Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Konstruksi Sosial Bujuk Tamoni Syarif Hidayatullah; Mutmainnah Mutmainnah
Jurnal Pamator : Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo Vol 13, No 1: April 2020
Publisher : LPPM Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/pamator.v13i1.6925

Abstract

Pasangan suami istri yang sulit atau tidak bisa memiliki keturunan, masyarakat percaya bahwa apabila datang ke Bujuk tamoni dengan kuasa tuhan atau izin tuhan dan melakukan beberapa rentetan ritual khusus yang harus dilakukan, maka pasangan suami istri tersebut bisa memiliki keturunan dalam jangka waktu yang tidak lama. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konstruksi sosial masyarakat tentang ritual untuk mendapatkan keturunan melalui bujuk tamoni di Desa Batuan, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasangan suami istri yang sulit mendapatkan anak mempercayai bahwa apabila bernazar di kuburan bujuk tamoni akan mendapatkan keturunan sehingga hal ini menjadi sebuah konstruksi sosial dari masyarakat batuan, kecamatan batuan, kabupaten sumenep yang diciptakan sendiri oleh masyarakat melalui interaksi individu dengan individu lainnya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Perubahan Makna Tanah Warisan Pada Masyarakat Desa Bunder Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Suhartono Suhartono; Mutmainnah Mutmainnah
Jurnal Pamator : Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo Vol 12, No 2: Oktober 2019
Publisher : LPPM Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.38 KB) | DOI: 10.21107/pamator.v12i2.6286

Abstract

Tanah bagi orang Madura merupakan harta yang sangat bernilai dalam kehidupannya. Tanah disamping memiliki arti ekonomis, juga memiliki arti kultural sebagai tempat untuk melestarikan dan mengembangkan sistem sosial-budaya masyarakat setempat sehingga persoalan tanah tidak cukup diapresiasi dari sudut ekonomis. Bagi masyarakat Madura, tanah menjadi bagian harga dari harga diri dan terkait dengan kosmologi. Tanah atau lahan merupakan tempat berkumpulnya hampir seluruh aktivitas manusia. Diatas tanah pula manusia mencari nafkah, membangun, bercocok tanam, bertempat tinggal, dan berintegrasi dengan sesama. Maka dari itulah tanah merupakan aspek terpenting dalam tumpuan aktivitas manusia, disamping sebagai pijakan segala aktivitas manusia, tanah juga merupakan aset paling berharga dalam berinvestasi, apa lagi jika tanah tersebut dinilai strategis dan subur, membuat nilai tanah semakin tinggi. Jika dinilai dari sisi ekonomis, tanah merupakan aset yang sangat berharga, namun jika dinilai dari sisi budaya, makna dari sekapling tanah dapat mempunyai arti yang sangat banyak. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG MITOS SANGKAL PEREMPUAN PENOLAK LAMARAN DI DESA PENAGAN SUMENEP MADURA Mutmainnah Mutmainnah
Jurnal Pamator : Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo Vol 11, No 1: April 2018
Publisher : LPPM Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.147 KB) | DOI: 10.21107/pamator.v11i1.4435

Abstract

Kepercayaan terhadap mitos penolak lamaran pertama bahwa jika menolak lamaran pertama akan sulit mendapatkan jodoh. Manusia cenderung menafsirkan sesuatu dengan bantuan orang lain seperti orang-orang masa lalu, penulis, keluarga, pemeran di televisi, dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar belakang tempat  mereka bekerja atau bermain, namun orang lain tidak melakukannya untuk mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami isi dari mitos sangkal perempuan penolak lamaran pertama. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan mitos pada masyarakat khususnya di Madura. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling bertujuan untuk menyaring sebanyak mungkin dari berbagai macam sumber dan bangunannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos sangkal pada perempuan penolak lamaran pertama di Desa Panagan Kabupaten Sumenep sangatlah berpengaruh bagi remaja yang belum pernah dilamar. Mitos sangkal mempunyai sisi positif dan negatifnya bagi sang anak gadis. Segi positifnya, untuk menjalin silaturahmi antar sesama, menghindari perbuatan yang tidak baik dan saling membantu saat ketika membutuhkan. Segi negatifnya, memaksa kehendak anak gadis. Mitos sangkal penolak lamaran pertama akan terus dilaksanakan walaupun kepercayaan mitos penolak lamaran pertama tidak ada dalam buku ataupun kitab.
PERSEPSI DAN MINAT PETANI TERHADAP PEMANFAATAN TANAMAN REFUGIA DALAM PENGENDALIAN HAMA TANAMAN PADI (Studi Kasus Desa Bilaporah Kecamatan Socah Bangkalan) Mutmainnah Mutmainnah; Teti Sugiarti
Agriscience Vol 1, No 1: Juli 2020
Publisher : Department of Agribusiness, University of Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriscience.v1i1.8008

Abstract

Kabupaten Bangkalan merupakan Kota yang  memiliki produksi padi tertinggi sebesar 331.675 ton dan produktivitas padi sebesar 6,28 ton/ha (BPS,2018). Desa Bilaporah, Kecamatan Socah mempunyai tingkat produktivitas padi kurang baik dengan luas panen yang cukup tinggi sebesar 1.236,44/ha. Kegiatan sosialisasi dan pembagian benih tanaman refugia telah dilaksanakan oleh penyuluh pertanian sebagai pemanfaatan dalam pengendalian hama tanaman padi. Tujuan riset ini dilakukan untuk: 1) mendeskripsikan karakteristik petani, 2) menganalisis tingkat persepsi petani dan 3) menganalisis hubungan persepsi dan minat petani padi terhadap pemanfaatan tanaman refugia dalam pengendalian hama tanaman padi.  Jumlah sampel sebanyak 28 orang dengan teknik sampling jenuh (sensus). Teknis analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan korelasi rank spearman. Hasil riset menunjukkan bahwa karakteristik petani di Desa Bilaporah berdasarkan umur masih tergolong pada usia produktif, kemudian mayoritas tingkat pengalaman petani 30 tahun,  tingkat pendidikan responden mayoritas SD, serta sebagian besar petani tidak pernah mengikuti pelatihan pertanian. Petani di Desa Bilaporah memiliki persepsi yang positif dan baik sekali terhadap pemanfaatan tanaman refugia dalam pengendalian hama tanaman padi, hal tersebut sesuai dengan nilai yang diperoleh dari jawaban responden pada setiap indikator persepsi. Hubungan persepsi terhadap minat petani tergolong signifikan dengan arah positif serta keeratan hubungan antar variabel adalah sedang.
Perkembangan Lanskap Kesenian Bangkalan Pasca Beroperasinya Jembatan Suramadu Mutmainnah Mutmainnah; Iqbal Nurul Azhar
DIMENSI - Jurnal Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : DIMENSI - Journal of Sociology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this study is to explain the changes in the cultural landscapes after Suramadu Bridge started operating. The data collection techniques were observation, interviews and documentation on art figures in Bangkalan. The data analysis methods were proposed by Miles and Huberman technique. The result of this studi show that the existence of the Suramadu Bridge does not have a significant impact of the development of arts in Bangkalan. This is marked by not many new arts studios appearing in Bangkalan. The local government’s attention to Bangkalan arts has also not changed. The responses of the people of Bangkalan to the arts has also changed. In the past, art was considered as a luxury. Now, it is still like that but if art has to be paid for, their reception is not good. 
DINASTI POLITIK MBAH SAITUN (Studi pada Kepala Desa Manduro Tahun 1990-2021 Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang) Eliza Novita Sari; Mutmainnah Mutmainnah
DIMENSI - Jurnal Sosiologi Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/djs.v12i1.21588

Abstract

This study aims to explain how the poitical dynasty of the descendants Mbah Saitun used Mbah Saitun’s charisma and cooperated with chroniclers called clientalism practices in order to gain power and position. This study uses the concept of Donald V. Kurtz’s thought, namely the theory of dynastic politics which was supported by the concept of clienttalism as the basis for analyzing data finding. Researchers used qualitative research method and case study approach. As well as in the process of collecting data using non-participant observation method and unstructured interview in order to obtain informations that were in accordance with the actual conditions. The results showed that there was an elite group in Manduro Vllage who controlled the Manduro Village government and was accupied by the descendants of Mbah Saitun who used the story of Mbah Saitun’s good image during his lifetime. In addition, the elite group cooperates with formal and informal figures, namely village officials and elders of Manduro Village to perpetuate the power of Mbah Saitun’s descendants.  
Revitalization Strategy of "Asta Tinggi" Tourist Destination Based on Cultural Identity and Creative Industry in Sumenep, Madura Medhy Aginta Hidayat; Mutmainnah Mutmainnah
Jurnal Syntax Admiration Vol. 5 No. 2 (2024): Jurnal Syntax Admiration
Publisher : Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jsa.v5i2.1020

Abstract

This study examines the strategy for the revitalization of the Asta Tinggi religious tourism area by utilizing the cultural identity and creative industries in Madura, Indonesia. More specifically, the revitalization strategy considers the active-collaborative involvement of the stakeholders. This study used a qualitative approach, with a phenomenological method. The primary data were obtained through field observations and in-depth interviews. Secondary data were obtained through literature references, news media, scientific documentation, pictures, and photos. This study found that the best model for the revitalization strategy of the Asta Tinggi religious tourism area must involve the Sumenep Palace family, the Asta Tinggi management unit, the private sectors, local communities, and local governments. The role of the Sumenep Palace family and the management of Asta Tinggi is very important because they have the rights and authority to manage the Asta Tinggi. The revitalization of this religious tourism area should be pursued by prioritizing the cultural identity of Madurese and the potential of digital-based creative industries. With this revitalization strategy model, it is hoped that the Asta Tinggi can be developed as a leading religious tourism destination in Madura, Indonesia.
Perebutan Ruang dan Politik Representasi: Konflik Negara-Masyarakat dalam Pembangunan Kawasan Suramadu Mutmainnah, Mutmainnah
Society Vol 13 No 1 (2025): Society
Publisher : Laboratorium Rekayasa Sosial, Jurusan Sosiologi, FISIP Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/society.v13i1.788

Abstract

This study explores the contestation of space between the state and local communities in the development of the Suramadu region, particularly the planned construction of a coastal tourism area (Madura Park) in Sekar Bungoh Hamlet, Sukolilo Barat Village, Bangkalan Regency. The research aims to analyze how spatial politics are exercised in the development process, identify the key actors involved, and understand who benefits and who is marginalized in implementing Suramadu's development agenda. Using a qualitative research approach, data were collected through non-participant observation, in-depth interviews with affected residents and government actors, and analysis of planning documents and media coverage. The study is framed by Henri Lefebvre’s theory of the production of space, particularly the concepts of spatial practice, representations of space, and representational space. Findings reveal that the spatial planning of Suramadu's development, articulated through the master plan of the Surabaya–Madura Regional Development Agency (BPWS), prioritizes state and investor interests while marginalizing local communities. The government’s representation of space emphasizes economic growth through tourism, trade, and industrial zones, often at the expense of community rights and historical attachments to the land. The forced displacement and land acquisition processes have generated resistance from residents, who organized through the "Kelompok Masyarakat Tolak Penggusuran" (Community Group Against Eviction) to defend their land, heritage, and livelihoods. Their resistance highlights material grievances and symbolic struggles over recognition, justice, and participation in spatial decision-making. This study concludes that spatial development in Suramadu is marked by structural asymmetries of power, in which space becomes a site of political contestation rather than shared progress. It also underscores the importance of participatory and culturally informed spatial planning to mitigate conflict and ensure equitable development outcomes.