Erwin Mulyana, Erwin
Unknown Affiliation

Published : 34 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

USULAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA DENGAN GROUND-BASED GENERATOR UNTUK MENAMBAH DEBIT ALIRAN SUNGAI MAMASA, SULAWESI Seto, Tri Handoko; Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 14, No 2 (2013): December 2013
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7259.723 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v14i2.2685

Abstract

IntisariTelah didesain sebuah usulan pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan ground-based generator (GBG) untuk menambah debit aliran sungai Mamasa di Sulawesi guna meningkatkan produksi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru. GBG adalah metode alternatif operasi penyemaian awan dari darat menggunakan menara. Penelitian tentang GBG telah selesai dilakukan di kawasan Puncak Bogor yang merupakan bagian dari sistem orografik Gunung Gede-Pangrango. Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamasa memiliki kemiringan lereng antara 25%-40%. Topografi dengan kelerengan curam berada di bagian tengah, sebagian kecil di bagian hulu serta di bagian hilir DAS. Faktor orografi sangat dominan dalam pembentukan awan di DAS Mamasa. Uap air yang masuk ke DAS dipaksa naik oleh pebukitan di batas DAS sehingga terjadi pembentukan awan. Bagian tengah DAS sisi sebelah barat (Sikuku dan Sumarorong) memiliki curah hujan paling banyak sedangkan bagian tengah sisi sebelah timur (Rippung, Tabone, Tatoa dan Salembongan) memiliki curah hujan paling rendah. Hasil kajian topografi merekomendasikan wilayah Sikuku, Makuang dan Sumarorong sebagai lokasi menara GBG. Sementara itu,  Polewali direkomendasikan untuk lokasi radar. Karena DAS Mamasa adalah daerah yang rawan longsor maka pembangunan menara GBG disarankan dilakukan pada bulan bulan tidak banyak hujan yaitu pada bulan Juni sampai dengan Agustus.AbstractA proposed use of weather modification technology (TMC) with ground-based generator (GBG) to increase Mamasa river flow in Sulawesi to increase electricity production from Bakaru hydropower was designed. GBG is an alternative method of cloud seeding operations from the ground using towers. Research on GBG has been completed in the area of Puncak, Bogor, which is part of the orographic system Gunung Gede-Pangrango. Mamasa Watershed has a slope of between 25% -40%. Topography with steep slopes are in the middle, a small portion in the upstream and in the downstream of watershed. Orography is very dominant factor in the formation of clouds in the Mamasa watershed. Water vapor that enters the watershed is forced up by the hills in the watershed resulting in the formation of clouds. The middle part of west side (Sikuku and Sumarorong) have the most rainfall, while the central part of the eastern side (Rippung, Tabone, Tatoa and Salembongan) has the lowest rainfall. Results of the assessment of topography recommend the area of Sikuku, Makuang and Sumarorong as GBG tower locations. Meanwhile, Polewali recommended for radar location. Because Mamasa watershed is an area that is prone to landslides, the construction of the GBG tower suggested carried out during June to August.   
VARIASAI DIURNAL ANGIN PERMUKAAN DI LERENG GUNUNG GEDE PANGRANGO Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 2 (2012): December 2012
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3497.195 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v13i2.2575

Abstract

Telah dilakukan analisis angin permukaan di lokasi tower GBG Citeko Cisarua. Pengamatan angin dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2010 dengan menggunakan anemometer.
ANALISIS ANGIN ATAS DI WILAYAH JAWA BAGIAN BARAT SELAMA KEGIATAN TMC REDISTRIBUSI CURAH HUJAN Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 14, No 1 (2013): June 2013
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.679 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v14i1.2681

Abstract

IntisariTelah dilakukan analisis angin pada berbagai level ketinggian pada saat penerapan TMC yang dilakukan pada tanggal 26 Januari s.d 27 Februari 2013. Data yang digunakan adalah data angin tiga jam-an MERRA (1.25o x 1.25o), data angin harian NCEP (2.5o x 2.5o) serta angin gradient dari BOM Australia. Selama kegiatan, angin baratan mendominasi wilayah Jawa bagian barat. Arah angin di Jawa bagian barat sangat dipengaruhi oleh gangguan tropis yang muncul di Samudera Hindia sebelah selatan Indonesia. Terjadi pembalikan arah angin dari angin baratan menjadi angin timuran akibat pengaruh Siklon Tropis Gino di sebelah barat daya Sumatera. Kecepatan angin pada akhir kegiatan mencapai 20 m/s akibat pengaruh Siklon Tropis Rusty di sebelah barat Australia.AbstractThe Application of weather modification has carried out to redistribute  precipitation over Jakarta and the surrounding on 26 January to 27 February 2013. Data used in this study are 3 hourly MERRA wind data (1.25o x 1.25o), daily NCEP wind data (2.5o x 2.5o), and gradient wind analysis data from BOM Australia. The westerly wind dominated over western part of Java.The wind direction in the western part of Java is strongly influenced by the tropical disturbance in the Indian Ocean south of Indonesia. The Tropical Cyclone Gino over Southwest Sumatera caused easterly wind over west part of Jawa. The wind speed up to 20 m/s due to the effect of Tropical Cyclone Rusty in the west of Australia.
ANALISIS CUACA SELAMA KEGIATAN TMC REDISTRIBUSI CURAH HUJAN Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 14, No 1 (2013): June 2013
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.381 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v14i1.2677

Abstract

IntisariPada tanggal 26 Januari sampai dengan 27 Februari 2013 telah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk redistribusi curah hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Selama kegiatan tersebut fenomena ENSO dan IOD dalam kondisi normal. MJO menunjukkan adanya peningkatan aktifitas konvektif di wilayah Indonesia pada pertengahan hingga akhir bulan Februari 2013. Temperatur  permukaan laut di perairan sekitar Jawa bagian barat sekitar 29-300C. Kelembagan udara pada level 850 mb sekitar 75-80%. Pertumbuhan awan umumnya berada di sebelah barat laut hingga barat daya Jakarta.AbstractApplication of weather modification has carried out to redistribute of precpitiaion over Jakarta and the surrounding during  26 January to 27 February 2013. During this period, ENSO and IOD was normal condition. The MJO shows that the convection enhanched over Indonesia region on mid to late February 2013. The sea surface temperature over west part of Java waters was 29-300C. The 850 mb relative humidity on February 2013 was 75-80%. Cloud development mainly over northwest to southwest of Jakarta,
ANALISIS CUACA PADA SAAT PELAKSANAAN PENYEMAIAN AWAN DI WADUK PLTA KOTA PANJANG BULAN APRIL - MEI 2013 Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 15, No 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.606 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2655

Abstract

ABSTRAKTelah dilakukan analisis cuaca selama pelaksanaan TMC pada bulan April dan Mei 2013 di Waduk PLTA Kota Panjang. Temperatur permukaan laut di daerah Nino 3.4 menunjukkan ENSO netral dengan temperatur rata-rata pada bulan April dan Mei 2013 antara 27.6 s.d  27.7 oC serta nilai anomaly antara -0.03 s.d -0.1 oC. Penjalaran MJO aktif yang menunjukkan terjadinya peningkatan aktifitas konvektif di wilayah Sumatra terjadi pada awal April dan akhir Mei 2013. Arah angin pada level gradient bertiup dari barat daya – barat laut dengan kecepaan 5-15 knot. Siklon Tropis Mahasen di utara Sumatera yang terjadi pada pertengahan bulan Mei  berpengaruh terhadap berkurangnya hujan di daerah target. Kecepatan angin yang cukup tinggi di level 700-600 mb pada  awal kegiatan mengakibatkan pertumbuhan awan di daerah target tidak berkembang dengan optimal. Dalam kondisi kelembaban rendah masih dijumpai pembentukan awan orografik di sepanjang pegunungan Bukit Barisan bagian barat DAS Waduk PLTA Kota Panjang.
OBSERVASI PERTUMBUHAN AWAN DI DAS MAMASA SULAWESI BARAT DENGAN RADAR CUACA Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2289.723 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2190

Abstract

Telah dilakukan pengamatan awan di DAS Mamasa berdasarkan data X-band Mobile Radar untuk mengetahui karakteristik pertumbuhan awan di daerah tersebut. Pengamatan awan dilakukan pada saat kegiatan penyemaian awan tangal 21 Oktober - 19 November 2009. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan awan di DAS Mamasa dipengaruhi oleh proses orografik dan arah angin. Pada saat angin baratan, pertumbuhan awan terkonsentrasi di sisi bagian barat DAS Mamasa. Sebaliknya, pertumbuhan awan terkonsentrasi di sisi bagian timur DAS Mamasa ketika terjadi angin timuran.Study on the characteristic of cloud development at Mamasa catchment area is very important since the water supply for Bakaru hydro-electric power is highly depend on the rain fall over this area. During rain enhancement project on 21 October to 19 November 2009, convective clouds have been analized based on X-band mobile weather radar observation over Mamasa River catchment area. The observation result shows that cloud development in this area are influenced by orographic processes and wind direction. During westerly wind, the clouds developed over the western part of catchment area. On the contrary, the clouds were observed over the east side of cathment area during easterly wind.
HUBUNGAN ANTARA ENSO DENGAN VARIASI CURAH HUJAN DI INDONESIA Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.07 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2153

Abstract

Telah dihitung hubungan antara Index Osilasi Selatan (SOI) dengan curah hujan diwilayah Indonesia dengan menggunakan data rata-rata bulanan SOI dan curah hujanselama 33 tahun (1961-1993). Berdasarkan rata -rata tiga bulanan diperoleh bahwa bulan September-Oktober -Nopember merupakan periode dimana SOI memiliki hubungan sangat kuat (r > +0.6) dengan curah hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Daerah tersebut adalah Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Irian Jaya. Sedangkan curah hujan di Sumatra Barat, Riau, Sumatra Utara dan Aceh tidak terpengaruh oleh perubahan nilai SOI (-0.3 < r < +0.3). Pengaruh El Nino di setiap daerah di Indonesia pada umumnya berlangsung pada masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan.The correlation between Southern Oscillation Index (SOI) and precipitation overIndonesia have been analyzed for period 1961-1993. Strong correlation found duringSeptember-October -November season over South Sumatra, Bengkulu, Lampung, Java,Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, South Sulawesi, Southeast Sulawesi, North Sulawesi,North Maluku, and Irian Jaya. Precipitation over these areas decrease during El Ninoepisode. Whereas precipitation over West Sumatra, Riau, North Sumatra and Aceh doesnot have good correlation with SOI. El Nino influences the precipitation during thetransition period especially from dry season to rainy season.
ANALISIS ANGIN ZONAL DI INDONESIA SELAMA PERIODE ENSO Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 2 (2002): December 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.484 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v3i2.2167

Abstract

Telah dianalisis angin zonal di Indonesia selama periode ENSO berdasarkan databulanan angin zonal dari National Center Environmental Prediction / National Center for Atmospheric Research (NCEP/NCAR) reanalisys grid data (2.5 x 2.5 ) pada ketinggian850 mb selama periode tahun 1961 sampai dengan 1993. Berdasarkan rata -rata tigabulanan diperoleh bahwa pada tahun El Nino terjadi penguatan angin timuran pada MAMdan SON. Sementara pada JJA angin timuran yang berhembus di wilayah Indonesiaterutama di sebelah selatan equator tidak mengalami perubahan berarti. Sedangkanpada DJF angin baratan yang berhembus di wilayah Indonesia sebelah selatan equatorkecepatannya melemah.The zonal wind (850 mb) over Indonesia have been analyzed for period 1961-1993.Intensified easterly wind during El Nino years over Indonesia mainly in the south ofequator region found in MAM and SON. During JJA the easterly wind remain constant inboth El Nino years and La Nina years. During DJF, westerly wind in El Nino years decreases over Indonesia mainly in the south of equator.
PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.538 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2158

Abstract

Hubungan antara anomali suhu permukaan laut di Samudra Hindia dengan variasi curah hujan di Indonesia telah dihitung dengan menggunakan data bulanan suhu permukaan laut dari GISST (Global Sea Surface Suhue) serta data bulanan curah hujan dari GHCN (Global Historical Climate Network) selama 33 tahun (1961 – 1993). Penomena dipole mode yang terdapat di Samudra Hindia ditandai oleh munculnya anomali negatif suhue permukaan laut di sebelah barat Sumatra sementara pada saat yang bersamaan di bagian barat Samudra Hindia terdapat anomali positif. Fenomena tersebut mempengaruhi intensitas curah hujan yang terjadi di Indonesia. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa korelasi sangat kuat ( < − 0.6) ditemui di Sumatra bagian selatan, Pulau Jawa dan Nusatenggara yang terjadi pada bulan September -Oktober - Nopember. Selama berlangsungnya dipole mode, curah hujan di daerahtersebut mengalami penurunan.The correlation of Indian Ocean sea surface temperature anomaly and precipitation over Indonesia have been analyzed. This study used monthly mean data of sea surface temperature from GISST (Global Ice and Sea surface Temperature) and precipitation from GHCN (Global Historical Climate Network) for period 1961 -1993. The dipole mode phenomena in the Indian Ocean: anomalously low sea surface temperature off Sumatra and high sea surface temperature in the western Indian Ocean accompanied with precipitation anomalies over Indonesia. Strong correlation ( < −0.6) found over SouthSumatra, Java and Nusa Tenggara on September -October -November season. Precipitation over South Sumatra, Java, and Nusa Tenggara decreases during dipole mode event.
ANALISIS CUACA PADA SAAT PELAKSANAAN TMC PENANGGULANGAN BANJIR JAKARTA JANUARI FEBRUARI 2014 Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 16, No 1 (2015): June 2015
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (966.829 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v16i1.2634

Abstract

AbstrakPada tanggal 11 Januari sampai dengan 14 Februari 2014 telah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menanggulangi banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Selama kegiatan tersebut fenomena ENSO dan IOD dalam kondisi normal. MJO menunjukkan aktifitas konvektif netral di wilayah Indonesia pada pertengahan Januari hingga pertengahan Februari 2014. Temperatur  permukaan laut di perairan Jawa bagian barat sekitar 28-290C. Kelembagan udara pada level 850 mb sekitar 70-80%. Pertumbuhan awan umumnya berada di sebelah barat daya, barat dan barat laut Jakarta. Indeks Monsoon Australia positif berpengaruh terhadap peningkatan pembentukan awan hujan di Jawa.Abstract Application of weather modification has carried out to reduce precipitation over Jakarta on 11 January to 14 February 2013. During this period, El Nino Southern Oscillation and Indian Ocean Dipole Mode were normal condition. The Madden Julian Oscillation shows that the convection over Indonesia region was netral condition. The sea surface temperature over west part of Java waters was 29-30 290C. The 850 mb average of relative humidity on mid January - mid February 2014 was 70-80%. Based on visual and weather radar observation, cloud development mainly over northwest to southwest of Jakarta. Positive Australian Summer Monsoon Index affected to increase precipitation over Java area.