Ivor L. Labaro
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Kajian musim penangkapan ikan tuna dengan alat tangkap hand line di Laut Maluku Christian J. Lintang; Ivor L. Labaro; Aglius T.R. Telleng
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 1: Juni 2012
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.1.2012.700

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola musim penangkapan ikan tuna di perairan Laut Maluku, berdasarkanhasil tangkapan tuna hand line. Lokasi pengambilan data yaitu di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Bitung, KotaBitung, Provinsi Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif. Datayang dikumpulkan adalah data hasil tangkapan tuna hand line, melalui wawancara dengan nelayan dan petugassetempat, serta data yang tercatat di PPS Bitung. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan MetodePresentasi Rata-rata (the Average Percentage Methodes). Perubahan hasil tangkapan pada bulan tertentu karenapengaruh keberadaan ikan dan tingkat keberhasilan operasi penangkapan, menyebabkan nilai CPUE berfluktuasi.Dari data CPUE dapat diketahui indeks pola musim penangkapan ikan tuna. Puncak musim penangkapan terjadipada bulan Maret, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Juni-Oktober. Usaha penangkapan ikan tunadengan alat tangkap tuna hand line di Laut Maluku dilakukan sepanjang tahun. Berdasarkan hasil analisis musimpenangkapan, diketahui bahwa musim ikan tuna terjadi pada bulan Januari sampai Mei serta bulan November danDesember. Sedangkan bulan Juni sampai Oktober bukan musim ikan tuna.
Daerah penangkapan tuna hand liners yang mendaratkan tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Khoirul Da'i; Ivor L. Labaro; Aglius T.R. Telleng
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 2: Desember 2012
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.2.2012.1103

Abstract

Informasi keberadaan hasil tangkapan tuna yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung belum banyak diketahui, terutama posisi daerah penangkapannya. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa hasil tangkapan tuna yang didaratkan tersebut adalah hasil tangkapan dari Laut Sulawesi dan Maluku yang kaya akan sumberdaya tuna dan cakalang. Untuk memastikan keberadaannya perlu dilakukan suatu kajian tentang daerah penangkapan tuna yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji posisi daerah penangkapan dan hasil tangkapan tuna pada alat tangkap hand line dan memetakan posisi penangkapan tuna berdasarkan alat tangkap hand line yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penangkapan tuna yang didaratkan pada Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung terdiri dari Laut Maluku, Laut Halmahera dan Laut Papua. Bobot rata-rata terbesar per ekor tertangkap di Laut Halmahera (46 kg) dan terkecil di Laut Papua (36,74 kg).
Pola meloloskan diri ikan kuwe dari alat tangkap jala buang di perairan Kelurahan Papusungan Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara Aglius T.R. Telleng; Ivor L. Labaro; Eldrik D. Takahelo
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 2: Desember 2012
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.2.2012.1125

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola meloloskan diri dan laju renang ikan kuwe. Penelitian dilaksanakan di perairan pantai Desa Papusungan Kecamatan Lembeh Selatan, Bitung yang berlangsung dari bulan September hingga Oktober 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerak meloloskan diri dari alat tangkap jala buang secara horisontal mempunyai kecepatan awal dari ikan pertama sebesar 94,8 cm/s, ikan kedua sebesar 103,2 cm/s, ikan ketiga sebesar 55,6 cm/s dan ikan keempat sebesar 53,3 cm/s. Ikan kedua mempunyai kecepatan yang paling besar karena berada pada posisi yang berdekatan dengan sisi alat tangkap yang memungkinkan ikan bergerak dengan cepat. Secara vertikal, ikan bergerak searah dengan gerak jatuh alat dalam upaya untuk meloloskan diri. Laju renang ikan yang bergerak secara vertikal adalah ikan pertama sebesar 57,70 cm/s, ikan kedua sebesar 486,74 cm/s, ikan ketiga sebesar 224,97 cm/s dan ikan keempat sebesar 666,81 cm/s. Ikan keempat bergerak dengan sangat cepat karena posisinya berdekatan dengan jaring jala buang yang dilemparkan. Dari hasil ini diketahui bahwa laju renang meloloskan diri secara horisontal terjadi dengan burst speed yaitu sebesar 103,2 cm/s dan pola meloloskan diri secara vertikal terjadi dengan mengikuti gerak jatuh jala buang dengan besaran burst speed 666,81 cm/s.
Evaluasi dampak perikanan tangkap terhadap sumber daya ikan dan lingkungan di Teluk Amurang Kabupaten Minahasa Selatan Waty Ch. Mamoto; Ivor L. Labaro; Emil Reppie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 4: Desember 2013
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.4.2013.4690

Abstract

Kegiatan perikanan tradisional di wilayah pesisir Teluk Amurang sering dianggap sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan perubahan ekosistem perairan. Oleh karena itu, perlu mengevaluasi proses penangkapan ikan dari setiap alat tangkap yang digunakan oleh nelayan lokal. Sehingga tujuan penelitian ialah mengevaluasi dampak alat tangkap terhadap sumber daya perikanan dan habitatnya. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei dengan pengamatan langsung terhadap proses penangkapan ikan; untuk mengetahui kerusakan fisik bentik akibat alat tangkap, adanya by-catch atau discard dan keragaman komposisi ikan hasil tangkapan. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di perairan Teluk Amurang terdiri dari 8 jenis, yaitu pancing dasar, pancing noru, soma paka, pukat pantai, sero tancap, jala lempar, bubu dan panah ikan; sedangkan jenis ikan yang umum tertangkap terdiri dari 15 jenis. Hampir semua jenis alat tangkap (75%) berpeluang memberikan dampak terhadap sumber daya ikan dan habitat lingkungan perairan di Teluk Amurang. Perlu menyeleksi, memodifikasi dan mengembangkan alat tangkap dan teknik pengoperasiannya ke arah yang lebih bertanggung jawab. Kegiatan perikanan tradisional di wilayah pesisir Teluk Amurang sering dianggap sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan perubahan ekosistem perairan. Oleh karena itu, perlu mengevaluasi proses penangkapan ikan dari setiap alat tangkap yang digunakan oleh nelayan lokal. Sehingga tujuan penelitian ialah mengevaluasi dampak alat tangkap terhadap sumber daya perikanan dan habitatnya. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei dengan pengamatan langsung terhadap proses penangkapan ikan; untuk mengetahui kerusakan fisik bentik akibat alat tangkap, adanya by-catch atau discard dan keragaman komposisi ikan hasil tangkapan. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di perairan Teluk Amurang terdiri dari 8 jenis, yaitu pancing dasar, pancing noru, soma paka, pukat pantai, sero tancap, jala lempar, bubu dan panah ikan; sedangkan jenis ikan yang umum tertangkap terdiri dari 15 jenis. Hampir semua jenis alat tangkap (75%) berpeluang memberikan dampak terhadap sumber daya ikan dan habitat lingkungan perairan di Teluk Amurang. Perlu menyeleksi, memodifikasi dan mengembangkan alat tangkap dan teknik pengoperasiannya ke arah yang lebih bertanggung jawab.
Pengaruh beberapa jenis umpan pada bubu paralon terhadap hasil tangkapan ikan karang di Selat Lembeh Wellem Bab; Ivor L. Labaro; Emil Reppie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 5: Juni 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.5.2014.5796

Abstract

Bubu dasar merupakan salah satu alat tangkap yang umum digunakan oleh masyarakat nelayan untuk menangkap ikan-ikan karang, karena kontruksi sederhana, relatif murah dan mudah dioperasikan. Perbedaan jenis umpan, diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap bubu  paralon. Namun informasi ilmiah seperti ini, khususnya pada ikan-ikan karang, belum banyak tersedia. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh umpan bubu paralon terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang; dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di Selat Lembeh Kota Bitung; yang didasarkan pada metode eksperimental. Empat jenis umpan yang digunakan sebagai perlakuan, yaitu ikan layang (Decapterus macarellus), selar (Selaroides sp), tongkol (Euthynnus affinis) dan cumi (Loligo sp.). Data tangkapan dikumpulkan menggunakan 12 unit bubu paralon; dan data dianalisis menggunakan rancangan acak kelompok. Hasil tangkapan total sebanyak 128 ekor; yang terdiri dari 17 famili, 26 genus dan 38 spesies ikan. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis umpan pada bubu paralon memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil tangkapan. Uji BNT untuk perlakuan menyatakan bahwa penggunaan umpan cumi memberikan hasil tangkapan yang sangat lebih baik dibanding jenis umpan lainnya.
Perbandingan fase umur bulan terhadap hasil tangkapan sero di perairan Teluk Amurang Provinsi Sulawesi Utara Alfius Mambrasar; Ivor L. Labaro; Meta S. Sompie
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6083

Abstract

Sero diklasifikasikan sebagai alat tangkap pasif dengan memanfaatkan tingkah laku ikan yang beruaya ke arah pantai saat air pasang. Dengan demikian, tingginya osolasi pasang surut yang berkaitan dengan fase bulan di langit, akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan sero. Tetapi informasi ilmiah seperti ini khususnya pada sero belum banyak tersedia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh fase umur bulan terhadap hasil tangkapan sero; mengidentifikasi jenis hasil tangkapan dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh. Penelitian ini dilakukan di Teluk Amurang, yang didasarkan pada metode deskriptif, mulai dari Agustus sampai September 2014. Hasil identifikasi spesies yang tertangkap di sero selama penelitian berjumlah 699 ekor, dimana 386 ekor tertangkap pada fase gelap, 199 ekor tertangkap pada fase bulan perbani awal, 71 ekor tertangkap pada bulan perbani akhir dan 43 ekor tertangkap pada bulan purnama terang. Pada fase bulan gelap, fase bulan perbani awal dan fase bulan perbani akhir memberikan hasil tangkapan banyak, tetapi fase bulan purnama terang hasil tangkapan sedikit.
Fluktuasi hasil dan upaya tangkapan ikan pelagis dengan pukat cincin (small purse seine) yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa Kota Manado Cornelius Obimaru; Ivor L. Labaro; Lefrand Manoppo
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1: Edisi Khusus: November 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.0.2014.6088

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komposisi dan fluktuasi hasil tangkapan pukat cincin dan mengetahui tingkat upaya pemanfaatan ikan pelagis dengan pukat cincin yang mendaratkan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa, Kota Manado.Penelitian ini didasarkan pada metode survei dengan pendekatan secara deskriftif.Data yang dikumpulkan adalah data hasil tangkapan pukat cincin selama 5 tahun terakhir, melalui wawancara dengan nelayan dan petugas setempat, serta data yang tercatat di PPP Tumumpa. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan perhitungan CPUE untuk mengetahui upaya pemanfaatan sumberdaya oleh alat tangkap pukat cincin. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Tumumpa umumnya adalah ikan pelagis yang terdiri dari ikan layang (Decapterus sp), cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynus affinis), baby tuna  (Thunnus sp) dan selar (Selaroides leptolepis).Jenis hasil tangkapan tertinggi adalah ikan cakalang sebesar 23.334 ton, diikuti oleh ikan layang sebesar 11.330 ton, tongkol 4.912 ton, baby tuna 3.725 ton, dan yang  terendah adalah ikan selar hanya sebesar 166 ton. Tingkat upaya penangkapan selama 5 tahun menunjukkan tren negatif atau menurun setiap tahun.  Hasil tangkapan ikan layang, selar dan baby tuna menunjukkan tren negatif atau menurun setiap tahun, yang mengindikasikan bahwa ketiga jenis ikan tersebut mengarah ke tangkap lebih (overfished) atau tingkat eksploitasinya membahayakan kelestarian sumberdaya.
Daerah penangkapan pukat cincin untuk ikan cakalang yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Wawan Sutiyo; Ivor L. Labaro; Alfret Luasunaung
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 1 No. 6: Desember 2014
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.1.6.2014.6940

Abstract

Informasi posisi daerah penangkapan ikan cakalang yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung belum banyak diketahui. Banyak orang beranggapan bahwa cakalang yang didaratkan tersebut adalah hasil tangkapan dari Laut Sulawesi dan Maluku. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang posisi daerah penangkapan dan hasil tangkapan ikan cakalang pada alat tangkap pukat cincin yang didaratkan di PPS Bitung; dan memetakan daerah penangkapan tersebut. Upaya tangkap bulanan berpuncak pada bulan Maret dalam rentang waktu Februari hingga Mei dengan jumlah upaya sebanyak 130 kapal pada bulan Maret dan sebanyak 124 kapal pada bulan Mei. Berdasarkan index musim, musim tangkapan ikan cakalang di perairan timur Indonesia terjadi pada bulan Mei dan Oktober hingga Desember dengan puncak musim pada bulan November. Tren tangkapan bulanan menunjukkan hasil tangkapan terendah 5.485,88 ton/tahun pada bulan Juli dan tertinggi 11.882,37 ton/tahun pada bulan November. Posisi daerah penangkapan pukat cincin dengan intensitas penangkapan tertinggi berada di wilayah Sulawesi dan Teluk Cendrawasih. Pemetaan daerah penangkapan cakalang yang didaratkan di PPS Bitung yaitu dari Laut Maluku, Samudera Pasifik, Laut Seram, Laut Kepulauan Raja Ampat, Laut Halmahera dan Laut Sulawesi dengan Laut Halmahera dan Laut Maluku sebagai daerah penangkapan yang produktif.
Pengaruh umpan buatan warna merah dan kuning terhadap hasil tangkapan pancing pompa di perairan pantai Desa Bajo, Kabupaten Minahasa Selatan Hermanus B. Usili; Ivor L. Labaro; Mariana E. Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 1: Juni 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.1.2015.8296

Abstract

ABSTRACT Pump handline is a traditional fishing gear commonly used by fishermen in the Gulf Amurang to catch demersal fishes/reef fishes. This handline uses artificial baits made of fiber cloth of different colors, and an effective bait color is unknown yet. This research aims to study the effect of artificial bait colors on the pump handline catches, and to identify the species. This research was conducted through experimental methods by operating four pump handline units using red and yellow artificial baits starting at 07:00 am until 14:00 pm. The catches were 33 fishes, consisting of 23 fishes caught with red baits and 10 fishes caught with yellow baits. The results showed that red and yellow artificial baits on the pump handline had different number of catches, the average catches per hour of the respective bait colors were 3.83 (4 fishes) and 1.67 (2 fishes). The catch species consisted of 17 species, and was predominated by groupers, parrot fish, snappers and goat fish. Keywords: pump handline, artificial bait, demersal fish/reef fishes.   ABSTRAK Pancing pompa merupakan alat tangkap ikan tradisional yang umum dioperasikan oleh nelayan di Teluk Amurang untuk menangkap jenis-jenis ikan demersal/ikan-ikan karang. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan dari serat kain yang warnanya bervariasi, dan warna umpan yang efektif belum diketahui. Sehingga tujuan penelitian ialah mempelajari pengaruh warna umpan buatan terhadap hasil tangkapan pancing pompa dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan melalui metode eksperimental dengan mengoperasikan empat unit pancing pompa yang menggunakan umpan buatan warna merah dan kuning pada pukul 07.00 hingga pukul 14:00 Wita. Hasil tangkapan yang diperoleh berjumlah 33 ekor ikan, terdiri dari 23 ekor tertangkap dengan umpan buatan warna merah dan 10 ekor tertangkap dengan umpan buatan warna kuning. Hasil analisis menyimpulkan bahwa umpan buatan warna merah dan warna kuning pada pancing pompa ternyata berbeda, karena umpan warna merah mendapatkan hasil rata-rata 3,83 (4 ekor) per jam, sedangkan umpan warna kuning rata-rata 1,67 (2 ekor) per jam. Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan pancing pompa terdiri dari 17 spesies, dan didominasi oleh goropa, kakatua, gorara dan biji nangka. Kata-kata kunci: pancingpompa,  umpan buatan, ikandemersal/ikankarang
Struktur populasi ikan cakalang hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa Kota Manado Nikodemus Toatubun; Johny Wenno; Ivor L. Labaro
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 2 No. 2: Desember 2015
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.2.2.2015.9234

Abstract

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) termasuk dalam kelompok ikan pelagis. Ikan ini banyak ditangkap oleh nelayan dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin. Pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang sudah banyak terjadi di Indonesia, khususnya Kota Manado. Oleh sebab itu, perlu adanya informasi tentang bagaimana struktur populasi dari ikan cakalang yang tertangkap oleh alat tangkap pukat cincin, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk perkembangan perikanan, maupun untuk menentukan kebijakan pengelolaan sumberdaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi ikan cakalang yang tertangkap oleh pukat cincin yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa Manado dan mengetahui pola pertumbuhan ikan cakalang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi ukuran panjang ikan terbesar pada kelas 30,00-34,99 cm dengan pola pertumbuhan ikan cakalang mencapai panjang maksimum yang layak ditangkap (L∞) 38,03 cm dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar 19 % per tahun. Struktur populasi dari ikan cakalang pada perikanan pukat cincin di PPP Tumumpa terbagi dalam dua sub populasi di mana sub populasi dengan ukuran panjang lebih besar tertangkap lebih banyak dibanding dengan sub populasi dengan ukuran panjang lebih kecil. Kata-kata kunci: struktur populasi, ikan cakalang, hasil tangkapan, pukat cincin