Peningkatan emisi karbon dari sumber bahan bakar fosil telah mendorong pemerintah Indonesia untuk berkomitmen mengurangi emisi gas karbon dioksida (CO2) yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil, sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim. Mengetahui kapasitas CO2 yang dapat tersimpan dalam reservoir, mengetahui penentuan sumur yang layak untuk dilakukan CO2 storage, mengetahui mekanisme CO2 terhadap perangkap solubilitas didalam reservoir. Dalam penelitian ini diawali dengan pengumpulan data berupa data reservoir data fluida reservoir dan data grid, setelah itu melakukan input data dan juga pemodelan reservoir menggunakan aplikasi T-Navigator setelah itu melakukan matching data dan juga menganalisa injeksi CO2 storage yang terperangkap. Hasil output yang didapat ada produksi tanpa adanya injeksi itu sebesar 15.20 Bscf, produksi yang terdapat injeksi 16.13 Bscf, dan CO2 yang terperangkap. Setelah itu terdapat 3 case yang didapat dikedalaman yang berbeda case 1 dikedalaman 4000 ft terperangkap total sebesar 2.1 MMTCO2 kemudian case 2 dikedalaman 4500 ft terperangkap total sebesar 1.63 MMTCO2 dan yang terakhir case 3 dikedalaman 5200 ft terperangkap total sebesar 0.95 MMTCO2. Terdapat tiga skenario untuk yang paling bagus untuk storage ialah pada case yang pertama dikedalaman 4000 ft karena memiliki paling banyak gas yang terperangkap sebesar 2.1 MMTCO2 dari pada kedua case yang lainnya. Pada reservoir migas yang sudah mengalami penurunan, maka dapat menyimpan CO2 karena masuk dalam salah satu kriteria yang dapat menyimpan CO2. Pengaruh CO2 yang terperangkap di reservoir itu terdapat dua hal, ada yang terperangkap oleh struktural trapping dan ada yang terlarut oleh air di reservoir tersebut.