Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Berbagai Dosis Kompos Solid Plus (Kosplus) Dalam Memperbaiki Sifat Kimia Tanah Ultisol Di Kabupaten Kuantan Singingi Okalia, Deno; Ezward, Chairil; Haitami, A
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 15 No 1 (2017): Agroqua Journal
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian   ini   bertujuan   untuk   1)mengetahui   kandungan   hara   kompos   solid   plus (KOSPLUS). 2) Untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis kompos solid Plus (KOSPLUS) dalam memperbaiki  sifat kimia tanah  Ultisol  yang mendominasi  di kabupaten  Kuantan Singingi. Penelitian ini dilaksanakan padatanah Ultisol di BBU Sungai Rumbio Desa Koto Kari Kabupaten Kuantan Singingi selama enam bulan yang terdiri atas dua tahap yaitu tahap I pembuatan kompos kompos solid saja (A) dan kompos solid plus (B) kemudian Tahap II inkubasi kompos. Penelitian ini mengunakan metode Random sampling.Data yang diambil diperoleh   dari   beberapa   perlakuan   dilapangan   kemudian   dilakukan   analisa   untuk mendapatkan data kuantitatif.Inkubasi KOSPLUS terdiri dari 5 perlakuan yang diulang tiga kali.Perlakuan yang diberikan adalah A =KOSPLUS 10 ton/ha, B = KOSPLUS 20 ton/ha, C = KOSPLUS 30 ton/ha,   D = Kompos solid saja, E = Tanpa masukan apapun (kontrol). Hasil analisis tanah dibandingkan  dengan kriteria sifat kimia tanah menurut  Staf Pusat Penelitian Tanah (1983). Berdasarkan penelitian dan analisis laboratorium yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) Kompos solid plus memiliki ciri kimia yaitu pH sebesar7.9, C-organik sebesar   39,27 %, N sebesar   2,10%, C/N sebesar 10,14, P sebesar 1,25%, K sebesar 2,17%, Ca sebesar   1,57% dan Mg sebesar   0,64%. (2) Kompos solid plus (KOSPLUS) dapat memperbaiki sifat kimia tanah Ultisol dengan dosis perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan C (KOSPLUS 30 ton/Ha) dengan peningkatan nilai pH sebesar 0,68 unit,  C-organik  sebesar  1,20%,  P  sebesar  10,76%,    K  sebesar  0,18  me/100  g  tanah, sedangkan Al-dd mengalami penurunan hingga tidak terukur.
Typology of artisanal and small-scale gold mining sites along the Singingi River, Riau Province Okalia, Deno; Iskandar; Mulyanto, Budi; Sudadi, Untung
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol. 12 No. 5 (2025)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2025.125.8719

Abstract

Artisanal and small-scale gold mining (ASGM) in the Singingi Watershed has precipitated a multifaceted transformation of the landscape, resulting in severe geomorphological, sedimentological, and hydrological alterations. This study leveraged an integrative quantitative descriptive framework and advanced spatial analysis to systematically delineate post-mining land typologies along a 51.25 km stretch of the watershed, using high-resolution remote sensing data and validation from 243 strategically distributed sample points. Eight distinct land typologies (A-H) were identified based on detailed assessments of topographic attributes, particle size distribution, pit depth, and tailing mound characteristics. Notably, typology H—characterized by a flat terrain (slope <8%), shallow pit depths and tailing mound heights (<2 m), and a predominance of fine-textured soils—emerged as the most amenable to passive reclamation and natural vegetation regeneration. Overlay analyses further demonstrated that Sungai Paku Village harbors the largest expanse of typology H (108.16 ha), underscoring its critical priority for reclamation interventions. These findings provide a robust, evidence-based foundation for the development of adaptive reclamation strategies, offering valuable insights for restoring ecological and physical functions in mining-impacted environments. The study underscores the importance of integrating multidisciplinary spatial data to inform sustainable land management practices in regions severely affected by ASGM activities and as a reference for the community for reclamation priorities based on land typology.