Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Identifikasi Bakteri Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Berdasarkan Musim Tanam di Perairan Maluku Tenggara Erbabley, Nally Y.G.F.; Kelabora, Dominggas M.
Jurnal Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.83 KB)

Abstract

Penyakit ice-ice merupakan masalah utama dalam budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii yang  menimbulkan kerusakan pada permukaan thallus.  Penyebarannya  sangat cepat dan dapat menimbulkan kematian, sehingga mengakibatkan kerugiaan yang cukup besar dalam budidaya. Kejadian penyakit ice-ice bersifat musiman, menular dan disebabkan oleh infeksi sekunder bakteri.  Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasian bakteri penyebab penyakit ice-ice berdasarkan musim tanam. Penelitian dilakukan di laboratorium hama dan penyakit Balai Budidaya Laut Ambon. Isolasi bakteri diambil dari thallus yang terserang penyakit ice-ice dan dari sampel air lokasi budidaya selanjutnya identifikasi dengan menggunakan metode uji biokimia.  Hasil penelitian menunjukan bakteri yang menginfeksi rumput laut di perairan Maluku Tenggara pada lokasi Sathean yaitu bakteri Pseudomonas  stutzeri, Aeromonas  faecalis, Vibrio  alginolitycus, Pseudomonas  fluorescens sedangkan bakteri yang terdapat di perairan adalah bakteri Vibrio  alginolitycus, Pseudomonas  fluorescens. Pada musim tanam ke III-IV periode April-Juli. Untuk lokasi Letvuan jenis bakteri yang ditemukan adalah bakteri Pseudomonas  stutzeri, Aeromonas  faecalis,. pada musim tanam VII-VIII periode Oktober-November.   Berdasarkan hasil yang diperoleh maka disimpulkan bahwa Bakteri dominan yang menginfeksi rumput laut di perairan Maluku Tenggara adalah dari genus Pseudomonas dan Vibrio serta  terjadi  pada musim pancarobah atau musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau periode April-Juli. 
Identifikasi Bakteri Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Berdasarkan Musim Tanam di Perairan Maluku Tenggara Erbabley, Nally Y.G.F.; Kelabora, Dominggas M.
Jurnal Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.83 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i1.17992

Abstract

Penyakit ice-ice merupakan masalah utama dalam budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii yang  menimbulkan kerusakan pada permukaan thallus.  Penyebarannya  sangat cepat dan dapat menimbulkan kematian, sehingga mengakibatkan kerugiaan yang cukup besar dalam budidaya. Kejadian penyakit ice-ice bersifat musiman, menular dan disebabkan oleh infeksi sekunder bakteri.  Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasian bakteri penyebab penyakit ice-ice berdasarkan musim tanam. Penelitian dilakukan di laboratorium hama dan penyakit Balai Budidaya Laut Ambon. Isolasi bakteri diambil dari thallus yang terserang penyakit ice-ice dan dari sampel air lokasi budidaya selanjutnya identifikasi dengan menggunakan metode uji biokimia.  Hasil penelitian menunjukan bakteri yang menginfeksi rumput laut di perairan Maluku Tenggara pada lokasi Sathean yaitu bakteri Pseudomonas  stutzeri, Aeromonas  faecalis, Vibrio  alginolitycus, Pseudomonas  fluorescens sedangkan bakteri yang terdapat di perairan adalah bakteri Vibrio  alginolitycus, Pseudomonas  fluorescens. Pada musim tanam ke III-IV periode April-Juli. Untuk lokasi Letvuan jenis bakteri yang ditemukan adalah bakteri Pseudomonas  stutzeri, Aeromonas  faecalis,. pada musim tanam VII-VIII periode Oktober-November.   Berdasarkan hasil yang diperoleh maka disimpulkan bahwa Bakteri dominan yang menginfeksi rumput laut di perairan Maluku Tenggara adalah dari genus Pseudomonas dan Vibrio serta  terjadi  pada musim pancarobah atau musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau periode April-Juli. 
PENERAPAN TEKNOLOGI METODE KANTONG DALAM BUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii GUNA PENINGKATAN PRODUKSI Nally YGF Erbabley; Dominggas M Kelabora; Martha Rettob
Dharmakarya Vol 9, No 1 (2020): Maret, 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v9i1.13861

Abstract

Tujuan pelaksanaan budidaya rumput laut adalah menghasilkan pembudidaya yang mandiri dan mampu berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar rumput laut. Dalam memproduksi rumput laut, kendala utama adalah pemangsaan oleh predator ikan sehingga berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan sehingga penerapan ipteks diperlukan untuk mengatasi kontinuitas produksi rumput laut yang dihasilkan mitra. Target khusus dan luaran dari kegiatan PPM ini adalah dapat mengatasi permasalahan produksi dengan menerapkan metode kantong dalam budidaya untuk menghindari pemangsaan oleh ikan, menggunakan bibit unggul dan menerapkan teknik pengeringan rumput laut yang baik. Metode pelaksanaan PPM untuk mengatasi permasalahan mitra adalah pendampingan berupa penyuluhan dan pelatihan. Hasil pendampingan kegiatan PPM, mitra diharapkan sebagai pembudidaya mandiri yang mampu melakukan budidaya rumput laut dan memiliki kepedulian dan tanggungjawab (sense of belonging) terhadap sumberdaya serta pelestarian sumberdaya yang ada, menghasilkan produk rumput laut yang berkualitas sesuai permintaan pasar dan menjadikan rumput laut sebagai salah satu komoditas andalan untuk meningkat pendapatan. Target luaran tersebut diharapkan mampu berdampak terhadap up-dating ipteks budidaya rumput laut bagi mitra, meningkatkan produktifitas mitra dalam budidaya rumput laut serta pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan produktifitas sumberdaya manusia maupun disersivikasi usaha. Luaran kegiatan ini berupa metode budidaya yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.
Drying Effect for Amino Acid Composition of Worms Lawar Perinereis cf.cultrifera (BLEEKER 1840) Wearlilir Waters from Kei Islands Maluku Southeast District Martha Rettob; Nally Erbabley; Santy Rahantoknam
Akta Kimia Indonesia Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : LPPM, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.951 KB) | DOI: 10.12962/j25493736.v1i1.1418

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of drying on the amino acid composition of the worm lawar Perinereis cf.cultrifera (Bleeker 1840) The method used is a natural drying process with artificial sun with electric oven and then analyzed the amino acid composition by GC (Gas Kromotofrafi). Result obtained for the solar drying process there are 14 types of amino acids with the composition: 0.890 mg/g 0.746 mg/g Alanine, 0.096 mg/g Alpha-amino Butyric acid, 2,090 mg/g Valine, 0.088 mg/g amino Beta Isobutyric ACIC, threonine, 0.913 mg/g Aspartic acids, 16,505 mg/g Hydroxyproline, 15,361 mg/g Glutamic acid, 0.581 mg/g Phenylalanine, 2.254 mg/g Alpha-aminoadipic acids, 0.868 mg/g Ornithine, 0.959 mg/g Lysine, 1,209 mg/g histidine, 0.993 mg/g of tyrosine, while the artificial drying (oven) there are 12 types of amino acids which are: 0.673 mg/g Alanine, 0.046 mg/g Glysine, 0.0678 mg/g Alpha-amino Butyric acid, 0.224 mg/g Valine, 2.803 mg/g Threonine, 0.297 mg/g Serine, 0.068 mg/g Methionine, 22,015 mg/g Hydroxyproline, 1.282 mg/g Phenylalanine, 0,782 mg/g Alpha-aminoadipic acids, 0.952 mg/g Ornithine, Lysine 1,049
Laju Pertumbuhan SomatikKappaphycus alvarezii Di Perairan Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara Nally Y.G.F. Erbabley; Dominggas M. Kelabora
Journal Omni-Akuatika Vol 10, No 1 (2014): Omni-Akuatika May
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.985 KB) | DOI: 10.20884/1.oa.2014.10.1.13

Abstract

Rumput laut Kappaphycus alvareziidijadikan unggulan bagi pengembangan dan peningkatan komoditi sumber daya laut di Maluku Tenggara dan merupakan komoditas unggulan yang ditetapkan oleh PEMDA Maluku Tenggara. Aspek penting dan karakteristik menguntungkan yang berkaitan dengan pengembangan budidaya rumput laut ini antara lain meliputi aspek ekonomi, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan harian (pertumbuhan somatik) Kappaphycus alvarezii varieatas hijau dan coklatdi perairan desa Sathean Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara.Penelitian dilakukan di perairan desa Sathean pada bulan Januari-September 2013 dengan 2 (dua) perlakuan bibit yang dipelihara selama 6 kali musim tanam.Pemeliharaan Kappaphycus alvarezii menggunakan metode longline. Hasil penelitian menunjukanparameter kualitas air diamati secara in-situ selama pemeliharaan berlangsung.Oksigen terlarut (DO) pada stasiun I - III berkisar antara 3.4-4.58  ppm,  suhu  300C,  salinitas  antara  27-32  ppt,  pH  berkisara  antara  8.15-8.26. Sedangkan nilai nitrit (NO2) 0.009 mg/L, nitrat (NO3) < 5 mg/L,  ammonia (NH3) berkisar antara 0.0010– 0.126mg/L dan phosphat (PO4) berkisar antara <0.25 mg/L.Laju pertumbuhan harian dan laju pertumbuhan rata-rata harian Kappaphycus alvarezii selama pemeliharaan (42 hari) adalah nilai rata-rata pengukuran rumpur laut pada long line 1- long line 5, dengan periode penanaman I - IV di desa Sathean diperoleh untuk bibit varietas hijau (BHT) berat rata-rata tertinggi ditemukan pada periode penanaman IV pada long line 4 dengan berat yaitu 407 gr sedangkan nilai rata-rata terendah ditemukan pada periode penanaman I pada long line 5 dengan berat 24 gr. Sebaliknya berat  rata-rata rumput laut dengan bibit varietas coklat (BCT) ditemukan bahwa berat tertinggi masih pada periode ke IV long line ke 2, dengan berat 427 gr sedangkan berat terendah ditemukan pada periode penanaman I long line 5 dengan berat 52 gr. Waktu tanam pada bulan April sampai bulan Mei, yaitu pada musim tanam ke III serta bulan Agustus sampai September yaitu pada musim tanam ke VI, diperoleh laju pertumbuhan harian yang kurang dari 3 % pada spesies Kappaphycus alvarezii akibat terserang oleh penyakit ice-ice.Kata Kunci : Kualitas air,Pertumbuhan somatik, Kappaphycus alvarezii
Chemical Characteristics of Sea Grape (Caulerpa, sp.) Jam Amahorseja, Anggeline Lioni; Erbabley, Nally Y.G.F.; M. Kelabora, Dominggas; Dangeubun, Jane L.; Picaulima, Simon M.; Putnarubun, Cenny; V. Rahawarin, Arnolda; R. Erwin, Fitria; Warawarin, Magdalena; Hasan, Nurhama; Selajar, Nabila
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 15 No. 2 (2022): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v15i2.1363

Abstract

Sea grape “lat” (Caulerpa, sp.) is a local food from Kei Island which used daily in the from of salads and has not been processed diversification. Example of diversification processed is a jam. The aim of this study was to indentify chemical characteristics of Caulerpa jam. The research method used is descriptive and proximate test. The result showed that the ratio of “lat” is very influential on chemical characteristics of Caulerpa jam with ratio of “lat” 3 : pineapple 1 has a better chemical composition to wit 30,39% water content, 3,12% ash content, 14,55% fat content, 1,39% protein contente and the carbohydrate contet by difference is 50,54%.
Ecological Principles in Utilizing Mangrove Forest as an Ecotourism Area in Tagalaya Vilage, North Halmahera Furqon, Muhammad; Erbabley, Baltazar Z.; Putuhena, Jusmy D.; Erbabley, Nally Y.G.F.; Bungan, Fialdino
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 2 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i2.2251

Abstract

This research is: a) determine the condition and biodiversity of mangrove forests in Tagalaya Village; b) analyse the application of ecological principles in mangrove forest management; c) analyse the ecotourism potential of Tagalaya Village. d) Develop alternatives to overcome challenges and opportunities for the use and development of mangrove forest-based ecotourism in Tagalaya Village. Data analysis uses a tourist attraction evaluation analysis based on the 1993 Regulation of the Directorate General of PHPA on Tourism Area Potential Evaluation Criteria to assess the ecotourism potential of Tagalaya village. Policy analysis using Analytical Hierarchy Process (AHP) methodology. The results showed that of the 10 criteria for assessing tourist attractions, there were three criteria (30%) that were not feasible as ecotourism areas, with the highest percentage of indicators. The value is 92.5% of the ‘Clean water’ criterion and the minimum value for the ‘Accommodation’ criterion is 10%. The main priority of the criteria supporting the standard utilisation of mangrove forests in Tagalaya Village is clean water (27.1%), the second priority is attractiveness (13.1%), the third priority is environmental conditions (11.3%), the second priority is accommodation (7.6%). %), and the last priority is the relationship with other tourists (7.6%). The consistency index (MRC) was 82.4%, the selection index (Psi) was 11.1%, the eigenvalue was 12.981, and the consistency ratio (CR) was 0.37. Specific alternative management strategies include: Involving community groups, educational institutions and youth organisations around the Tagalaya village location to improve accommodation facilities, environmental conditions and tourist attractions in the mangrove forest area.
Cultivation of Sea Grape (Caulerpa racemosa) Laboratory Scale With Recirculating Air System (RAS) Methods Erbabley, Nally Y.G.F.; Syahailatua , Diana Y.; Kelabora , Dominggas M.; Yaurwulan, Hasnawaty
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 18 No. 1 (2025): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the growth rate of C. racemosa reared in laboratory-scale controlled tanks using the recirculating air system (RAS) method. This research was conducted from June to August 2024 at the Mariculture Laboratory of Tual State Fisheries Polytechnic. C. racemosa sea grape seedlings were taken from the waters of Letman, Southeast Maluku with the characteristics of fresh, many grains, bright green, clean and free of other types of seaweed. Maintenance was carried out in baskets in controlled tanks. The results showed that C. racemosa cultivated using the RAS method gave varying yields among baskets in tanks with the highest weight difference in (K1) of 901 grams and the lowest in (K3) of 416 grams. The absolute growth rate of sea grapes (lat) in basket 1 and basket 4 is better than basket 2, basket 3. The percentage of daily growth rate of C. racemosa cultivated shows the highest percentage in K1 by 40% and the lowest in K3 by 12%. Based on the results obtained, the percentage of lat growth with the RAS method can be categorized as feasible, because the percentage of daily growth of seaweed is around 23% per day
Development of Sea Gurp Caulerpa Sp Culture in The Ytr Letman Tour Islands of Central Maluku Erbabley, Nally Y.G.F.; Amahorseja, Anggeline; Kelabora, Dominggas M.; Tutratan, Filemon; Leploi, Andreas; Silubun, Yanru; Mukhlis, Mukhlis
Unram Journal of Community Service Vol. 5 No. 2 (2024): June
Publisher : Pascasarjana Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/ujcs.v5i2.653

Abstract

To maintain the cultivation of sea grapes while developing the tourism potential of the YTR area, an effort is needed to develop a sea grape cultivation area that provides unique value and new experiences to visitors or tourists how to learn to love the environment, especially aquatic ecosystems through educational tourism. The goal is to conserve sea grape resources that have economic value for the community and increase public awareness of the availability of resources in nature, train students to apply the knowledge gained in lectures to the community and build an entrepreneurial spirit from an early age. The training provided to the community consisted of: 1). Entrepreneurship counselling; 2). Training on making cultivation containers (quadrant nets) and sea grape cultivation (lat) to support educational tourism in the YTR area. The construction of sea grape cultivation containers in the form of frames / quadrants was carried out by Polikant students, then the results were socialised to the Letman community and the YTR Pokdarwis group and then worked together at the cultivation site in the YTR tourist area. The evaluation results showed positive feedback from the community and the product was developed into one of the souvenirs of the YTR Letman tourist