Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

ARKEOLOGI KEPULAUAN TANIMBAR HASIL PENELITIAN 2011 2014 DAN ARAH PENGEMBANGANNYA Ririmasse, Marlon
Naditira Widya Vol 10, No 1 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 1 Tahun 2016
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v10i1.176

Abstract

Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu gugus pulau utama yang ada di Kepulauan Maluku. Wilayah ini cukupdikenal secara budaya, sebagaimana tercermin dalam karya-karya akademis. Demikian halnya ragam pusaka budayaTanimbar yang tersebar di berbagai museum dunia. Fakta budaya tersebut menjadi cermin bagi potensi pengetahuanarkeologi dan sejarah budaya di kepulauan ini. Penelitian ini merupakan rangkuman hasil penelitian mengenai potensiarkeologi di Kepulauan Tanimbar selama tahun 2011-2014 yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Maluku. Metode penelitianyang digunakan meliputi survei penjajakan, ekskavasi arkeologi, wawancara etnografi, dan studi pustaka. Hasil penelitianselama kurun waktu ini menunjukkan bahwa Kepulauan Tanimbar adalah kawasan yang kaya dengan tinggalan arkeologisdan potensial untuk ditindaklanjuti dengan studi yang lebih mendalam
Pusaka Budaya Kawasan Pesisir: Tinjauan Arkeologis Atas Potensi Di Kepulauan Maluku. Ririmasse, Marlon
KALPATARU Vol 24, No 2 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3783.316 KB) | DOI: 10.24832/kpt.v24i2.36

Abstract

Kawasan pesisir sejak lama telah menjadi salah satu tema utama dalam tinjauan sejarah budaya dunia. Karakter geografisnya yang khas, membuat wilayah ini menjadi titik mula bagi proses kontak dan interaksi antar budaya. Hadir sebagai kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menjadi salah satu negara dengan garis pantai terpanjang. Suatu keadaan yang mencerminkan potensi kolosal kawasan pesisir di negeri ini. Termasuk potensi secara kultural. Sebagai salah satu kepulauan terluas di Indonesia, Maluku juga kaya dengan pusaka budaya kawasan pesisir. Makalah ini merupakan langkah awal untuk menemukan dan mengenali potensi pusaka budaya kawasan pesisir yang ada di Kepulauan Maluku dari sudut pandang studi arkeologi serta membuka ruang diskusi bagi arah pengelolaannya. Survei penjajakan dan studi pustaka dipilih sebagai pendekatan dalam kajian. Hasil penelitian menemukan bahwa wilayah Maluku memiliki potensi besar pusaka budaya kawasan pesisir yang perlu dikelola dengan pendekatan pengembangan berkelanjutan. Abstract. The coastal area has long been the major domain in the review of the world cultural history. The distinctive geographical character has made this region a starting point for the process of contact and interaction between cultures. As the world’s largest archipelago, Indonesia is one of the countries with the longest coast lines; a situation that reflects the colossal potential of the coastal region, not only politically and economically, but culturally as well. As one of the largest archipelagoes in Indonesia, the Moluccas also has the same potency. This paper tries to identify potential cultural heritage of coastal areas in the Maluku Archipelago from the archeological perspective and creates the discussion sphere to develop the management approach. Reconnaissance survey and literature study have been chosen as the approach in this research. This study found that the Maluku region has a great potency of cultural heritage of coastal areas that need to be managed with a sustainable development approach.
Pelayaran dan Perdagangan Masa Lalu di Kepulauan Maluku Tenggara Ririmasse, Marlon
KALPATARU Vol 22, No 1 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.433 KB) | DOI: 10.24832/kpt.v22i1.114

Abstract

Abstrak. Kepulauan Maluku Tenggara adalah wilayah yang membentang antara Timor hingga Papua. Karakteristik geografis yang kompleks telah membentuk profil budaya kawasan ini yang menjadi sedemikian raya. Sejak awal Masehi wilayah ini juga dikenal sebagai kawasan sumber komoditi eksotik seperti mutiara bulu burung cendrawasih, emas, tenun hingga budak. Hal mana yang membuat kontak dan interaksi niaga dengan dunia luar telah terbentuk sejak berabad silam dan menciptakan profil kompleks sejarah budaya kawasan. Lepas dari peran kunci dimaksud, studi-studi sejarah budaya belum banyak memberikan perhatian atas dinamika kontak dan interaksi niaga di wilayah ini pada masa lalu.Termasuk dalam aspek arkeologis. Makalah ini mencoba mengisi ruang dimaksud dengan mengamati karakteristik aktivitas pelayaran dan perdagangan masa lalu di Kepulauan Maluku Tenggara serta implikasinya atas profil sejarah budaya kawasan. Studi pustaka dilekatkan sebagai pendekatan menjawab permasalah yang diajukan dalam kajian mula ini. Hasil telaah menemukan bahwa Kepulauan Maluku Tenggara telah membentuk suatu sistem pelayaran dan perdagangag yang kompleks masa prasejarah terus berkembang hingga masa kolonial. Implikasi atas proses kompleks ini kiranya dapat diamati dari karakteristik budaya wilayah ini yang raya serta jejak budaya materi yang tersebar luas dalam lingkup kawasanAbstract. Past Voyage and Trade in Southeast Moluccas Islands. The Southeast Moluccas Islands is the region that stretches between Timor and Papua. This geographical characteristic has formed the complex cultural profile of the archipelago. Since the early historical period, the Southeast Moluccas Islands is also known as a source area of the exotic commodities such as bird of paradise, gold, woven products and slaves. A condition that in the later times has created interaction and contact between this region and outside world. Despite this key role of the area, proper attention has not been given to study this region in the cultural historical perspective. Included in the archaeological studies. This paper tries to bridge the gap by observing the characteristic of the ancient seafaring and trading activities in the Southeast Moluccas Archipelago and it’s implication for the cultural historical profile of the region. The referential study has been attached as the main approach in this research. This study found that the region of Southeast Moluccas has established the seafaring and trading system since the prehistoric times and continues to be developed until the colonial period. The implications of this complex process is also can be observed in the complex cultural profile of the region as well as through the traces of the material cultural widespread in this archipelago.
Arkeologi Pulau Terluar Di Maluku: Survei Arkeologi Pulau Masela Ririmasse, Marlon
KALPATARU Vol 22, No 2 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2159.444 KB) | DOI: 10.24832/kpt.v22i2.125

Abstract

Abstrak. Masela adalah satu di antara sembilan puluh dua pulau terluar yang ada di Indonesia. Terletak di ujung selatan Kepulauan Maluku, pulau ini merupakan bagian dari bentang luas pulaupulau yang berbatasan dengan daratan besar Australia. Memiliki nilai strategis secara geografis dan geohistoris, kajian arkeologis atas pulau ini belum pernah dilakukan.Tulisan ini adalah rekam hasil penelitian arkeologis perdana di Pulau Masela yang dilakukan pada paruh kedua tahun 2012. Tulisan ini merupakan upaya lebih jauh untuk memahami wajah sejarah budaya Masela dengan mengamati segenap potensi arkeologis di wilayah ini yang telah direkam melalui sudut pandang arkeologi pulau terluar. Survei penjajakan diadopsi sebagai pendekatan untuk merekam secara luas ragam bukti materi masa lalu yang tersebar di pulau ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pulau Masela menunjukan tiga karakter khas dalam kaitan dengan potensi arkeologis di wilayah ini: konstruksi dan distribusi pemukiman kuna; jejak penguburan tradisional; dan situssitus terkait sejarah lokal. Pengembangan tema penelitian terkait ketiga potensi, kiranya dapat diinisiasi melalui pendalaman kajian atas situs-situs pemukiman kuna di wilayah ini.Abstract. The Archaeology of The Outer Islands: Archeological Survey in Masela Island. Masela is one of the ninety-two outermost islands in Indonesia. Situated in the southern-end of the Maluku Islands, Masela is a part of the islands in the bordering region with Australia. Having a strategic value geographically and geohistorically, archaeological research in this island has not been done yet. This paper is the record of the first archaeological study in Masela which have been conducted at the second half of 2012. This research is a further attempt to understand the cultural history in Masela by observing archaeological potential in this island. The Reconnaissance survey has been adopted as an approach to record the past material culture in the coverage survey areas. The result of this study shows that Masela have three distinctive character in relation to the archaeological potential of the region that consist of: construction and distribution of ancient settlements; traces of traditional burials; and living traditions among local communities. In developing the research theme related to this three potentials, might be initiated through the study of ancient settlements in this island.
ARKEOLOGI, PUBLIK, DAN MEDIA SOSIAL DI MALUKU Ririmasse, Marlon
KALPATARU Vol 27, No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1371.236 KB) | DOI: 10.24832/kpt.v27i1.552

Abstract

Abstract. Social media has become a tool that links almost all aspects of human life, from the technology of information to the cultural segment where archaeology is part of it. For more than two decades, social media not only has become an informal place to encounter and exchange of ideas but also holds important role to share about archeological knowledge to the public in Maluku. This paper attempts to observe the correlation between archaeology and social media to support the effort of expanding the archaological knowledge and cultural history in Maluku. The method used in this research is literature study. The results of the study indicates that social media has become one of the main agents in the publication of archaeological knowledge in Maluku and is very prospective for further development. Keywords: Archaeology, public, social media, Maluku  Abstrak. Media sosial telah menjadi wahana yang bertautan dengan hampir seluruh aspek kehidupan manusia saat ini mulai dari ranah teknologi informasi hingga segmen kebudayaan, termasuk di dalamnya disiplin arkeologi. Sudah lebih dari dua dekade media sosial tidak saja menjadi ruang informal perjumpaan dan pertukaran gagasan, tetapi telah menjelma menjadi motor efektif yang turut menggerakkan dinamika akademis disiplin arkeologi, termasuk menjadi agen bagi interaksi arkeologi dan masyarakat. Media sosial berperan sebagai salah satu ruang paling efektif dalam meluaskan pengetahuan arkeologi bagi publik juga masuk di Maluku. Makalah ini mencoba mengamati hubungan disiplin arkeologi dan media sosial bagi perluasan pengetahuan arkeologi dan sejarah budaya untuk masyarakat di Maluku. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka. Hasil studi menemukan bahwa media sosial telah menjadi salah satu agen utama dalam publikasi pengetahuan arkeologi di Maluku dan prospektif untuk terus dikembangkan ke depan.Kata kunci: Arkeologi, publik, media sosial, Maluku
BENCANA MASA LALU DI KEPULAUAN MALUKU: PENGETAHUAN DAN PENGEMBANGAN BAGI STUDI ARKEOLOGI Ririmasse, Marlon
AMERTA Vol. 32 No. 2 (2014)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Bencana alam adalah fenomena yang senantiasa melekat dengan Kepulauan Indonesia sebagai suatu kawasan. Gempa bumi, aktivitas vulkanik hingga banjir telah menjadi pengalaman periodik dalam kehidupan masyarakat di wilayah ini. Karakteristik geografis Indonesia yang berada pada pertemuan lempeng-lempeng aktif serta bagian dari mata rantai vulkanis global adalah faktor natural yang membuat kepulauan ini rentan bencana. Tak heran selama satu dekade terakhir saja beberapa bencana besar telah terjadi. Studi sejarah budaya juga mencatat tentang fenomena bencana alam pada masa lalu di Nusantara. Ada yang memiliki dampak minim, namun ada juga yang berakibat hilangnya peradaban. Sebagai bagian dari himpunan luas pulau-pulau di sudut tenggara Asia, Kepulauan Maluku dihadapkan pada situasi serupa.Wilayah ini juga rentan terhadap bencana alam. Dengan karakteristik wilayah yang juga arsipelagik, Kepulauan Maluku menjadi saksi atas aktivitas alam yang terjadi di masa lalu. Tulisan ini mencoba mengamati fenomena bencana alam pada masa lalu di wilayah Kepulauan Maluku dari sudut pandang arkeologi dan kajian sejarah budaya. Studi pustaka dipilih sebagai pendekatan dalam kajian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa bencana alam telah menjadi fenomena yang melekat dengan perkembangan sejarah budaya di Maluku. Beberapa di antara bencana masa lalu tersebut bahkan menjadi faktor kunci dalam proses sejarah budaya di wilayah ini. Diharapkan kajian pada tahap mula ini dapat menjadi sumbangan pemikiran arkeologi dan kajian sejarah budaya dalam pengembangan model mitigasi bencana alam di Maluku. Kata Kunci: Bencana Alam, Arkeologi, Maluku. Abstract.Natural Disaster in The Past in The Islands of Moluccas: The Knowledge and DevelopmentFor Archaeological Studies. Natural Disaster is a phenomenon that is a part of Indonesia’s regional characteristics. Earthquakes, volcanic activities, and floods are periodical experiences for the people living on these islands. The geographical characteristics of Indonesia that is located in the collision area of active plates, and is part of global volcanic chains are the natural factors that make this region vulnerable to natural disasters. Hence, during the last decade alone a number of major natural disasters have occurred. Cultural historical studies of the region also recorded natural disaster phenomena in the past. Most of the events might have minor impacts, but several natural disasters of the past have resulted in loss of civilizations. As part of the vast groups of islands at the corner of the Southeast Asia Archipelago, the Moluccas faces similar situation. This region is vulnerable to natural disasters. Geographically constructed as an archipelagic region, the Moluccas had witnessed a number of disaster events in the past. This article tries to discuss the natural disaster phenomena in the Moluccas by framing the issue in the archaeological and cultural historical perspectives. Bibliographical study has been adopted as an approach in this research. This study found that natural disasters have become an inherent element in the cultural historical development of the region. Furthermore, several past events have become the key factors in the cultural historical process of the islands. It is expected that this preliminary research will positively contribute to the development of natural disaster mitigation model in the Moluccas. Keywords: Natural disaster, Archaeology, the Moluccas.
THE DEVELOPMENT OF POTTERY MAKING TRADITIONS AND MARITIME NETWORKS DURING THE EARLY METAL AGE IN NORTHERN MALUKU ISLANDS Ono, Rintaro; Aziz, Fadhila Arifin; Oktaviana, Adhi Agus; Ririmasse, Marlon; Iriyanto, Nurachman; Zesse , Irwansyah B.; Tanaka, Kazuhiko
AMERTA Vol. 35 No. 2 (2017)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Perkembangan Tradisi Pembuatan Tembikar dan Jejaring Maritim pada Masa Logam Awal di Bagian Utara Kepulauan Maluku. Selama masa Pasca-Neolitik atau Zaman Logam Awal setelah 2300 sampai 2000 tahun BP di Wallacea, migrasi manusia dan jaringan maritime menjadi lebih berkembang. Melalui bukti linguistik, misalnya, trans-migrasi oleh kelompok berbahasa Austronesia dan kelompok berbahasa Papua, atau bukti arkeologi seperti perluasan dan pengembangan tembikar yang memiliki kemiripan, membuat tradisi ini menjadi bukti sejarah adanya perdagangan rempah-rempah dengan Cina, India dan lebih jauh ke arah barat dalam studi kasus di Maluku. Kedatangan budaya logam (baik perunggu maupun besi) dan bahan kaca dinilai penting karena mungkin menunjukkan pengembangan lebih lanjut jejaringan migrasi manusia dan perdagangan yang aktif di wilayah ini. Dengan berpijak pada pemahaman tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti-bukti kedatangan budaya logam di Maluku Utara sebagai indikasi jaringan migrasi dan perdagangan masa lalu. Ekskavasi sebagai pendekatan penelitian dilakukan pada situs baru di Maluku Utara antara tahun 2012-2014. Hasil penelitian menemukan bahwa Situs terbuka Gorua di pesisir timur laut Pulau Halmahera (Kabupaten Tobelo) merupakan salah satu dari situs-situs tersebut yang berumur sekitar 2300-2000 tahun BP (atau 300-50 SM). Sekaligus menjadi penanda perkembangan pembuatan tembikar dan pola jaringan maritim di Kawasan Maluku Utara pada Masa Paleometalik/Perundagian. Kata Kunci: Tembikar, Jejaring Maritim, Masa awal Logam, Maluku Utara Abstract. During the post Neolithic times or Early Metal Age, after 2300 to 2000 years BP, in Wallacea human migrations and maritime networks were more developed. Through linguistic evidence, for instance the trans-migration by Austronesian-speaking groups and Papuan-speaking groups, or archaeological evidences such as expansion and development of similar pottery, make the traditions a historical evidence for the spice trade with China, India, and further west for the Maluku case. The arrival of metal (both bronze and iron) and glass materials is also considered important due to the fact that it possibly shows further development of active human migrations and trade networks in that region. On the basis of such backgrounds and understanding, the aim of this research is to uncover evidences of the arrival of metal culture in Northern Maluku as an indication of migration and trade networks in the past. Excavations an approach in this research were carried out at some new sites in Northern Maluku during 2012-2014. Results show that an open site, Gorua, on the the northeastern coast of Halmahera Island (Tobelo Regency) is one of such sites, which dates to around 2300-2000 years BP (or 300-50 BC). It also marks the development of pottery-making and the pattern of maritime network within the Northern Maluku Islands during the Early Metal Age. Keywords: Pottery, Maritime Networks, Early Metal Age, Northern Maluku
BIOGRAFI BUDAYA BENDAWI: DIASPORA NEKARA PERUNGGU DI KEPULAUAN MALUKU Ririmasse, Marlon
Berkala Arkeologi Vol. 35 No. 2 (2015)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v35i2.59

Abstract

This article discusses the diaspora and biography of the Dong Son Kettledrums in the Moluccas Archipelago. This research found that the cultural historical setting behind the existence of these objects is related to the diaspora that corresponds with the trade dynamics in the Moluccas archipelago as a source region for the exotic commodities. Shifted from the original context of the production center origin culture di the Mainland Asia to the Insular Southeast Asia, new values had been attached to these bronze kettledrums that related with the local cultural identity aspect.