Ahmad Ridho Sastra
Universitas Indo Global Mandiri

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Akurasi Ketelitian Vertikal DEM Foto Udara Pada Kawasan Permukiman (Studi Kasus: Kelurahan Sekip Jaya, Kecamatan Kemuning, Palembang) Ahmad Ridho Sastra; Debi Nadia Putri; Anggun Veranika
Jurnal Tekno Global Vol. 12 No. 01
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jtg.v12i01.3176

Abstract

ABSTRACT In the research, data collection included aerial photography and measurement of GCP (Ground Control Point) points. The location of this research is located in the Sekip Jaya village, Kemuning sub-district watershed area, Palembang city. A total of 11 GCP points were measured in this study. However, in the orthorectifications process only 5 GCP points were used. The DEM accuracy stage by taking the remaining 6 samples as ICP points obtained from field measurements as comparison data. The results of the accuracy test calculation are obtained in the formula regulated in BIG Regulation No.6 of 2018. Based on the results of the research conducted, the results of the vertical accuracy of the LE90 Orthophoto aerial photo of 4.5 m were obtained in the class 3 category with a map scale of 1:10,000.   Keywords : GCP, ICP, DEM, Orthorectification, Orthophoto   ABSTRAK Dalam penelitian dilakukan pengumpulan data meliputi pemotretan udara dan pengukuran titik GCP. Penelitian ini dilakukan berlokasi di kelurahan Sekip Jaya area Daerah Aliran Sungai Kecamatan Kemuning Kota Palembang. Total 11 titik GCP yang dilakukan pengukuran pada penelitian ini. Namun pada proses ortohrektifikasi menggunakan 5 titik GCP Tahap akurasi DEM dengan mengambil sisa 6 sampel sebagi titik ICP yang digunakan untuk data pebanding nilai Z pengukuran dengan Nilai Z pada DEM foto udara. Hasil perhitungan uji ketelitian menggunakan  rumus yang telah diatur dalam Peraturan kepala BIG No.6 tahun 2018. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil akurasi vertikal LE90 Orthophoto foto udara sebesar 4,5 m kategori kelas 3 dengan skala peta 1:10.000.  Kata Kunci : GCP, ICP, DEM, Orthorektifikasi, Orthophoto
LAND SURFACE TEMPERATURE DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATERA SELATAN AKIBAT KEBAKARAN LAHAN Ariyantoni, Johan; Al Shida Natul; Ahmad Ridho Sastra
Jurnal Tekno Global Vol. 13 No. 01
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jtg.v13i01.4202

Abstract

ABSTRACT Land fires are one of the disasters that often occur in South Sumatra Province, especially in Ogan Komering Ilir Regency. During the dry season, the potential for hotspots and land fires is very high. Fire will cause the land temperature to change and heat up; this heating can be directly proportional to the size of the fire that occurs. Monitoring land surface temperature (LST) is necessary to find out information on land temperature values when fires occur in September 2023 in Ogan Komering Ilir Regency. Landsat 9 Remote Sensing data is processed using the raster data analysis method with the TOAA, Brightness, NDVI, PV, emissions processes, and finally the LST process to sharpen the hot spot data analysis that is also used in this research. The research results show that the highest distribution of high hot spots is in Pampangan District, with 88 spots, and Pedamaran, with 5 spots, while the least is in Jejawi District, with 0 high hot spots out of a total of 1,333 hotspots in nine sub-districts. The ground surface temperature in the study area was the lowest 17.6°C and the highest temperature 61.7°C. On September 29, 2023, the area worst affected by land fires based on hotspots and ground surface temperature was Pedamaran District with an area of 7941.68 ha, followed by Pampangan District with 6165.66 ha, and the lowest was Sirah Pulau Padang District with 496.27 ha. Keywords :Landfire, Remote Sensing, Land Surface Temperature   ABSTRAK Kebakaran lahan salah satu bencana yang sering terjadi di Provinsi Sumatera Selatan terutama di Kabupaten Ogan Komering Ilir, saat musim kemarau potensi adanya titik api dan kebakaran lahan sangat tinggi. Kebakaran akan membuat temperature lahan berubah dan memanas, pemanasan tersebut dapat berbanding lurus dengan besarnya kebakaran yang terjadi. Pemantauan land surface temperature (LST) perlu dilakukan untuk mengetahui informasi nilai temperature lahan pada saat kebakaran yang terjadi di bulan September tahun 2023 di Kab. OKI. Data penginderaan jauh Landsat 9 diolah dengan metode analisis data raster dengan proses TOAA, Brigness, NDVI, PV, Emisi dan terakhir proses LST, untuk mempertajam analisa data titik panas juga digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebaran titik panas tinggi paling banyak ada di Kecamatan Pampangan 88 titik dan Pedamaran 5 titik sedangkan paling sedikit ada di Kecamatan Jejawi 0 titik panas tinggi dari total keseluruhan titik panas disembilan kecamatan sebanyak 1.333 titik. Temperature permukaan tanah pada area kajian terendah 17.6°C dan temperatur tertinggi 61.7°C. Pada tanggal 29 September 2023 daerah paling parah terkena dampak kebakaran lahan berdasarkan titik api dan temperatur permukaan tanah adalah wilayah Kecamatan Pedamaran dengan luasan 7941,68 Ha disusul oleh Kecamatan Pampangan 6165,66 Ha dan terendah adalah Kecamatan Sirah Pulau Padang 496,27 Ha. Keywords : Kebakaran Lahan, Penginderaan Jauh, Land Surface Temperature
IDENTIFIKASI BANGUNAN YANG BERADA DALAM KAWASAN SEMPADAN SUNGAI MUSI (BANGUNAN STATUS QUO) KOTA PALEMBANG Putri, Debi Nadia; Sastra, Ahmad Ridho
Jurnal Tekno Global Vol. 13 No. 01
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jtg.v13i01.4463

Abstract

ABSTRACT Palembang City is a city located in South Sumatra Province and has the status as the capital of South Sumatra Province. Palembang City is geographically crossed by the Musi River. The Musi River is iconic in the city of Palembang. This is marked by the direction of development of the Musi River bank area as a tourism area which is regulated in Palembang City Regional Regulation Number 15 of 2012 concerning Regional Spatial Planning (RTRW) of Palembang City for 2012-2032. Along with the development of Palembang City which is marked by increasing development around the banks of the Musi River, areas in the Musi Riverbank area have been used as residences or settlements by residents. This is certainly in conflict with the Regulation of the Minister of Public Works and Public Housing Number 28/PRT/M/2015 of 2015 concerning the Determination of River Border Lines and Lake Border Lines. Article 15 paragraph 1 states that buildings located on the riverbank are declared in "status quo" and need to be regulated by the government so that the riverbank functions properly again. This study aims to identify the number of buildings located in the Musi River area that are included in the Musi River basin using the buffer method. The results of this study obtained that the buildings located in the Musi River basin amounted to 641 buildings spread across 10 (ten) sub-districts located around the Musi River. The sub-district with the most buildings located in the river basin area is Kertapati sub-district with 301 buildings. The sub-district with the fewest buildings in the river basin area is Bukit Kecil sub-district with 7 buildings. Keywords: River Equivalent, Buffer, Status Quo   ABSTRAK Kota Palembang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan dan berstatus sebagai ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Kota palembang secara geografis dilewati sungai musi. Sungai musi merupakan iconik di kota palembang. Hal ini ditandai dengan diarahkannya pembangunan kawasan tepi sungai musi sebagai kawasan pariwisata yang diatur pada Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Recana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palembang Tahun 2012-2032. Seiring berkembangnya Kota Palembang yang ditandai dengan meningkatnya pembangunan yang ada disekitar bantaran sungai musi mengakibatkan daerah-daerah yang berada di area sempadan sungai musi dijadikan tempat tinggal atau permukiman oleh warga. Hal ini tentunya bententangan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015 Tahun 2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan Danau. Pada pasal 15 ayat 1 menyatakan bangunan-bangunan yang terdapat pada sempadan sungai dinyatakan dalam “status quo” dan berlu diberlakukan penertiban oleh pemerintah agar sempadan sungai berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah bangunan yang berada dikawasan sungai musi yang masuk dalam wilayah sempadan sungai musi dengan menggunakan metode buffer. Hasil peneltian ini memperoleh bangunan yang berada pada kawasan sempadan sungai musi berjumlah 641 bangunan yang tersebar di 10 (sepuluh) kecamatan yang berada di sekitar sungai musi. Kecamatan yang paling banyak memiliki bangunan yang berada dalam kawasan sempadan sungai adalah kecamatan kertapati dengan 301 bangunan. Kecamatan yang paling sedikit memiliki bangunan di kawasan sempadan sungai adalah kecamatan bukit kecil dengan 7 bangunan. Kata Kunci : Sempadan Sungai, Buffer, Status Quo
ANALISIS OPTIMALISASI PENGUKURAN GNSS STATIK MENGGUNAKAN JARING RADIAL Ariyantoni, Johan; Ahmad Ridho Sastra; Annisa Mustika
Jurnal Tekno Global Vol. 13 No. 02
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jtg.v13i02.4847

Abstract

ABSTRACT Determining a position has progressed quite rapidly, this progress is of course closely related to the increasing development of satellite-based positioning technology, one of which is the Global Navigation Satellite System (GNSS). The GNSS system has developed along with advances in science and technology so that it can now capture signals from GPS, Galileo, Beidou and Glonass satellites. GNSS surveys have several methods, namely rapid static, stop and go, real time, and pseudo kinematic. One method that is often used is the Static method, there are many activities that require the implementation of static GNSS observations, one of which is for measuring Ground Control Points (GCP). In this research, measurements were carried out in Gunung Sitoli City, North Sumatra using a static method with radial net mode to determine the comparison between 2 different schemes, namely the 15 point and 20 point GCP schemes. The data processing process for this research was carried out using Eoffice software, which is special software that can only be used to process data from Efix Geodetic GPS. Accuracy analysis was carried out using Fisher's test and based on horizontal vertical accuracy. Based on the results of the Fisher test, it shows that there is no significant difference between schemes A & B. Meanwhile, analysis based on the horizontal vertical accuracy of the 15 GCP point A scheme has better horizontal accuracy and vertical accuracy than the 20 GCP point B scheme with an average horizontal accuracy of 0. 00566 and Vertical 0.0074 in scheme A and horizontal accuracy 0.00772 and vertical 0.00697 from scheme B. Determining the location of points and the distribution of points affects the accuracy of the results, both schemes have DOP values with an average of HDOP 1.3, VDOP 0.6 and PDOP 1.1 which are included in ideal criteria.  Keywords: GNSS, Static Method, GCP   ABSTRAK Padapenelitian ini pengukuran dilakukan di Kota Gunung Sitoli Sumatera Utara menggunakan metode statik dengan moda jaring radial untuk mengetahui perbandingan antara 2 skema berbeda yakni skema 15 titik dan 20 titik GCP. Proses pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software Eoffice yang merupakan software khusus yang hanya bisa digunakan untuk proses pengolahan data dari GPS Geodetik Efix. Analisis ketelitian dilakukan dengan uji fisher dan berdasarkan akurasi horizontal vertikal. Hasil uji fisher menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara skema A dan B sedangkan, analisis berdasarkan akurasi horizontal vertikal skema A 15 titik GCP memiliki ketelitian horizontal dan ketelitian vertikal yang lebih baik dibanding skema B 20 titik GCP, dengan rata-rata ketelitian Horizontal 0,00566 dan Vertikal 0,0074 pada skema A dan ketelitian horizontal 0,00772 dan vertikal 0,00697 dari skema B. Penentuan lokasi titik dan persebaran titik sangat berpengaruh terhadap hasil ketelitian, kedua skema memiliki nilai DOP dengan rata-rata HDOP 1,3, VDOP 0,6 dan PDOP 1,1 yang masuk dalam kriteria ideals.  Kata Kunci : GNSS, Metode Statik, GCP
Pelatihan Sistem Informasi Geospasial untuk Mendukung Pembuatan Data Geospasial Kota Prabumulih Ahmad Ridho Sastra; Johan Ariyantoni
Jurnal Abdimas Mandiri Vol. 9 No. 1
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jam.v9i1.5264

Abstract

Sistem informasi Geografis (SIG) saat ini sudah dapat dirasakan di kehidupan sehari-hari, antara lain untuk penunjuk lokasi serta sebagai penunjuk arah. Pemanfaatan dan penerapan SIG diberbagai bidang juga dirasakan hingga saat ini seperti di bidang pemetaan, pengelolaan SDA, kebencanaan, kehutanan, pertanian dan perkebunan, kelautan dan perikanan. Pemerintahan daerah saat ini khususnya di pemerintahan sudah menggunakan data spasial sebagai visualisasi informasi dan mulai mengurangi data tabular. Dalam memenuhi permintaan data spasial yang banyak, kebutuhan sumber daya manusia yang mengerti akan SIG harus menjadi perhatian pemerintahan daerah. Sasaran dalam pelaksanaan pelatihan ini yaitu agar pegawai pemerintah daerah Kabupaten Prabumulih mengerti dalam membuat, menyimpan serta mengelola data geospasial. Pelatihan ini dilakukan secara offline atau tatap muka.  Metode yang dilakukan dimulai dengan mencari tahu kekurangan para pegawai pemerintahan di bidang geospasial sehingga materi yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan.  Pelatihan ini dimulai dengan melakukan rektifikasi peta, digitasi peta serta para peserta dituntut bisa melakukan layout peta administrasi. Kegiatan ini diikuti oleh 32 peserta yang merupakan perwakilan dari berbagai instansi pemerintahan daerah Kota Prabumulih. Hasil evaluasi yang telah dilakukan kepada 32 peserta, menunjukan bahwa 51% peserta mampu melakukan digitalisasi dan layout peta. Para peserta sangat antusias dalam mengikuti pelatihan dan meningkatkan keterampilan peserta pelatihan dalam membuat data geospasial sehingga menjadi pertimbangan untuk dilaksanakan pelatihan lanjutan terkait GIS.