Dahlia
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas (IkM-IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analisis Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Alopesia Androgenik di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, RS Ibnu Sina dan Menara UMI Makassar Muhammad Hamzah Rizal Kunu; Nurelly N. Waspodo; Yani Sodiqah; Dian Amelia Abdi; Dahlia
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 7 (2022): Juli
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i7.100

Abstract

Alopesia androgenik adalah penyebab paling umum dari rambut rontok dan biasa terjadi pada pria namun umumnya juga dapat terjadi pada wanita. Kelainan ini merupakan tipe alopesia yang paling sering pada laki-laki. Hubungan alopesia androgenik dengan penyakit kronik seperti hipertensi, obesitas, resistensi insulin, diabetes melltus, dan penyakit kardiovaskular Menurut beberapa penelitian dikatakan bahwa hipertensi juga merupakan salah satu pencetus terjadinya alopesia angrogenik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hipertensi dan diabetes melitus pada alopesia androgenik di fakultas kedokteran UMI, RS Ibnu Sina, dan menara UMI Makassar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional yaitu semua variabel penelitian diukur paa satu waktu penelitian saja yang bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dan diabetes melitus pada alopesia androgenik. Hasil penelitian yang di lakukan di Fakultas Kedokteran UMI, RS Ibnu Sina, dan Menara UMI menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pasien yang terkena alopesia androgenik dengan hipertensi dan diabetes melitus.
Perbandingan Kejadian Alopesia Androgenik yang Berketombe (Pityriasis Sicca) dan tidak Berketombe di Universitas Muslim Indonesia Putri Nadila Iryanti S; Nurelly N; Yani Sodiqah; Dian Amelia; Dahlia; Solecha Setiawati; Adharia
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 8 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i8.108

Abstract

Alopesia androgenik adalah penipisan rambut pada manusia yang ditandai dengan penurunan tajam dalam ukuran folikel rambut, yang dapat dikaitkan dengan hilangnya batang rambut folikel atau sel progenitor. Alopesia dengan pola khas yang dimulai dari frontal dan vertex sehingga garis rambut terlihat mundur, meninggalkan rambut di parietal saja. Ketombe tidak menyebabkan kebotakan, meskipun pada kasus-kasus yang paling ekstrim ketombe bisa menyebabkan kerontokan rambut. Prevalensi alopesia androgenik pada laki-laki meningkat seiring bertambahnya usia dan saat remaja. Dalam suatu penelitian, hampir 30% kasus terjadi pada laki-laki kulit putih berusia 30 tahun, 50% pada usia 50 tahun, dan 80% pada usia 70 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kejadian alopesia androgenik yang berketombe (Pityriasis sicca) dan tidak berketombe. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif observasional dengan metode case control dengan menggunakan pendekatan “retrospective”. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, RS Ibnu Sina Makassar dan Menara Universitas Muslim Indonesia dengan 24 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna pada alopesia androgenik yang berketombe (Pityriasis sicca) dan tidak berketombe. Sebagai kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik sampel alopesia androgenik berdasarkan umur paling banyak terdapat pada umur 41-50 tahun dengan 9 sampel (37.5%), karakteristik berdasarkan sampel yang tidak berketombe lebih banyak pada alopesia androgenik dengan 17 sampel (70.8%), sedangkan berdasarkan tingkat keparahan alopesia androgenik ringan-sedang lebih banyak terjadi dibandingkan dengan tingkat keparahan alopesia androgenik berat (n= 20 v 4).
Karakteristik Pasien Otitis Eksterna Dan Otitis Media Tahun 2018-2019 (Sebelum Pandemi Covid-19) Dan Tahun 2020-2021 (Selama Pandemi Covid-19) Di Rsud Sayang Rakyat Provinsi Sulawesi Selatan fitrah putra irwan; Dahlia; Rismayanti; Ahmad Ardhani Pratama; Meriam Melinda
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 6 (2023): Juni
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i6.241

Abstract

There is no data that shows comparisons between patients before and during the covid-19 pandemic, especially in otitis externa and otitis media, so this study was made to obtain data that will be the latest guidelines, so researchers are interested in researching the incidence rate and factors that cause the quantity of patients from these hospitals in this study. To find out the Characteristics of Otitis Externa and Otitis Media Patients in 2018-2019 (Before the Covid-19 Pandemic) and in 2020-2021 (During the Covid-19 Pandemic) at the Rsud sayang Rakyat of South Sulawesi Province. This research is a descriptive study with a cross-sectional design conducted at the Sayang Rakyat Regional Hospital of South Sulawesi Province in November 2022. The population of this study is all patients otitis externa and otitis media of Hospital sayang Rakyat Province of South Sulawesi in 2018-2021. The results of the study obtained from collecting medical record data, it was found that dominant women 64 (7%) compared to men, the highest prevalence of otitis externa aged 11-20 years 79 (19%) cases in 2019, the lowest <11 years 11 (8%) cases in 2021, and the most otitis media aged <11 years 69 (26%) cases in 2019, the lowest <11 years 10 (10%) cases in 2021. Patient comparison data for 2018-2019 more 608 (52%) cases than in 2020-2021 otitis externa and otitis media patients in 2018-2019 (before the covid-19 pandemic) and 2020-2021 (during the covid-19 pandemic).