Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pemanfaatan Logika Fuzzy Untuk Sistem Prediksi Banjir Gani, Ernawatil; Kolibu, Hesky S.; Tamuntuan, Gerald H.
Jurnal MIPA Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.5.2.2016.12965

Abstract

Iklim merupakan salah satu isu penting dunia saat ini, terjadi karena adanya proses hukum alam yang sesuai dengan keseimbangan dari tiap kondisi daerah. Dampak negatif yang sering dirasakan berkaitan dengan iklim adalah timbulnya bencana alam, seperti banjir. Penelitian untuk prediksi banjir digunakan empat variabel masukan yaitu luas penampang, tingkat kemiringan lereng DAS, intensitas curah hujan dan koefisien limpasan aliran sungai. Model logika yang digunakan untuk pengolahan masukan adalah model mamdani. Hasil menunjukkan bahwa banjir terjadi pada level III dengan kombinasi dengan kombinasi luas penampang sempit (0-40 m2), kemiringan lereng landai (0-8%), curah hujan lebat (12,6-50 mm/jam) dan koefisien limpasan tinggi (11-25). Ancaman banjir terjadi pada level II dengan kombinasi luas penampang melebar (41-60 m2), kemiringan lereng landai (0-8 %), curah hujan lebat (12,6-50 mm/jam) dan koefisien limpasan sedang (0,26-10).The climate is one important issues of the world today, because of the process of natural law in accordance with the balance of any conditions in the area. The negative impacts are often felt the climate was associated with the incidence of natural disasters, such as floods. The research for flood forecast used four input variable that is profile area,  slope level of drainage basin, rainfall intensity  and river flow runoff coefficient. The logical model that has been used for data processing is mamdani’s model. The results showed that flood occur at level III with the combinations of narrow profile area (0-40 m2), edge slope (0-8%), heavy rainfall (12,6-50 mm/jam) and high runoff coefficient (11-25). Flood threat occur at level II with the combinations of narrow profile area (41-60 m2), edge slope (0-8%), heavy rainfall (12,6-50 mm/jam) and medium runoff coefficient (0,26-10).
Membandingkan Pengaruh Visual Acuity with Correction (VOS) pada Kondisi Mata Lelah dan Mata Normal Ernawatil Gani; Wenny Supit; Hesky S. Kolibu; Verna Albert Suoth
Jurnal MIPA Vol. 13 No. 2 (2024): Cover
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.v13i2.54834

Abstract

Penglihatan merupakan salah satu indera memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia. Kemampuan mata dalam mengamati suatu objek dengan baik adalah kunci utama dalam menjalani berbagai aktivitas, termasuk membaca, mengemudi, dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas visual lainnya. Kemampuan penglihatan ini dapat diamati melalui nilai Visual Acuity with Correction (VOS) yang diperoleh dari penggunaan koreksi penglihatan. Studi ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh Visual Acuity with Correction (VOS) pada kondisi mata lelah dan mata normal. Peneliti mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan dalam tingkat penglihatan yang dapat dicapai dengan menggunakan koreksi penglihatan seperti kacamata atau lensa kontak pada individu dengan mata yang lelah dan individu dengan mata dalam kondisi normal. Data dikumpulkan melalui pengujian mata terhadap 20 orang partisipan dengan mata lelah dan 25 orang partisipan dengan mata normal menggunakan metode VOS, dan partisipan diukur menggunakan lensa korektif. Selanjutnya, menggunakan autoref untuk mengetahui kondisi mata partisipan dalam memastikan gejala yang dialami oleh penglihatan. Hasil dari penelitian ini menunjukan nilai VOS rata-rata untuk mata normal adalah 6/6 sedangkan untuk mata lelah 6/48,5. Hal ini menunjukkan bahwa kelelahan mata dapat memengaruhi kemampuan penglihatan dengan koreksi dan dapat memberikan wawasan berharga untuk manajemen kesehatan mata.
Determining the Coefficient of Restitution for Imperfect Elastic Collisions between Glass Marbles and Ceramic Surfaces Mahendra Kusuma Nugraha; Ernawatil Gani; Jumriadi
Jurnal MIPA Vol. 13 No. 2 (2024): Cover
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.v13i2.56047

Abstract

Time-lapse videography was employed to observe the dynamics of imperfect elastic free-fall collisions between a standard glass marble and a ceramic-tiled floor surface, using a SHARP® Aquos Sense 4+ smartphone camera with a shutter speed of 30 frames per second (fps). The events were recorded and analysed using the frame-splitting method, which was then visually observed to determine the height of each bounce. The analysis revealed that the average coefficients of restitution for the collisions were  and , with the initial free-fall heights being 20.3 cm and 16.2 cm respectively for the first and second trials. These experiments illustrate that every event signifies an imperfect elastic collision, showing how mechanical energy dissipates from the marble into its surroundings since ε is not equal to 1. The slight variations in the coefficient outcomes occur due to the constraints imposed by the laws of thermodynamics. Untuk menyelami potensi lanjut dari videografi jeda-waktu, metode ini digunakan untuk mengamati dinamika tumbukan jatuh bebas elastis tak sempurna antara kelereng kaca dan lantai keramik, menggunakan kamera ponsel SHARP® Aquos Sense 4+ dengan kecepatan rana 30 kerangka per detik. Peristiwa-peristiwa tersebut direkam dan dianalisis menggunakan metode pemisahan kerangka, yang kemudian diamati secara visual untuk menentukan tinggi setiap pantulan. Analisis mengungkapkan bahwa koefisien restitusi rata-rata untuk tabrakan tersebut adalah  dan , dengan tinggi jatuh bebas awal masing-masing adalah 20.3 cm dan 16.2 cm untuk percobaan pertama dan kedua. Eksperimen-eksperimen ini menggambarkan bahwa setiap peristiwa menunjukkan sebuah tumbukan elastis yang tidak sempurna, menunjukkan bagaimana energi mekanik tersebar dari kelerang ke sekitarnya karena ε tidak sama dengan 1. Variasi kecil dalam hasil koefisien terjadi karena batasan yang diberlakukan oleh hukum termodinamika.
Pengaruh Miopi Terhadap Aktivitas Gelombang Alfa pada Otak di Area Oksipital Ernawatil Gani; Mahendra Kusuma Nugraha; Afrioni Roma Rio
Jurnal MIPA Vol. 13 No. 2 (2024): Cover
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.v13i2.56125

Abstract

Miopi merupakan kondisi mata seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengamati objek yang jauh dengan jelas. Kondisi ini akan mempengaruhi kerja sistem saraf di otak. Sistem saraf di otak dapat diketahui melalui beberapa aktivitas gelombang salah satunya gelombang alfa. Gelombang ini berhubngan dengan kemampuan mata memvisualisasikan suatu benda. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sinyal alfa di otak khususnya area oksipital pada penderita miopi menggunakan metode Power Spectral Density (PSD). Sebanyak tujuh peserta direkam menggunakan EEG Emotiv Epoc masing-masing selama 5 menit dengan mata terbuka tanpa kacamata dan dengan kacamata. Data EEG diolah melalui filtering, rejecting artefak, dan analisis PSD dengan metode Periodogram Welch menggunakan Python. Hasil menunjukkan perbedaan signifikan dalam distribusi daya frekuensi antara area oksipital pada otak bagian kiri (O1) dan bagian kanan (O2), dengan aktivitas alfa yang lebih dominan dan konsisten di O2 pada frekuensi 10-11 Hz. Dengan demikian, kondisi ini mengindikasikan aktivitas neural yang lebih intens di oksipital kanan pada penderita miopi, mungkin sebagai bentuk kompensasi atau adaptasi dalam pemrosesan visual. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami implikasi penuh dari aktivitas neural ini dan untuk memastikan hasil yang lebih valid melalui teknik pengolahan sinyal yang lebih canggih. Myopia is a condition in which a person's eyes have difficulty seeing distant objects clearly, affecting the neural system's function in the brain. The nervous system of the brain can be identified through several wave activities, including alpha waves, which are related to the eye's ability to visualize objects. Therefore, this study aims to analyze the condition of alpha signals in the brain, specifically in the occipital area, of individuals with myopia using the Power Spectral Density (PSD) method. Seven participants were recorded using the EEG Emotiv Epoc for 5 minutes each with eyes open, both with and without glasses. The EEG data was processed through filtering, artifact rejection, and PSD analysis using the Welch Periodogram method in Python. The results showed significant differences in the frequency power distribution between the occipital on the left side of the brain (O1) and on the right side (O2), with more dominant and consistent alpha activity in O2 at 10-11 Hz. This indicates more intense neural activity in the right occipital region in myopic individuals, possibly as a form of compensation or adaptation in visual processing. Further analysis is required to fully understand the implications of this neural activity and to ensure more valid results through advanced signal processing techniques.
Pemetaan Potensi Energi Matahari di Sulawesi Utara menggunakan Machine Learning K-Means Afrioni Roma Rio; Berton Maruli Siahaan; Ernawatil Gani
Jurnal MIPA Vol. 14 No. 1 (2024): Artikel
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.v14i2.57778

Abstract

Penelitian ini mengkaji potensi energi matahari di Sulawesi Utara dengan menganalisis parameter lingkungan seperti suhu, kelembaban relatif, jumlah awan, dan radiasi matahari selama periode 2018 hingga 2022. Metode machine learning K-Means digunakan untuk mengelompokkan data secara optimal, dengan penentuan jumlah klaster terbaik melalui metode siku. Penggunaan machine learning ini penting untuk menangani data yang besar dan kompleks, serta mengidentifikasi pola tersembunyi yang membantu pemetaan potensi energi matahari. Hasil analisis menunjukkan bahwa Klaster 2, yang terdiri dari wilayah dengan suhu tinggi dan radiasi matahari yang optimal, memiliki potensi terbesar untuk instalasi tenaga surya skala besar, didukung oleh infrastruktur tenaga surya yang sudah ada di wilayah pada klaster tersebut. Penelitian ini menghasilkan peta energi surya hingga tingkat desa, yang dapat digunakan untuk pengembangan energi surya di Sulawesi Utara This study examines the solar energy potential in North Sulawesi by analyzing environmental parameters such as temperature, relative humidity, cloud cover, and solar irradiance over the period of 2018 to 2022. The machine learning K-means method was used to optimally cluster the data, with the best number of clusters determined through the elbow method. The use of machine learning is important for handling large and complex datasets, as well as identifying hidden patterns that aid in mapping solar energy potential. The analysis results show that Cluster 2, which consists of areas with high temperatures and optimal solar irradiance, has the greatest potential for large-scale solar power installations, supported by existing solar infrastructure in the region. This study produces a detailed solar energy map down to the village level, which can be used for the development of solar energy in North Sulawesi  
Detection of Aquifer Infiltration Zones Using Resistivity and Induced Polarization Methods As'ari, As'ari; Tongkukut, Seni Herlina J; Gani, Ernawatil
Jurnal Ilmiah Sains Volume 24 Issue 2, October 2024
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jis.v24i2.58413

Abstract

Infiltration zones that are water providers for aquifers are often neglected, resulting in the sustainable use of groundwater resources will be disrupted. The research is intended to determine rainwater catchment areas as water suppliers for aquifers on the coast of East Tondano Beach. The location of the research is in the coastal area of East Tondano, Minahasa Regency. Exploration of subsurface rock layer detection using the resistivity geoelectric method and induced polarisation, dipole-dipole configuration, 10 m space. Data acquisition using multielectrode resistivity and IP meter MAE type X612-EM. The measurement line of the two methods is the same, the data was measured on 2 lines, with line 1 being 240 m long and line 2 being 360 m long. A rainwater infiltration zone with a resistivity of 48<ρ<192 Ωm was identified, on track 1 there was a infiltration zone at meters 105-135, a layer with low resistivity was identified at meters 70-150 with a resistivity of 3-48 Ωm and a depth of ≥ 15 m.. Based on the results of the IP meter, no suspected groundwater aquifer was found, so rainwater is estimated to flow directly into the sea. On line 2, the infiltration zone was detected at meters 80-105 and meters 275-315. The layer with a low resistivity value at 100-275 meters with a resistivity of 3-48 Ωm, has a depth of ≥ 20 m. The results of the IP measurement, layer with low chargeability ≤ 0.8 ms are found on the 180-200th meter. Suspected groundwater aquifer at 180-200 meters with a depth of 45-65 m. Keywords: Aquifer; resistivity; infiltration zones
The Effect of Myopia on Brain Signals: Insights from EEG Studies Gani, Ernawatil; Rio, Afrioni Roma; Nugraha, Mahendra Kusuma; Haryanto, Freddy
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol. 14 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jpfa.v14n1.p19-32

Abstract

Refractive vision disorders, such as myopia, can significantly influence an individual's cognitive performance, particularly their ability to perceive and interpret visual stimuli. Myopia, a common refractive error affecting children and adults, can be assessed using various methods, including electroencephalography (EEG). The primary objective of this investigation was to identify distinctive brain signals associated with myopia. This study delves into analyzing brain signals in myopic individuals by employing EEG data and spectral entropy analysis through MNE-Python. EEG data were collected from five myopic participants during a 10-minute session, both with and without their corrective glasses. The collected data underwent preprocessing and power spectral density calculations. Subsequently, spectral entropy analysis was employed to assess the complexity and distribution skewness of EEG frequency patterns. The results of this study revealed notable differences in brain activity, particularly in the occipital region, between individuals wearing glasses and those without them. This variance could be attributed to the enhanced visual clarity experienced by individuals wearing glasses, enabling them to perceive better and process the visual stimuli presented in the study videos. Specifically, spectral entropy values were lower in children without glasses (averaging 1.0) than those with glasses (averaging 3.5), indicating a higher degree of irregularity in the brain activity of myopic children who do not wear corrective eyewear. In conclusion, this study indicates an increase in brain activity irregularities among children without glasses. The findings suggest that specific factors, such as blinking and hand movements, play a role in exacerbating this irregularity. These findings reveal how myopia affects brainwave patterns and indicate that EEG and spectral entropy analysis can enhance our understanding of refractive vision disorders.
Penentuan Nilai Koefisien Restitusi Kelereng Kaca menggunakan Metode Pencitraan Jeda Waktu Sederhana Mahendra Kusuma Nugraha; Ernawatil Gani; Afrioni Roma Rio; Berton M. Siahaan
Jurnal Lentera: Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2023): Jurnal Lentera - Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Bina Lentera Insan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57207/wgjaya09

Abstract

Pencitraan jeda waktu (time-lapse imaging) telah dilakukan untuk mengamati fenomena fisis tumbukan lenting tidak sempurna antara kelereng kaca dengan permukaan lantai ubin. Kelereng kaca dijatuhkan pada ketinggian tertentu hingga menumbuk permukaan lantai dan mengalami pemantulan berulang. Kejadian tersebut direkam menggunakan kamera perangkat ponsel pintar Infinix® Hot S3 dengan kecepatan kerangka per detik adalah 30 kerangka. Analisis fotografi jeda waktu kemudian dilakukan dengan metode pemisahan kerangka (frame splitting) yang kemudian diamati secara visual untuk menentukan ketinggian setiap pantulan yang terjadi. Hasil analisis dan pengukuran tinggi maksimum untuk keadaan awal, keadaan pantulan pertama dan keadaan pantulan kedua masing-masing: 15.7 cm, 13,65 cm dan 11,45 cm. Angka koefisien restitusi kelereng kaca—berdasarkan data yang diperoleh—pada ketinggian maksimum mula-mula (????0) menuju pantulan pertama (????1) adalah sebesar ± 0,93242 dan pantulan pertama (????1) menuju pantulan kedua (????2) adalah sebesar. ± 0,91587. Perolehan tersebut membuktikan bahwa interaksi yang terjadi adalah interaksi tumbukan lenting tak sempurna dikarenakan ????≠1.