Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

The Potential Of Bacterial Endophyte Of Plants Paitan Titonia Deversifolia As Biofertilizer And Biopesticide Desta andriani; M FIRDAUS OKTAFIYANTO
JURNAL AGRONOMI TANAMAN TROPIKA (JUATIKA) Vol 1 No 2 (2019): July. Jurnal Agronomi Tanaman Tropika (JUATIKA)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.397 KB) | DOI: 10.36378/juatika.v1i2.146

Abstract

The development of pathogen control is currently not only targeted at suppressing pathogens but also considered safe for the ecosystem by utilizing endophytic bacteria. Endophytic bacteria can live in plant tissues without causing symptoms of disease and have a positive influence on plant growth. This study aims to obtain potential endophytic bacteria from T. diversifolia. Of the 23 endophytic bacteria isolated and previously characterized there were 13 endophytic bacteria that had the potential to increase rice growth, namely isolates, Ta42t, Ta46t, Ta31n, Tb31t, Tb35t, Tb41t, Ta34n, Tb34n, Ta36n, Tb32t, Tb43n, Ta43n, Tb32n, Tb45n. Of the 23 isolates 3, endophytic bacterial isolates that can suppress pathogens are Tb45n, Tb42n and Ta43n isolates. There are 2 isolates that can be used as triggers for growth as well as can be used to suppress pathogen growth.
Exploration And Characterization Of Fungi From Oil Palm Rhizosphere (Elaeis Guneensis Jacq) On People's Plantations In Kuantan Singingi Regency Desta Andriani; Deno Okalia; Seprido Seprido
JURNAL AGRONOMI TANAMAN TROPIKA (JUATIKA) Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Agronomi Tanaman Tropika (JUATIKA)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36378/juatika.v4i1.1820

Abstract

The rhizosphere is an excellent habitat for microbial growth because plant roots provide a variety of organic materials that generally stimulate microbial growth. This study aimed to explore and determine the character of fungi from oil palm rhizosphere (Elaeis guneensis Jacq) on smallholder plantations in Kuantan Singingi Regency. This research was conducted at the Islamic University of Kuantan Singingi. The method used was an experimental method carried out in two stages. The first stage was a random sampling survey. The sample was then taken to the Basic Laboratory of the Faculty of Agriculture, Kuantan Singingi Islamic University for analysis. They are Singingi Hilir District, Kuantan Mudik District, Kuantan Tengah District, Benai District, Pangean District and Sintajo Raya District. The most isolates were found in Singingi Hilir sub-district, the plant age was 2 years and the fertile soil was blackish brown. The least number of isolates was found at the age of 10 years, even though the soil was fertile. The age of the plant affected the microbial activity in the rhizosphere. The older the plant the microbial activity decreased. Therefore, it caused the number of isolates found to be small. Characteristics of isolates isolated at a younger plant age were more varied in color.
Sensitivitas Colletotrichum spp. pada Cabai terhadap Benomil, Klorotalonil, Mankozeb, dan Propineb Desta Andriani; Suryo Wiyono; Widodo Widodo
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 13 No 4 (2017)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.056 KB) | DOI: 10.14692/jfi.13.4.119

Abstract

Anthracnose caused by several species of Colletotrichum is one of limiting factors for chilli production. Up to now the control of antrachnose disease still rely on regular and intensive application of synthetic fungicides. Application of similar active ingredients of synthetic fungicides may create resistance of the pathogens. This study was conducted to evaluate the sensitivity of three species of Colletotrichum against four commercial fungicides with different active ingredients, i.e. benomyl, chlorotalonil, mancozeb, and propineb. The sensitivity level and the potential occurrence of resistance of Colletotrichum were observed based on relative inhibition rate using poisoning food method. The results showed that all isolates were highly resistant to chlorotalonil, even up to ten times of the highest recommended concentrations. The tested fungal isolates were resistant or highly resistant to the recommended concentrations of mancozeb and propineb, but they were still sensitive when the concentrations were increased up to five times.  Isolates of Colletotrichum spp. showed sensitive to highly sensitive response to benomyl. 
RESPON PEMBERIAN CAIRAN INFUST RINGER LAKTAT TERHADAP PERTUMBUHAN JENIS AGLAONEMA SP YANG BERBEDA Gusti Marlina; Desta Andriani; Pebra Heriansyah; Seprido
Jurnal Agro Indragiri Vol. 7 No. 1 (2022): Jurnal Agro Indragiri
Publisher : Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32520/jai.v9i1.1853

Abstract

Penelitian ini memiliki tujuan jangka panjang yaitu mengatasi kelangkaan pupuk dengan memanfaatkan cairan infust yang belum termanfaatkan menjadi pupuk organik. Selain itu juga memenuhi kebutuhan masyarakat akan tanaman hias di propinsi Riau umumnya dan di Kabupaten Kuantan Singingi khususnya. Aglaonema merupan sala satu tanaman hias yang buming secara mendunia. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui formulasi cairan infust yang tepat untuk pertumbuhan tanaman aglaonema yang berbeda. 2) untuk mengetahui seefisiensi cairan infust dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman aglaonema. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor I adalah penggunaan aglaonema yang berbeda (AL) terdiri dari AL : Aglaonema Lipstik ALW : Aglaonema Green Whita AA : Aglaonema Adelia. Faktor II adalah pemberian cairan infust Ringer Laktata (RL) dengan perlakuan RL0 : tanpa pemberian ringer laktat, RL1 : pemberian ringer laktat 10 ml RL2 : pemberian ringer laktat 20 ml RL3 : pemberian ringer laktat 30 ml. Hasil penelitian ini diuji secara statistik dengan uji F, kemudian bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) pada taraf 5%. Hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Perlakuan terbaik secara tunggal penggunaan aglaonema yang berbeda adalah perlakuan Aglaonema Green White pada pengamatan muncul tunas 31,00 hari, tinggi tunas 11, 87 cm, jumlah daun 4,32 helai dan diameter batang 3, 69 cm (2) Perlakuan terbaik secara tunggal pemberian cairan infus Ringer Laktat (RL) adalah pada perlakuan RL0 (31,44 hari) untuk pengamatan muncul tunas, perlakuan RL1 (4, 30 helai) untuk pengamatan jumlah daun, dan perlakuan RL2 (3, 41 cm) untuk pengamatan diameter batang (3) Secara interaksi penggunaan aglaonema yang berbeda (AL) dan pemberian cairan infus ringer laktak (RL) perlakuan terbaik dapat dilihat pada perlakuan ALWRL0 34,00 hari pada pengamatan muncul tunas.
KAJIAN POPULASI Tyto alba PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Seprido Seprido; Desta Andriani
Bio-Lectura : Jurnal Pendidikan Biologi Vol. 8 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/bl.v8i1.6566

Abstract

Kajian populasi Tyto alba pada perkebunan kelapa sawit rakyat di kabupaten Kuantan Singingiini dilakukan selama 4 bulan dari bulan juni hingga September 2020 di perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Kuantan Singingi. lokasi pengamatan diletakkan pada 7 stasiun penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapangan yang terdiri dari tiga tahapan yaitu Pra analisis untuk pengumpulan data sekunder dari kepustakaan dan penelusuran di internet; Analisis yang dilakukan dengan pelaksanaan kunjungan lapangan di perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Kuantan Singingi serta wawwancara dengan pemilik kebun; serta pengumpulan berupa hasil kunjungan lapangan dan data sekunder dianalisis dan dilakukan pengevaluasian guna mendapatkan kesimpulan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebanyak 28 individu Tyto alba yang terdiri dari 15 individu jantan dan 13 individu betina dengan rasio perbandingan kelamin 1. 15.
Potential Of Kirinyuh Weed (Chromolaena odorata) As A Source Of Green Fertilizer in Two District in Kuantan Singingi Regency Deno Deno Okalia; Desta Andriani; Nopriadi Nopriadi; Gusti Marlina
JURNAL AGRONOMI TANAMAN TROPIKA (JUATIKA) Vol 4 No 2 (2022): Volume 4 No. 2 Tahun 2022, Jurnal Agronomi Tanaman Tropika (JUATIKA)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36378/juatika.v4i2.2393

Abstract

Kuantan Singingi Regency is dominated by marginal soil with the order of soil. The use of Ultisol for the cultivation of problematic plants with poor organic matter and nutrients needs to be overcome by giving organic matter. One of the potential sources of organic fertilizer in Kuantan singingi district is kirinyuh bush (Chromolaena odorata). This study has the objectives of 1) knowing the contribution of biomass and the distribution of kirinyuh. and 2) To determine the potential of kirinyuh as a source of organic fertilizer through the C, N, P and K nutrients it contains. This research is a field research that will be carried out using a survey method with purposive sampling. Kirinyuh's observation locations were in two sub-districts in Kuantan Singingi Regency, namely Kuantan Hulu Kuantan District and Mudik Kuantan Singingi Regency. The results of this study can be concluded that kirinyuh is widely available and easy to obtain in Kuantan singingi Regency and contains high nutrients so that it is very potential to be used as a source of organic fertilizer in the form of green manure. Kirinyuh weed in Kuantan singingi has not been utilized and is often found living in groups on the outskirts of land, roads, rice fields, shrubs and irrigation. Kirinyuh biomass as a source of organic matter varies, generally every 1m2 produces about 2-3 kg of biomass. The results of laboratory analysis, kirinyuh leaves contain nutrients of 42.95% C-organic, 4.41 %N, 1.032 %P and 3.05%K, while the stem contains 45.68% C-Organic.
Identifikasi Jamur Kontaminan pada Berbagai Eksplan Kultur Jaringan Anggrek Alam (Bromheadia finlaysoniana (Lind.) Miq Desta Andriani; Pebra Heriansyah
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.811 KB) | DOI: 10.37637/ab.v4i2.723

Abstract

Perbanyakan tanaman anggrek secara generatif memiliki masalah karena biji anggrek tidak memiliki endosperm perlu diperbanyak menggunakan teknik kultur jaringan. Kontaminasi merupakan faktor pembatas dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis kontaminan yang terdapat pada kultur kalus Bromheadia finlaysoniana. Penelitian ini dilaksanakan dua tahap. Tahap pertama dilakukan kultur dari berbagai eksplan Bromheadia finlaysoniana menggunakan media Murashige dan Skoog dengan pengayaan hormon 6-BAP (Benzylaminopurine) 1 mg/l; NAA (Naphthalene acetic acid) 0,5 mg/l; 100 mg myo inositol; pyridoxine-HCl 0,5 mg/l; thiamine-HCl 0,1 mg/l; nicotinic-acid 0,5 mg/l; glysine 2 mg/l. Tahap kedua menghitung jumlah dan persentase jamur kontaminan serta melakukan pengamatan makroskopik dan mikroskopik. Karakter makroskopis jamur kontaminan yang diamati meliputi warna koloni, arah pertumbuhan koloni dan bentuk permukaan koloni hifa, karakter mikroskopik yang diamati meliputi bentuk hifa (bersekat/tidak bersekat) dan produksi spora. Penentuan jenis kontaminan dibandingkan dengan morfologi dari Pustaka. Hasil yang diperoleh adalah persentase kontaminasi tertinggi pada eksplan tangkai bunga yaitu 81 % dan jumlah kontaminan tertinggi terjadi pada eksplan daun sebanyak 28 koloni. Jamur kontaminan yang tumbuh didominasi jamur dengan warna putih dan abu-abu dengan bentuk permukaan kasar. dari karakter mikroskopik sebagian besar memiliki hifa bersekat/bersepta dan tidak memproduksi spora. Hasil pengamatan karakter makroskopik mikroskopik jamur kontaminan pada kultur jaringan beberapa eksplan anggrek ditemukan dari jenis Rhizoctonia sp dan Mucor sp.
IDENTIFIKASI ANGGREK ALAM PADA KAWASAN RAWAN GANGGUAN DI SUAKA MARGA SATWA BUKIT RIMBANG DAN BUKIT BALING RESORT KUANTAN SINGINGI Pebra Heriansyah; Seprido Seprido; Desta Andriani
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.656 KB) | DOI: 10.37637/ab.v3i2.583

Abstract

Anggrek alam merupakan kekayaan yang dimiliki oleh suatu Kawasan, sehingga keberadaannya perlu diidentifikasi agar tidak terjadi kepunahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi anggrek alam di Kawasan Rawan Gangguan di Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang dan Bukit Baling Resort Kuantan Singingi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling melalui tahapan identifikasi baik dengan cara pengambilan hasil foto atau gambar dan spesimen hasilnya akan diidentifikasi dengan bantuan buku identifikasi. Kesimpulan penelitian ini adalah ditemukan 12 jenis anggrek dan 10 genera di Kawasan Rawan Gangguan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang dan Bukit Baling, dari ketinggian 90 – 200 mdpl. Dari 12 jenis ini ada beberapa jenis yang terancam punah yaitu Grammatophyllum speciosum Blume hanya ditemukan di satu titik saja, Dendrobium aloifolium (Blume) Reichb.f, Robiquetia spathulata (Blume) J.J.Smith, Epigeneium sp, Cimbidium spp, ditemukan di 2 titik
JENIS-JENIS KELULUT DAN TUMBUHAN PAKANNYA PADA PETERNAKAN KELULUT DI DESA KOTO BARU KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Seprido Seprido; Desta Andriani
Bio-Lectura : Jurnal Pendidikan Biologi Vol. 9 No. 2 (2022)
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/bl.v9i2.11656

Abstract

Penelitian tentang Jenis-Jenis Kelulut yang di budidayakan dan jenis tumbuhan pakannya pada peternakan kelulut Desa Koto Baru Kuantan Singingi ini bertujuan untuk mengetahi jenis kelulut dan tumbuhan pakannya pada peternakan kelulut di desa Kooto Baru Kabup[aten Kuantan Singingi. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan system pengambilan data dengan pengamatan langsung kelapangan dan wawancara data yang dikumpulkan berupa sampel kelulut untuk identifikasi, bentuk pintu masuk dan ketinggian sarang, arah pintu masuk berdasarkan arah mata angin, jenis tumbuhan pakan serta waktu aktif kelulut pada tumbuhan pakan. Dari penelitian di dapatkan 4 jenis kelulut yang dibudidayakan di desa Koto Baru Kabupaten Kuantan Singingi yaitu : Heterotrigona itama (92.5%), Geniotrigona thoracica (2,5%), Tetragonula laeviceps (2,5%), Tetragonula fuscobalteata (2,5%). Arah Lubang masuk koloni mengarah ke Utara (45%) dan terdapat sebanyak 12 jenis tanaman pakan dan cenderung waktu aktif kelulutnya pada tanaman pakan yaitu pada pagi hari.
Komunitas Tikus, Serangan dan Upaya Pengendaliannya pada Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kuantan Singingi Seprido Seprido; Desta Andriani
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 30 No 3 (2022): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v30i3.175

Abstract

Tikus merupakan salah satu hewan yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman kelapa sawit sehingga juga mempengaruhi perekonomiannya. Pada tanaman menghasilkan, hama ini dapat menyebabkan kerugian hingga 5% dari total CPO/ha/tahun dan kerusakan sebesar 80% pada tanaman belum menghasilkan. Perubahan komposisi hutan menjadi kelapa sawit akan mempengaruhi populasi dan jenis tikus. Penelitian ini dilakukan pada 7 kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi. Penelitian ini menggunakan metode survey. Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat yang terletak dalam satu hamparan dengan minimal 10 ha. Pada masing-masing lokasi penelitian dipasang sebanyak 20 perangkap tikus dengan ukuran perangkap 30 cm x 20 cm x 15 cm dengan menggunakan umpan berupa ikan asin bakar dan kelapa bakar (masing masingnya 10 perangkap) pemasangan perangkap dilakukan selama 7 hari per lokasi penelitian. Sebanyak 575 individu tikus tertangkap dan teramati pada penelitian ini dengan rata-ata penangkapan per lokasi adalah 82,14 individu tikus. Ditemukan sebanyak empat jenis tikus yaitu Rattus tiomanicus (56,34%), Rattus argentiventer (42,43%), Rattus rattus (0,70%) dan Rattus exulans (0,53%). Rasio sex tikus secara umum dilokasi penelitian didominasi oleh jenis kelamin tikus betina dengan nilai 0,97. Sedangkan preferensi umpan yang lebih dominan adalah umpan kelapa bakar yaitu tertangkap sebanyak 319 individu tikus sedangkan umpan ikan asin bakar hanya 256 individu tikus. Persentase kelapa sawit terserang pada perkebunan kelapa sawit rakyat ini adalah sebesar 37,19% sedangkan upaya pengendalian hama tikus yang dilakukan oleh kelompok tani kelapa sawit di Kuantan Singingi adalah dengan cara pemasangan umpan beracun, pemasangan perangkap dan perburuan terhadap tikus.