Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Bentuk perilaku agresi pada siswa laki-laki akibat intensitas menonton tayangan kekerasan dalam anime (studi kasus di SD Negeri Balerejo Kabupaten Magetan) Shelia Esti Kusuma; Silvia Yula Wardani; Beny Dwi Pratama
SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA) Vol 1 (2022)
Publisher : SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk perilaku agresi pada siswa laki-laki di SD Negeri Balerejo yang terjadi akibat intensitas menonton tayangan kekerasan dalam anime. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data di lapangan diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Partisipan dalam penelitian ini yaitu 3 siswa laki-laki kelas V SD Negeri Balerejo Kabupaten Magetan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas siswa laki-laki dalam menonton tayangan kekerasan dalam anime yaitu tinggi, sedangkan perilaku agresi yang dilakukan berupa agresi verbal seperti mengejek, mengolok-olok, berkata kasar, dan agresi fisik seperti menendang, memukul, hingga berkelahi. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intensitas menonton tayangan kekerasan dalam anime dapat memicu siswa laki-laki melakukan perilaku agresi baik secara verbal maupun fisik.
Subjective Well-Being Lansia di Desa Ngengor Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun Viky Martnaning Kusuma Aldeni; Tyas Martika Anggriana; Beny Dwi Pratama
SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA) Vol 2, No 2 (2023): Implementasi kurikulum merdeka menuju transformasi pendidikan dalam mempersiapka
Publisher : SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Subjective well-being (kesejahteraan subjektif) adalah evaluasi individu terhadap hidupnya yang meliputi komponen kepuasan hidup, aspek positif, dan aspek negatif. Subjective well-being bagi lansia merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan lansia memiliki penilaian kebahagiaan dan kepuasan hidup yang tinggi, maka lansia cenderung bertindak dengan baik dan puas akan kehidupan yang dijalani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana subjective well-being lansia yang sudah tidak memiliki pasangan hidup dilihat dari aspek penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup serta pertumbuhan pribadi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi dengan lima subjek penelitian serta teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan wawancara. Hasil temuan dari penelitian ini diantaranya adalah: pertama, dalam penerimaan diri dua lansia memiliki penerimaan diri yang baik dan tiga lansia memiliki penerimaan diri yang kurang. Kedua, hubungan positif dengan orang lain pada lansia sangat baik. Ketiga, kemandirian lansia menunjukkan kemandirian yang baik dari tiga subjek lansia dan dua subjek lansia memiliki kemandirian yang kurang. Keempat, penguasaan lingkungan pada subjek lansia cukup baik. Kelima, subjek lansia memiliki tujuan hidup yang baik. Keenam, subjek lansia memiliki pertumbuhan pribadi yang cukup baik.
Karakteristik Siswa Psychological Well-Being Dari Keluarga Broken Home Diah Purwaningsih; Rischa Pramudia Trisnani; Beny Dwi Pratama
SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA) Vol 2, No 1 (2023): Implementasi kurikulum merdeka menuju transformasi pendidikan dalam mempersiapka
Publisher : SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Psychological Well-being yaitu kondisi individu yang ditandai dengan adanya gejala perasaan bahagia, mempunyai kepuasan hidup dan tidak ada gejala depresi. Kondisi tersebut dipengaruhi adanya fungsi psikologis yang positif seperti penerimaan diri, relasi sosial yang positif, mempunyai tujuan hidup , perkembangan pribadi, penguasaan lingkungan dan otonomi. Penelitian ini menggunakan metode Studi Literature Review. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dari beberapa artikel dari jurnal terkait Psychological Well-being dan kemudian dianalisis. Hasil yang diperoleh dari peneliti yang menggambarkan Psychological Well-being remaja dari keluarga broken home masih cukup tinggi. Penyebab terjadinya Psychological Well-being juga beraneka ragam antara lain dari penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, Otonomi/kemandirian, Penguasaan lingkungan, dan tujuan hidup.
Gambaran harga diri siswa Sekolah Menengah Atas Yolanda Apriliantiwi; Rischa Pramudia Trisnani; Beny Dwi Pratama
SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA) Vol 1 (2022)
Publisher : SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

gambaran harga diri siswa sekolah menengah atas Penelitian ini merupakan penelitian studi literatur sehingga menitik beratkan pada data atau tulisan sebagai bahan yang berhubungan dengan tema yang diangkat. Penelitian ini menekankan sumber pada penggunaan ide-ide tertulis. Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari studi literature tentang hubungan dukungan orang tua dan harga diri dengan academic burnot mahasiswa berpustat pada tugasnya sehingga menyebabkan kelelahan emosional pada mahasiswa pengaruh konseling kognitif dengan teknik rustrukturisasi kognitif terhadap harga diri peserta didik gambaran harga diri remaja sebagai indikator yaitu Bagi mereka yang memulai kelas SMA mengalami rasa kekhawatiran yang sangat tinggi strategi layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan harga diri siswa korelasi antara tingkat harga diri guru sekolah kusus keterampilan kepemimpinan hubungan negatif antara kecerdasan sosial dengan kesepian pada remaja Remaja mengalami dua periode gangguan harga diri. Dalam masa ini, segala komponen yang mendefinisikan dirinya Perasaan yang dimiliki pada saat individu merasa mampu untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengkaji apakah terdapat harga diri rendah di Sekolah Menengah Atas. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi untuk siswa Sekolah Menengah Atas
Efektivitas bimbingan kelompok teknik roleplay untuk meningkatkan percaya diri siswa kelas 10 SMAN 2 Ngawi Afif Dzulfiqar Rusydi; Dahlia Novarianing Asri; Beny Dwi Pratama
SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA) Vol 1 (2022)
Publisher : SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

percaya diri merupakan salah satu dari banyak aspek penting yang mempengaruhi perpembangan individu. Percaya diri ini sangatlah diperlukan bagi siswa terutama dalam masa perkembangannya. Perkembangan yang cepat tentu saya akan menimbulkan berbagai permasalahan bagi siswa dan salah satu permasalahan yang timbul adalah kepercayaan diri pagi siswa itu sendiri. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efektivitas dari bimbingan kelompok Teknik roleplay peningkatan kepercayaan diri oleh siwa melalui bimbingan kelompok Teknik roleplay. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling kepada siswa kelas X IPA 6 SMAN 2 tahun ajaran 2021/2022. Penelitian ini menggunakan subyek 10 siswa kelas X IPA 6 SMAN 2 Ngawi. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode eksperimen one group pre-test post-test menggunakan teknik analisis data uji wilcoxon. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan adanya perubahan kenaikan dalam kepercayaan diri siswa setelah eksperimen bimbingan kelompok dengan teknik roleplay dilakukan. Maka dapat diartikan bimbingan kelmpok teknik roleplay efektif untuk meningkatkan percaya diri siswa kelas X SMAN 2 Ngawi. Metode layanan bimbingan kelompok dengan Teknik roleplay dapat diberikan kepada siswa sebagai cara meningkatkan kepercayaan diri.
Studi Literatur Pengaruh Pola Asuh Otoriter Terhadap Kepribadian Introvert Pada Remaja Andreyana Harvianti Paramithaningrum; Silvia Yula Wardani; Beny Dwi Pratama
SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA) Vol 2, No 1 (2023): Implementasi kurikulum merdeka menuju transformasi pendidikan dalam mempersiapka
Publisher : SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

: Kepribadian salah satu bagian dari jiwa yang membentuk ciri khas dari setiap individu. Kepribadian yang dimiliki setiap manusia sudah menjadi satu kesatuan yang tidak bisa terpecah belah. Kepribadian introvert yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Terdapat individu berkepribadian introvert yang memiliki sifat pendiam, malu atau sering merasa tidak nyaman bila berada dilingkungan sosial sehingga membutuhkan banyak upaya agar mereka dapat mengontrol emosi mereka saat mereka merasa tidak nyaman dengan kondisi sekitar. Kepribadian introvert terbentuk karena pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak. Orang tua dalam mengasuh anak memiliki pengasuhnya masing-masing. Orang tua yang menjalankan pola asuh otoriter kepada anak dapat memicu anak menjadi tidak memiliki inisiatif oleh sebab itu hal ini dapat membentuk karakter kepribadian anak menjadi seorang individu yang tertutup (introvert). Penelitian ini menggunakan metode Studi Literatur Review. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dari beberapa artikel dan jurnal terkait pola asuh otoriter terhadap kepribadian introvert dan kemudia dianalisis. Hasil yang diperoleh dari penelitian mengenai pengaruh pola asuh otoriter terhadap kepribadian introvert pada remaja menunjukan bahwa remaja yang memiliki kepribadian introvert cukup tinggi. Penyebab remaja memiliki kepribadian introvert karena adanya pengaruh pola asuh otoriter yang diterapkan oleh orang tua kepada anak atau remaja.
UPAYA MENINGKATKAN ETIKA DALAM BERKOMUNIKASI MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII G SMPN 4 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2024/2025 Meida Hayundaning Pratiwi; Beny Dwi Pratama; Prasetyo
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 3 No. 7 (2025): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Juli
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/v3i7.2654

Abstract

Upaya meningkatkan etika dalam berkomunikasi sutu hal yang penting karena dapat meberikan batsan dan pedoman secara jelas untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman sebagai interaksi anatar pribadi, dalam hal ini upaya untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang etika dalam berkomunikasi pada peserta didik, sehingga mereka dapat menggunakan dengan baik pada kehidupan sehari-hari. Adapun penelitian ini meruapakan penelitian tindakan kelas berfokus pada pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling untuk saranan pemberian bantuan kepada peserta didik mengenai etika dalam berkomunikasi yang cukup rendah di SMPN 4 Madiun. Penelitian ini menggunakan teknik sosiodrama dengan layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk meningkatkan etika dalam berkomunikasi pada peserta didik serta akan memiliki kesadaran yang penting didalam etika berkomunikasi. Berdasarkan hasil siklus yang telah dilaksanakan pada penelitian tindakan bimbingan dan konseling mendapatkan hasil terdapat pada siklus 1 terdapat masing-masing peserta didik hanya menunjukan satu indikator yang mencerminkan etika dalam berkomunikasi, sedangkan pada hasil siklus 2 terdapat peserta didik sudah mampu menunujukan dari indikator yang mencerminkan etika dalam berkomunikasi, dalam hal ini layanan bimbinan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat dikatakan dapat membantu peserta didik dalam upaya meningkatkan etika dalam berkomunikasi.
PENINGKATAN KEMAMPUAN EMPATI SISWA KELAS VII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA Maya Revonita; Beny Dwi Pratama; Prasetyo
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 3 No. 9 (2025): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi September
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/9x9fh128

Abstract

Kemampuan berempati merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan sosial dan emosional peserta didik, terutama pada masa remaja, dan masa remaja merupakan periode yang sangat penting dalam perkembangan empati, karena pada masa ini karakter dan kepekaan sosial mulai terbentuk secara signifikan. penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berempati siswa kelas VII SMPN 4 Madiun melalui layanan bimbingan kelompok dengan Teknik sosiodrama, sebagai upaya menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan mendukung perkembangan karakter siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk Penilitian Tindakan Kelas (PTK), pada observasi awal menunjukkan bahwa kemampuan empati siswa kelas VII di SMPN 4 Madiun masih tergolong rendah. Hasil setelah dilakukaknnya siklus pertama menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Siswa mulai menunjukkan kesadaran terhadap perasaan teman melalui permainan peran yang diberikan, namun masih ditemukan beberapa siswa yang belum sepenuhnya mampu mengendalikan emosi dan berperilaku empatik secara konsisten. Pada siklus kedua, setelah dilakukan refleksi dan perbaikan tindakan, kemampuan empati siswa mengalami peningkatan yang lebih nyata. Siswa lebih terbiasa memahami dan merasakan perasaan teman dalam berbagai situasi yang disimulasikan melalui sosiodrama. Sikap tolong-menolong, kerja sama, dan pengendalian diri dalam interaksi sosial semakin terlihat. Secara keseluruhan, layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama berhasil meningkatkan kemampuan empati siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Kota Madiun. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan positif pada sikap dan perilaku empati siswa dari siklus pertama ke siklus kedua, yang ditandai dengan peningkatan partisipasi, kesadaran sosial, dan kemampuan mengendalikan emosi dalam interaksi sosial.