Mariana E. Kayadoe
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pendugaan stok dan musim penangkapan ikan julung-julung dengan soma roa di perairan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Elyezer Kawimbang; Isrojaty J. Paransa; Mariana E. Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 1: Juni 2012
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.1.2012.701

Abstract

Ikan julung-julung (Hemirhamphus far) atau ikan roa yang oleh masyarakat diolah secara tradisional dengan cara pengasapan, yang dikenal dengan nama galafea. Gerombolan ikan roa mengadakan migrasi ke perairan Tagulandang untuk melakukan pemijahan karena ikan yang tertangkap hampir seluruhnya dalam kondisi hampir bertelur. Dalam kondisi matang gonad ini tubuh ikan menjadi berat dan gerakan renang ikan menjadi lambat, pada saat inilah ikan ditangkap dengan soma roa. Bila penangkapan ikan ini dilakukan terus-menerus dikuatirkan populasinya cenderung berkurang karena siklus hidupnya dapat terganggu. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menduga potensi lestari sumberdaya ikan julung-julung di perairan Tagulandang dan (2) menganalisa musim penangkapan ikan julung-julung dengan soma roa di perairan Tagulandang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif berdasarkan studi kasus. Data dikumpulkan dengan cara wawancara terhadap nelayan setempat, melakukan pencatatan data tentang trip operasi dan hasil tangkapan,  pengamatan langsung dan partisipasi aktif. Pendugaan stok menggunakan model Schaefer (1954) dimana CatchMSY = -0.25 × a2/b dan Fopt (EMSY) = -0.5 × a/b, dan untuk menduga musim ikan dapat diketahui dengan membandingkan Yi dengan rata-rata hasil tangkapan total (), dimana jika Yi >  berarti musim ikan atau Yi <  berarti tidak musim ikan. Potensi lestari ikan julung-julung di perairan Tagulandang 11,716 ton pertahun dengan upaya optimum 144,643 trip. Tingkat pemanfaatan mencapai 98,55 %, sehingga penambahan alat tangkap akan mengganggu kelestarian ikan julung-julung. Musim penangkapan di perairan Tagulandang terjadi dalam dua fase yaitu fase pertama terjadi pada bulan Februari sampai April dan fase kedua terjadi pada bulan Agustus sampai Oktober.
Pengaruh penambahan bentangan horizontal pada pancing dasar terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang Roland P. Katimpali; Isrojaty J. Paransa; Mariana E. Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 2: Desember 2012
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.2.2012.1283

Abstract

Disain pancing dasar atau “ba lot” buatan nelayan yang digunakan untuk menangkap ikan karang, pada saat pelaksanaan pengoperasian, ternyata terdapat masalah pada tali cabang yaitu: tali cabang terlalu dekat dengan tali utama yang mengakibatkan tali cabang mudah terbelit pada tali utama saat pancing diulurkan maupun dinaikkan. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas alat tangkap, maka harus dilakukan penelitian demi pengembangannya dengan perbaikan desain atau modifikasi pancing dasar buatan nelayan tersebut. Tetapi informasi ilmiah tentang aplikasinya belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan bentangan horizontal pada pancing dasar terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan karang yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Teluk Manado, Kecamatan Maasing; dengan mengikuti metode eksperimental. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengoperasikan 6 unit alat tangkap pancing dasar (3 unit pancing dasar buatan nelayan dan 3 unit pancing dasar modifikasi dengan memberi bentangan horizontal) secara bersamaan selama 10 trip. Data tangkapan dianalisis dengan uji-t berpasangan. Hasil tangkapan yang diperoleh selama pengoperasian pancing dasar adalah berjumlah 80, dimana 30 ekor tertangkap dengan pancing dasar buatan nelayan dan 50 ekor lainnya tertangkap dengan pancing dasar modifikasi yang teridentifikasi yaitu kurisi (Etelis radiosus), kurisi bali (Pristipomoides filamentosus), kuwe (Caranx ignobilis), kerapu (Epinephelus sp.) dan cucut (Carcharhinus falciformis)
Musim penangkapan ikan julung-julung (Hemirhampus sp.) dengan soma giop di Desa Leleoto Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara Yubelina Hibata; Mariana E. Kayadoe; Emil Reppie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 4: Desember 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.4.2013.3569

Abstract

Ikan julung-julung (Hemirhamphus sp.) merupakan salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Desa Leleoto Kecamatan Tobelo Maluku Utara. Sumberdaya ini tergolong ikan pelagis yang hidup di perairan pantai cenderung oseanis, dan hanya terlihat bergerombol di sekitar perairan karang ketika akan memijah. Alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan julung-julung adalah soma giop roa, sejenis pukat cincin ukuran kecil. Tetapi informasi ilmiah tentang musim penangkapan ikan julung-julung belum banyak tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis musim penangkapan ikan julung-julung dan mengetahui kontribusi ekonomi tangkapan julung-julung bagi nelayan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yang didasarkan pada studi kasus; teknik pengumpulan data dikerjakan dengan cara mengisi daftar pertanyaan, wawancara, pencatatan, pengamatan langsung dan partisipasi aktif. Musim penangkapan ikan julung-julung dianalisis dengan membandingkan hasil tangkapan per satuan upaya bulanan dengan rata-rata hasil tangkapan per satuan upaya total pada tahun tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musim penangkapan ikan julung-julung di perairan pantai Desa Leleoto bervariasi setiap tahunnya, tetapi secara umum dapat dibagi ke dalam dua fase utama, yaitu fase pertama terjadi pada bulan Februari dan Maret; dan fase kedua terjadi sekitar bulan November. Kontribusi ekonomi hasil tangkapan julung-julung terhadap nelayan, terutama masanae belum cukup baik.
Pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan pancing dasar sekitar perairan Desa Bajo Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Laban Amber; Fanny Silooy; Mariana E. Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6085

Abstract

Penggunaan pancing dasar dengan berbagai jenis umpan hidup memberikan hasil tangkapan yang cukup memuaskan namun nelayan belum mengetahui penggunaan umpan alami (ikan) apa yang paling cocok dan memberikan hasil terbanyak. Dari beberapa jenis umpan ikan yang biasa digunakan, maka dipilih tiga jenis ikan yang dijadikan umpan yaitu ikan malalugis, tude dan cumi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dan uji BNT. Hasil analisis menunjukkan bahwa umpan yang terbaik untuk pancing dasar adalah ikan malalugis dengan jumlah hasil tangkapan terbanyak yaitu 59 ekor, diikuti oleh ikan tude dengan hasil tangkapan 41 ekor dan cumi dengan hasil tangkapan 37 ekor. Komposisi hasil tangkapan adalah ikan gaca (Lutjanus gibus) dengan jumlah tertinggi sebanyak 40 ekor, gutila (Lethanusoratus) 30 ekor, gorara (Lutjanus sp) 28 ekor, goropa (Cepolopholis minata) 23 ekor dan ikan tato (Edonus niger) hanya 16 ekor.
Pengaruh perbedaan ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan rawai pancang di Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan Edison Andarek; Mariana E. Kayadoe; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6090

Abstract

Berhasilnya suatu usaha perikanan, tergantung pada metode penangkapan suatu alat tangkap yang digunakan, yang harus sesuai dengan kondisi perairan setempat (Ayodhyoa, 1981), Rawai atau juga disebut sebagai long line merupakan sederetan mata pancing yang dipasang dengan tali cabang pada satu atau lebih tali utama.Panjang rawai bisa bervariasi dari yang pendek (beberapa meter saja) sampai yang sangat panjang (berkilometer).Dalam penelitian yang dilakukan, perbedaan ukuran mata pancing diteliti untuk dapat diketahui ukuran mata pancing yang cocok dengan kedalaman perairan pada lokasi penelitian yaitu di Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan. Masalah mendasar yang diteliti,yaitu: Apakah ada pengaruh ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan rawai pancang yang dioperasikan? Mata pancing ukuran berapakah yang memberikan hasil tangkapan yang banyak? Jenis-jenis ikan apa sajakah yang tertangkap? Tujuan utama penelitian ini adalah: Mengetahui pengaruh ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap rawai pancang, Mengetahui ukuran mata pancing yang paling cocok digunakan., Mengetahui jenis ikan yang tertangkap. Metode penangkapan rawai pancang dalam penelitian ini yaitu dengan menancapkan di laut kemudian setiap 3 jam dilakukan pengambilan hasil tangkapan dan penggantian umpan yang gagal tangkap. Hasil tangkapan dikumpulkan sebanyak 3 kali pengambilan setiap hari selama 8 hari. Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian berjumlah 125 ekor ikan demersal.Jenis ikan yang banyak tertangkap adalah ikan goropa loreng sebanyak 25 ekor (20%) dan banyak tertangkap pada mata pancing ukuran nomor 13. Berikutnya secara berurut adalah ikan lencam sebanyak 19 ekor (15,2%), ikan gorara sebanyak 16 ekor (12,8%), ikan gutila sebanyak 12 ekor (9,6%), ikan babagoni sebanyak 11 ekor (8,8%), ikan sembilan sebanyak 10 ekor (8%), ikan gaca sebanyak 9 ekor (7,2%), belut sebanyak 8 ekor (6,4%), ikan kakap sebanyak 7 ekor (5,6%), ikan goropa hitam sebanyak 6 ekor (4,8%) dan akhirnya ikan biji nangka sebanyak 2 ekor (1,6%). Jadi terdapat 11 jenis ikan yang tertangkap dan frekuensi terbanyak pada mata pancing ukuran nomor 13. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, pada taraf signifikansi 99% untuk perlakuan, sehingga secara statistik menerima hipotesis tandingan H1 dan menolak hipotesis dasar H0.Hal ini berarti bahwa keempat ukuran mata pancing sebagai perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tangkapan rawai pancang. Hasil uji BNT menunjukkan bahwa penggunaan mata pancing ukuran nomor 13 berbeda nyata dengan ukuran nomor 14, berbeda sangat nyata dengan nomor 15 dan nomor 16. Mata pancing ukuran nomor 14 berbeda sangat nyata dengan nomor 16. Ukuran mata pancing nomor 14 tidak berbeda nyata dengan nomor 15 dan mata pancing ukuran nomor 15 tidak berbeda nyata dengan nomor 16. Kesimpulannya bahwa mata pancing ukuran nomor 13 lebih baik dari ketiga ukuran mata pancing lainnya.
Kajian aktivitas kapal pukat cincin pelagis kecil di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Fretsman Kasukare; Mariana E. Kayadoe; Janny F. Polii
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 6: Desember 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.6.2014.6957

Abstract

Aktivitas kapal perikanan pukat cincin perlu ditunjang oleh pelabuhan yang memadai, sebaliknya pembangunan suatu pelabuhan perikanan harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mendukung keseluruhan kegiatan perikanan tangkap. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji aktivitas kapal-kapal pukat cincin pelagis kecil di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung; dan mengkaji kelayakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan kapal pukat cincin pelagis kecil. Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode deskriptif. Aktivitas keluar masuk kapal pukat cincin pelagis kecil ukuran 5-10 GT  selama tahun 2013, maksimum terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 75 kali. Kapal ukuran 11-20 GT, aktivitas maksimum pada bulan Juli sebanyak 25 kali. Kapal ukuran 21-30 GT, aktivitas maksimum pada bulan Juli sebanyak 95 kali. Kapal ukuran 31-50 GT banyak beraktivitas pada bula April-Mei; tetapi panjang dermaga belum mencukupi untuk bersandarnya kapal-kapal pukat cincin pelagis kecil. Tangki solar kapasitas 100 kl masih memadai memenuhi kebutuhan kapal-kapal pukat cincin pelagis kecil. Tetapi produksi es balok dan ketersediaan air bersih belum dapat memenuhi kebutuhan kapal setiap hari.
Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung Helmy A. Wurlianty; Johny Wenno; Mariana E. Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 1: Juni 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.1.2015.8292

Abstract

ABSTRACT Overfishing is due to increasing fishing capacity through increasing the size of fishing gears and vessels. This research aims to analyze the development of the five-year CPUE and maximum production of purse seine fishery in Manado and Bitung Cities periodically and determine changes in fishing capacity and its influence on CPUE. The results of this study are expected to provide information in the purse seine fishery management in the city of Manado and Bitung. The results of the analysis is the highest CPUE for Bitung occurred in the period 2005-2009, the lowest CPUE occurred in the period 2008-2012 and the highest CPUE for Manado occurred in the period 2008-2012, the lowest CPUE occurred in the period 2006-2010. The highest maximum production Bitung occurred in the period 2008-2012 amounted to 22.083 tons and maximum production of Manado occurred in the period 2006-2010 amounted to 7.855 tons. The number of vessels and their sizes in each five-year period there increased in line with the increase of production. Keywords: catch, effort, purse seine, pelagic fish.   ABSTRAK Penangkapan ikan secara berlebihan terjadi karena meningkatnya kapasitas tangkap yaitu melalui penambahan ukuran alat tangkap dan ukuran kapal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan lima tahunan CPUE maupun produksi maksimum perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung secara periodik dan mengetahui perubahan kapasitas tangkap dan pengaruhnya terhadap CPUE. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengelolaan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung. Hasil analisis yang diperoleh adalah CPUE tertinggi untuk Kota Bitung terjadi pada periode tahun 2005-2009, CPUE terendah terjadi pada periode tahun 2008-2012 dan CPUE tertinggi untuk Kota Manado terjadi pada periode tahun 2008-2012, CPUE terendahnya terjadi pada periode tahun 2006-2010. Produksi maksimum tertinggi Kota Bitung terjadi pada periode tahun 2008-2012 sebesar 22.083 ton dan produksi maksimum Kota Manado terjadi pada periode tahun 2006-2010 sebesar 7.855 ton. Jumlah kapal dan ukuran kapal pada setiap periode lima tahunan meningkat seiring dengan peningkatan produksi. Kata-kata kunci: hasil tangkapan, upaya, pukat cincin, ikan pelagis
Pengaruh umpan buatan warna merah dan kuning terhadap hasil tangkapan pancing pompa di perairan pantai Desa Bajo, Kabupaten Minahasa Selatan Hermanus B. Usili; Ivor L. Labaro; Mariana E. Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 1: Juni 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.1.2015.8296

Abstract

ABSTRACT Pump handline is a traditional fishing gear commonly used by fishermen in the Gulf Amurang to catch demersal fishes/reef fishes. This handline uses artificial baits made of fiber cloth of different colors, and an effective bait color is unknown yet. This research aims to study the effect of artificial bait colors on the pump handline catches, and to identify the species. This research was conducted through experimental methods by operating four pump handline units using red and yellow artificial baits starting at 07:00 am until 14:00 pm. The catches were 33 fishes, consisting of 23 fishes caught with red baits and 10 fishes caught with yellow baits. The results showed that red and yellow artificial baits on the pump handline had different number of catches, the average catches per hour of the respective bait colors were 3.83 (4 fishes) and 1.67 (2 fishes). The catch species consisted of 17 species, and was predominated by groupers, parrot fish, snappers and goat fish. Keywords: pump handline, artificial bait, demersal fish/reef fishes.   ABSTRAK Pancing pompa merupakan alat tangkap ikan tradisional yang umum dioperasikan oleh nelayan di Teluk Amurang untuk menangkap jenis-jenis ikan demersal/ikan-ikan karang. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan dari serat kain yang warnanya bervariasi, dan warna umpan yang efektif belum diketahui. Sehingga tujuan penelitian ialah mempelajari pengaruh warna umpan buatan terhadap hasil tangkapan pancing pompa dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan melalui metode eksperimental dengan mengoperasikan empat unit pancing pompa yang menggunakan umpan buatan warna merah dan kuning pada pukul 07.00 hingga pukul 14:00 Wita. Hasil tangkapan yang diperoleh berjumlah 33 ekor ikan, terdiri dari 23 ekor tertangkap dengan umpan buatan warna merah dan 10 ekor tertangkap dengan umpan buatan warna kuning. Hasil analisis menyimpulkan bahwa umpan buatan warna merah dan warna kuning pada pancing pompa ternyata berbeda, karena umpan warna merah mendapatkan hasil rata-rata 3,83 (4 ekor) per jam, sedangkan umpan warna kuning rata-rata 1,67 (2 ekor) per jam. Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan pancing pompa terdiri dari 17 spesies, dan didominasi oleh goropa, kakatua, gorara dan biji nangka. Kata-kata kunci: pancingpompa,  umpan buatan, ikandemersal/ikankarang
Durasi keberadaan ikan di bawah cahaya lampu yang diamati melalui CCTV di perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara Ekawati A. Sadubun; Ivor L. Labaro; Mariana E. Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 2: Desember 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.2.2015.10401

Abstract

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkah laku ikan di permukaan air di daerah sumber cahaya; dan tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tingkah laku ikan yang tertarik pada sumber cahaya melalui penggunaan teknologi CCTV. Penelitian dilakukan di perairan Teluk Manado, pada bulan April dan bulan Mei 2015, menggunakan metode deskriptif bersifat eksplorasi. Pengamatan terhadap keadaan ikan di permukaan dimulai sejak pemasangan lampu saat matahari hampir terbenam sekitar pukul 18.00 petang sampai dengan lampu dipadamkan saat dini hari sekitar pukul 05.30. Pada awal lampu mulai dinyalakan, ikan datang ke sumber cahaya, namun hanya sebentar kemudian menghilang lagi. Pukul 00.00 sampai 04.00 merupakan waktu yang baik untuk dilakukan penangkapan ikan dengan menggunakan rangsangan lampu di atas air. Pergerakan ikan terjadi secara tidak beraturan pada waktu mencari makan, namun pada kemunculannya, ikan tampaknya tetap bertahan di bawah sumber cahaya. Kata-kata kunci: tingkah laku ikan, durasi, cahaya lampu, CCTV, Teluk Manado
Keragaan perikanan tuna hand line 5-10 GT yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Rusly H.A. Sora; Fanny Silooy; Mariana E. Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 3: Juni 2016
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.3.2016.12326

Abstract

ABSTRACT[1] Tuna hand lines have been used widely by fishermen in Sulawesi Sea and its surrounding to catch big pelagic species with small fishing boats. Although the gear design has evolved over centuries, there is still potential for improving its catching efficiency and selectivity. This study aimed to describe the performance of tuna hand line 5-10GT in terms of technical, economic and social. The performance of the technical analysis approach is obtained through the comparison of production with production variables, the analysis of the economic performance of production values obtained by comparison with the variable production and analysis of social performance obtained from calculating the income of fishermen and compared with a kilogram of rice. The results of the eight ships samples showed that the average production per trip is 340.96 kg; Average production per worker 783.41 kg. Catch to break even showed the smallest percentage in KM Anan 01 amounted to 43.63% and the highest at KM Kartika 45 amounted to 104.30%. Average income per trip is Rp.17,321,644, the average profit per trip Rp.5,953,334 average income per year is Rp.25,110,217 and an average profit per year is Rp.96,876,941. The results of the analysis of RC-Ratio for the eight vessels during the two years of operation were 1.69. The average return on investment was 36%. Results of the analysis showed that the social performance of each of the crew who have amenability more than two people, then on average each person requires 332 kg of rice <360 kg of rice, means including poor families. Keywords: analysis of the technical, economic, social   ABSTRAK Pancing ulur tuna telah digunakan secara luas oleh nelayan di Laut Sulawesi dan sekitarnya untuk menangkap ikan pelagis besar dengan kapal-kapal ukuran kecil. Walaupun konstruksinya telah berkembang sejak lama, tetapi masih memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi penangkapan dan selektivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keragaan perikanan tuna hand line 5-10GT dari segi teknis, ekonomi dan sosial. Pendekatan analisis keragaan teknis diperoleh melalui perbandingan produksi dengan variabel produksi, analisis keragaan ekonomis diperoleh melalui perbandingan nilai produksi dengan variabel produksi dan analisis keragaan sosial didapat dari menghitung pendapatan nelayan dan dibandingkan dengan kilogram beras. Hasil penelitian dari delapan kapal sampel menunjukan bahwa rata-rata produksi per trip sebesar 340,96 kg; rata-rata produksi per tenaga kerja 783,41 kg. Catch to break even menunjukkan persentase terkecil pada KM Anan 01 sebesar 43,63% dan yang tertinggi pada KM Kartika 45 sebesar 104,30%. Rata-rata pendapatan per trip sebesar Rp.17,321,644, rata-rata keuntungan per trip sebesar Rp.5,953,334 rata-rata pendapatan per tahun sebesar Rp.25,110,217 dan rata-rata keuntungan per tahun sebesar Rp. 96.876.941. Hasil analisis RC-Ratio kedelapan kapal selama dua tahun operasi adalah 1,69. Rata-rata pengembalian investasi sebesar 36%. Hasil analisis keragaan sosial menunjukkan bahwa setiap anak buah kapal yang mempunyai tanggungan lebih dari dua orang,  maka rata-rata setiap orang membutuhkan 332 kg beras < 360 kg beras, berarti termasuk dalam kelompok keluarga miskin. Kata-kata kunci: analisis teknis, ekonomis, sosial [1] Penulis untuk penyuratan; email: ruslysora@gmail.com