Ayu Septiani
Dosen Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat, 45363

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

SITUS ASTANA GEDE KAWALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR BAGI MAHASISWA SEJARAH Ayu Septiani
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.319 KB) | DOI: 10.30870/candrasangkala.v2i1.1601

Abstract

This paper discusses the use of Situs Astana Gede Kawali as a source of learning. The elements discussed in this paper include the historicity Situs Astana Gede Kawali, the site as a source of learning history, learning strategies, and learning methods Situs Astana Gede Kawali as a source of learning. To discuss these elements used historical methods and descriptive method.
PEMERTAHANAN KEPERCAYAAN PADA MASYARAKAT TALAGA, MAJALENGKA DAN MASYARAKAT NAGOYA, JEPANG Asri Soraya Afsari; Ayu Septiani; Risma Rismelati
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.001 KB) | DOI: 10.30870/candrasangkala.v3i2.3474

Abstract

Kepercayaan sebagai salah satu dari tujuh unsur kebudayaan tentu dimiliki oleh setiap suku bangsa tidak terkecuali dimiliki pula oleh suku bangsa Sunda dan Jepang. Dengan sifat universal yang terkandung dalam tujuh unsur kebudayaan maka tidak menutup kemungkinan akan terdapat kesamaan dalam kepercayaan yang ada di suku bangsa Sunda (hal ini masyarakat Talaga) dan suku bangsa Jepang (masyarakat Nagoya). Hal ini menarik untuk dikaji, mengingat Talaga merupakan satu di antara kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat yang masih kental dengan nilai sakral dan sejarahnya karena di daerah ini pernah terdapat kerajaan tradisional yaitu Kerajaan Talaga Manggung sehingga banyak peninggalan sejarah dan kepercayaan yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat Talaga. Begitu pula dengan Nagoya. Masyarakat Nagoya merupakan satu di antara masyarakat Jepang yang masih menjunjung tinggi tradisi leluhur. Dengan demikian, melalui penelitian ini akan dikaji perbandingan kepercayaan masyarakat Talaga di Majalengka dan masyarakat Nagoya di Jepang, serta cara mereka mempertahankan kepercayaan tersebut di tengah arus globalisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode kualitatif deskripstif dan pendekatan sejarah. Dalam pengumpulan data digunakan metode lapangan karena peneliti terjun langsung ke masyarakat. Di samping itu, digunakan pula metode survey melalui penyebaran daftar kuesioner.
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PERJUANGAN KAUM PEREMPUAN DALAM SURAT KABAR POETRI HINDIA 1908-1911 Ayu Septiani
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.177 KB) | DOI: 10.30870/candrasangkala.v3i1.2887

Abstract

Tulisan ini membahas implementasi nilai-nilai perjuangan kaum perempuan dalam Surat Kabar Poetri Hindia tahun 1908-1911. Adapun unsur yang dibicarakan dalam tulisan ini meliputi kehidupan perempuan akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terbitnya Surat Kabar Poetri Hindia, dan nilai-nilai perjuangan kaum perempuan dalam surat kabar tersebut. Surat Kabar Poetri Hindia sebagai surat kabar pertama khusus perempuan yang berbahasa Melayu dan banyak memuat ide-ide perjuangan bagi kemajuan kaum perempuan tentunya memiliki arti penting dalam kajian sejarah perempuan di Indonesia. Pada masa itu, masih sedikit surat kabar yang menuliskan tentang perempuan pribumi, bahkan masih jarang perempuan pribumi yang idenya dipublikasikan dalam sebuah artikel di surat kabar. Untuk membahas permasalahan tersebut, dalam tulisan ini digunakan metode sejarah.
PEMERTAHANAN KEPERCAYAAN PADA MASYARAKAT TALAGA, MAJALENGKA DAN MASYARAKAT NAGOYA, JEPANG Asri Soraya Afsari; Ayu Septiani; Risma Rismelati
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v3i2.3477

Abstract

Abstrak: Kepercayaan sebagai salah satu dari tujuh unsur kebudayaan tentu dimiliki oleh setiap suku bangsa tidak terkecuali dimiliki pula oleh suku bangsa Sunda dan Jepang. Dengan sifat universal yang terkandung dalam tujuh unsur kebudayaan maka tidak menutup kemungkinan akan terdapat kesamaan dalam kepercayaan yang ada di suku bangsa Sunda (hal ini masyarakat Talaga) dan suku bangsa Jepang (masyarakat Nagoya). Hal ini menarik untuk dikaji, mengingat Talaga merupakan satu di antara kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat yang masih kental dengan nilai sakral dan sejarahnya karena di daerah ini pernah terdapat kerajaan tradisional yaitu Kerajaan Talaga Manggung sehingga banyak peninggalan sejarah dan kepercayaan yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat Talaga. Begitu pula dengan Nagoya. Masyarakat Nagoya merupakan satu di antara masyarakat Jepang yang masih menjunjung tinggi tradisi leluhur. Dengan demikian, melalui penelitian ini akan dikaji perbandingan kepercayaan masyarakat Talaga di Majalengka dan masyarakat Nagoya di Jepang, serta cara mereka mempertahankan kepercayaan tersebut di tengah arus globalisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode kualitatif deskripstif dan pendekatan sejarah. Dalam pengumpulan data digunakan metode lapangan karena peneliti terjun langsung ke masyarakat. Di samping itu, digunakan pula metode survey melalui penyebaran daftar kuesioner.
Kepercayaan Dalam Siklus Kehidupan Pada Masyarakat Sunda Pesisir (Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Arut, Jawa Barat) Risma Rismelati; Asri Soraya Afsari; Ayu Septiani
Journal Social and Humaniora Vol 19 No 1 (2019)
Publisher : Udayana University Press bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.382 KB) | DOI: 10.24843/PJIIB.2019.v19.i01.p05

Abstract

Setiap bangsa di berbagai belahan dunia ini pastinya memiliki tradisi leluhur yang bertahan dan berkembang dari generasi ke generasi. Tradisi tersebut kemudian menjadi sebuah identitas diri yang mencerminkan nilai-nilai budaya yang unik dan berkarakter. Menurut Clyde dan Kluckhohn dalam Pelly (1994), nilai budaya merupakan sebuah konsep beruang lingkup luas yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Nilai budaya itu akhirnya tumbuh menjadi suatu kepercayaan masyarakat yang dijadikan sebagai aturan paling mendasar dalam menjalani siklus kehidupan. Hal ini dapat dilihat secara nyata dalam siklus kehidupan masyarakat Sunda di wilayah pesisir Jawa Barat. Fokus kepercayaan di sini adalah bentuk-bentuk tradisi yang masih dilakukan secara turun temurun dalam fase kehidupan manusia, seperti fase kelahiran, pernikahan dan kematian. Maka dari itu penelitian ini akan fokus mengkaji kepercayaan yang berkaitan dengan siklus kehidupan pada masyarakat Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam mengumpulkan data digunakan metode lapangan karena peneliti terjun langsung ke masyarakat, melakukan wawancara langsung pada nara sumber dan melakukan metode survey melalui penyebaran data kuesioner.
PERAN DAN KONTRIBUSI PERHIMPUNAN AMATIR FOTO (PAF) BANDUNG DALAM BIDANG FOTOGRAFI INDONESIA (1954-2000) Muhammad Rinaldy Syarifulloh; Reiza D. Dienaputra; Ayu Septiani
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 8, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v8i1.14436

Abstract

This study aims to explain the development of the Bandung Amateur Photo Association (PAF) in particular focusing on the discussion of its role and contribution in the field of Indonesian Photography in 1954-2000. The data collection method used in this research is descriptive-qualitative method with the stages through the historical method. The historical method consists of four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. To analyze the role and contribution of PAF Bandung in Indonesian photography, this study uses the concepts of role and contribution,. The results of this study indicate that the Bandung Amateur Photo. Association (PAF) has a role and contribution in the field of Indonesian photography, especially amateur photography. PAF has contributed to the documentation of international activities, namely the 1955 Asian-African Conference (KAA). In addition, PAF has a role in being one of the initiators of the establishment of a national photography federation, including the Indonesian Photographic Association Association (Gaperfi) and the Federation of Indonesian Photographic Associations (FPSI). PAF has always played an active role and contributed to the holding of the Indonesian Photo Salon. In addition, PAF and PAF, which is the oldest photo community in Indonesia, have succeeded in producing outstanding photographers at the national and even international levels.Keywords: PAF; Photography; Amateur Photography; FPSI; Indonesian Photo Salon.
Fashion Streetwear Sebagai Penunjang Musisi Indie di Kota Bandung (1990-2004) Indar Buana Pradipta; Reiza D. Dienaputra; Ayu Septiani
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 5 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.41 KB) | DOI: 10.22437/titian.v5i1.11638

Abstract

This thesis is titled "Fashion streetwear as a support for indie musicians in the city of Bandung; 1990-2008". The Focus of the discussion is how fashion streetwear can be a support in the sustainbility of indie musicians in the city of Bandung. This research uses a historical method in which there are have several work steps such as field studies, literature studies, and interviews as supporting instruments. The historical method has four stages of work namely heuristics,criticism, interpretation, and historiography. The method the author uses as an analytical tool to dissect the problems discussed plus the help of other scientific concepts such as sociology, economics, and communication. The fact found is that, streetwear fashion began to develop in the City of Bandung in 1990's. The driving factors for the growth of this fashion trend include the development of indie music, and the incresing independent spirit in Bandung which eventually triggers the emergence of local fashion brands in Bandung, to become dominant culture for the city's young people and consistently supporting indie musicians in the Bandung City.
Colonial Version of The Chinese Chronicles from Sam Po Kong Temple As a Historical Evidence Widyo Nugrahanto; Etty Saringendyanti; Eko Wahyu Koeshandoyo; Tanti Restiasih Skober; Ayu Septiani
PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 13 No. 1 (2024): Vol. 13(1) Juni 2024
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/purbawidya.2024.1167

Abstract

This article discusses the result of research on a manuscript called Chinese Chronicles on Sam Po Kong Temple found in a manuscript from Cirebon. This research used a historical method consisting of 4 stages: heuristics, criticism interpretation, and historiography using analytic descriptive method. This research aims to prove that the chronicles are as secondary historical evidence, not a primary one. These Chinese chronicles are a copy of the manuscript. It is estimated that the copy was made in the Dutch colonial era after 1928. The Chronicles tell the life of the Moslem Chinese in Nusantara, especially Java Island, after Cheng Ho’s voyage to Nusantara when it was still under Majapahit kingdom sovereignty.