jingkrung mulai diangkat kembali dengan adanya revitalisasi melalui penelitian ini. Dalam penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriftif analisis. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian ini, kesenian Jingkrung merupakan kesenian khas Kampung Kalapadua sejak zaman dulu digunakan sebagai sarana ritual namun seiring perkembangan zaman kesenian Jingkrung tersebut dijadikan sebagai sarana hiburan atau pementasan diacara-acara tertentu seperti peresmian balai, peresmian aliran sungai yang baru dibuat, pengucapan rasa sukur kepada sang pencipta atas diberikannya nikmat sehat, sukuran 4 bulanan bayi yang baru lahir, dan sukuran pada pembuatan aliran sungai
Penciptaan Karya Seni Lukis Layering “Twenty Cloudy” Agi Fajri Nur; Asep Wasta
Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni Vol. 6 No. 1 (2023): Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni
Publisher : Prodi Pendidikan Sendratasik FKIP UMTAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35568/magelaran.v6i1.3671

Abstract

Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensi yang terbentuk dan tersusun dari unsur-unsur rupa yaitu titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, tekstur, dan gelap terang. Garis dan warna sebagai alat seniman untuk mengungkapkan buah pikiran serta tarikan dan model garis, warna, dan tebal-tipisnya warna berperan untuk menyampaikan pesan. Berdasarkan pengalaman penulis banyak sekali kaula muda yang mengalami keresahan di sepermpat bayanya atau lebih tepatnya di umur 20-an dimana sejatinya itu memanglah fase yang kerap kali dilewati anak muda, dan fase tersebut disebut dengan fase Quarter Life Crisis. Krisi emosinal ini banyak diperbincangkan khususnya dilingkungan anak muda dan banyak sekali sebagian besar dari mereka yang kebingungan bagaimana cara menghadapinya dan bahkan banyak juga yang belum sadar atau tidak mengetahui bahwa ternyata ada fase ini dalam kehidupan yang sebenarnya menjadi suatu kewajaran akan mengalami fase tersebut. Dengan demikian penulis mencoba menciptakan suatu karya seni Lukis layering. Adapun tujuan memilih Teknik Lukis Layering dikarenakan mengacu pada pendapat menurut Wilson dan winler yang menyebutkan bahwa QLC mempunyai 5 tahapan yaitu locked-in, separation, time out, exploration, rebuilding. Dari kelima tahapan tersebut penulis berencana membuat suatu karya seni lukis layering yang terdapat 5 lapisan yang merepresentasikan 5 tahapan pada QLC, tentu pada karyanya yang memiliki makna tersendiri pada setiap lapisannya