Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PELATIHAN DAN PENGENALAN TEKNOLOGI PENGINDRAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK BIDANG PERTANIAN Ariyantoni, Johan; Gumano, Hendry Natanael
Jurnal Abdimas Mandiri Vol. 8 No. 2
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jam.v8i2.4086

Abstract

Dalam kondisi teknologi yang semakin maju, Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan dalam berbagai aspek dalam banyak rumpun ilmu. Pada bidang pertanian pemanfaataan teknologi Penginderaan Jauh dan SIG akan memberi kemudahan dalam pemantauan tumbuhan, area Perkebunan serta penanda lokasi area-area pertanian dan perkebunan sampai dengan pengambilan keputusan hasil analisis data lapangan. Sasaran dalam pelatihan ini adalah agar  mahasiswa program studi agroteknologi Universitas Nias dapat memahami terkait pengembangan ilmu pengetahuan tambahan yaitu Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk diterapkan pada bidang pertanian. Pelatihan diselenggarakan secara tatap muka dengan metode ceramah dan praktik langsung. Metode pelatihan dan pengenalan dimulai dengan persiapan yaitu mencari tahu kebutuhan mahasiswa melalui interview dengan ketua program studi dan dosen agroteknologi, pelaksanaan berupa pemaparan materi terkait teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dan pratik pengambilan data spasial dengan melakukan marking lokasi pertanian dan terakhir mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan. Luaran dari pelatihan ini memperlihatkan bahwa ketertarikan mahasiswa agroteknologi dalam penggunaan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk pertanian sangat tinggi, mahasiswa agroteknologi Universitas Nias sudah mengetahui penggunaan penginderaan jauh untuk pertanian serta teknologi SIG. Kegiatan ini sebagai bekal mahasiswa agroteknologi untuk kedepannya mengkombinasikan antara ilmu pertanian dan teknologi Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis.
LAND SURFACE TEMPERATURE DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATERA SELATAN AKIBAT KEBAKARAN LAHAN Ariyantoni, Johan; Al Shida Natul; Ahmad Ridho Sastra
Jurnal Tekno Global Vol. 13 No. 01
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jtg.v13i01.4202

Abstract

ABSTRACT Land fires are one of the disasters that often occur in South Sumatra Province, especially in Ogan Komering Ilir Regency. During the dry season, the potential for hotspots and land fires is very high. Fire will cause the land temperature to change and heat up; this heating can be directly proportional to the size of the fire that occurs. Monitoring land surface temperature (LST) is necessary to find out information on land temperature values when fires occur in September 2023 in Ogan Komering Ilir Regency. Landsat 9 Remote Sensing data is processed using the raster data analysis method with the TOAA, Brightness, NDVI, PV, emissions processes, and finally the LST process to sharpen the hot spot data analysis that is also used in this research. The research results show that the highest distribution of high hot spots is in Pampangan District, with 88 spots, and Pedamaran, with 5 spots, while the least is in Jejawi District, with 0 high hot spots out of a total of 1,333 hotspots in nine sub-districts. The ground surface temperature in the study area was the lowest 17.6°C and the highest temperature 61.7°C. On September 29, 2023, the area worst affected by land fires based on hotspots and ground surface temperature was Pedamaran District with an area of 7941.68 ha, followed by Pampangan District with 6165.66 ha, and the lowest was Sirah Pulau Padang District with 496.27 ha. Keywords :Landfire, Remote Sensing, Land Surface Temperature   ABSTRAK Kebakaran lahan salah satu bencana yang sering terjadi di Provinsi Sumatera Selatan terutama di Kabupaten Ogan Komering Ilir, saat musim kemarau potensi adanya titik api dan kebakaran lahan sangat tinggi. Kebakaran akan membuat temperature lahan berubah dan memanas, pemanasan tersebut dapat berbanding lurus dengan besarnya kebakaran yang terjadi. Pemantauan land surface temperature (LST) perlu dilakukan untuk mengetahui informasi nilai temperature lahan pada saat kebakaran yang terjadi di bulan September tahun 2023 di Kab. OKI. Data penginderaan jauh Landsat 9 diolah dengan metode analisis data raster dengan proses TOAA, Brigness, NDVI, PV, Emisi dan terakhir proses LST, untuk mempertajam analisa data titik panas juga digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebaran titik panas tinggi paling banyak ada di Kecamatan Pampangan 88 titik dan Pedamaran 5 titik sedangkan paling sedikit ada di Kecamatan Jejawi 0 titik panas tinggi dari total keseluruhan titik panas disembilan kecamatan sebanyak 1.333 titik. Temperature permukaan tanah pada area kajian terendah 17.6°C dan temperatur tertinggi 61.7°C. Pada tanggal 29 September 2023 daerah paling parah terkena dampak kebakaran lahan berdasarkan titik api dan temperatur permukaan tanah adalah wilayah Kecamatan Pedamaran dengan luasan 7941,68 Ha disusul oleh Kecamatan Pampangan 6165,66 Ha dan terendah adalah Kecamatan Sirah Pulau Padang 496,27 Ha. Keywords : Kebakaran Lahan, Penginderaan Jauh, Land Surface Temperature
ANALISIS OPTIMALISASI PENGUKURAN GNSS STATIK MENGGUNAKAN JARING RADIAL Ariyantoni, Johan; Ahmad Ridho Sastra; Annisa Mustika
Jurnal Tekno Global Vol. 13 No. 02
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jtg.v13i02.4847

Abstract

ABSTRACT Determining a position has progressed quite rapidly, this progress is of course closely related to the increasing development of satellite-based positioning technology, one of which is the Global Navigation Satellite System (GNSS). The GNSS system has developed along with advances in science and technology so that it can now capture signals from GPS, Galileo, Beidou and Glonass satellites. GNSS surveys have several methods, namely rapid static, stop and go, real time, and pseudo kinematic. One method that is often used is the Static method, there are many activities that require the implementation of static GNSS observations, one of which is for measuring Ground Control Points (GCP). In this research, measurements were carried out in Gunung Sitoli City, North Sumatra using a static method with radial net mode to determine the comparison between 2 different schemes, namely the 15 point and 20 point GCP schemes. The data processing process for this research was carried out using Eoffice software, which is special software that can only be used to process data from Efix Geodetic GPS. Accuracy analysis was carried out using Fisher's test and based on horizontal vertical accuracy. Based on the results of the Fisher test, it shows that there is no significant difference between schemes A & B. Meanwhile, analysis based on the horizontal vertical accuracy of the 15 GCP point A scheme has better horizontal accuracy and vertical accuracy than the 20 GCP point B scheme with an average horizontal accuracy of 0. 00566 and Vertical 0.0074 in scheme A and horizontal accuracy 0.00772 and vertical 0.00697 from scheme B. Determining the location of points and the distribution of points affects the accuracy of the results, both schemes have DOP values with an average of HDOP 1.3, VDOP 0.6 and PDOP 1.1 which are included in ideal criteria.  Keywords: GNSS, Static Method, GCP   ABSTRAK Padapenelitian ini pengukuran dilakukan di Kota Gunung Sitoli Sumatera Utara menggunakan metode statik dengan moda jaring radial untuk mengetahui perbandingan antara 2 skema berbeda yakni skema 15 titik dan 20 titik GCP. Proses pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software Eoffice yang merupakan software khusus yang hanya bisa digunakan untuk proses pengolahan data dari GPS Geodetik Efix. Analisis ketelitian dilakukan dengan uji fisher dan berdasarkan akurasi horizontal vertikal. Hasil uji fisher menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara skema A dan B sedangkan, analisis berdasarkan akurasi horizontal vertikal skema A 15 titik GCP memiliki ketelitian horizontal dan ketelitian vertikal yang lebih baik dibanding skema B 20 titik GCP, dengan rata-rata ketelitian Horizontal 0,00566 dan Vertikal 0,0074 pada skema A dan ketelitian horizontal 0,00772 dan vertikal 0,00697 dari skema B. Penentuan lokasi titik dan persebaran titik sangat berpengaruh terhadap hasil ketelitian, kedua skema memiliki nilai DOP dengan rata-rata HDOP 1,3, VDOP 0,6 dan PDOP 1,1 yang masuk dalam kriteria ideals.  Kata Kunci : GNSS, Metode Statik, GCP