p-Index From 2020 - 2025
1.958
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Fakumi Medical Journal
Yani Sodiqah
Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Tekanan Darah terhadap Faal Paru Petugas CS FK UMI Nur Rahma Amiruddin; Dwi Anggita; Nur Fadhillah khalid; Edward Pandu Wiriansya; Yani Sodiqah; Abbas Zavey Nurdin; Sultan Buraena; Salahuddin Andi Palloge
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 5 (2022): Mei
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i5.10

Abstract

Bertambahnya indeks massa tubuh seseorang mempengaruhi jaringan tubuh. Fungsi elastisitas jaringan paru berkurang, sehingga kekuatan bernapas menjadi lemah, akibatnya volume udara pada saat pernapasan akan menjadi lebih sedikit. Kebutuhan Oksigen meningkat dari normal sehingga jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi untuk memasok oksigen. Makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga tahanan perifer meningkat lalu meningkatkan frekuensi jantung dan fungsi paru bekerja lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dan tekanan darah terhadap fungsi faal paru pada petugas cleaning service Fakultas Kedokteran UMI. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelatif kategorik, dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian pada 20 petugas cleaning service fakultas kedokteran UMI didapatkan bahwa 60% pada kategori restrictive severe, 5% obstructive mild, 30% restrictive moderat dan 5% obstructive moderat. Berdasarkan indeks massa tubuh menunjukkan 5 orang dengan IMT overweight (25%), 4 orang dengan IMT normal (20%), 1 orang dengan IMT underweight (5%), 6 orang dengan IMT obes-1 (30%) dan 4 orang dengan IMT obes-2 (20%). Kemudian berdasarkan tekanan darah didapatkan 17 orang dengan tekanan darah normal (85%) dan prehipertensi sebanyak 3 orang (15%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dan tekanan darah terhadap fungsi faal paru. (nilai p= 0,746) dan (nilai p= 0,074).
Hubungan antara Gula Darah Sewaktu dan Faal Paru pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar Shavira MD; Dwi Anggita; Nur Fadhillah Khalid; Edward Pandu Wiriansya; Yani Sodiqah; Hasan; Happy Laurentz
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 6 (2022): Juni
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i6.22

Abstract

Latar belakang: Hiperglikemi kronik dapat menimbulkan hambatan proses pertukaran O2 dan CO2 di paru akibat adanya penumpukan protein berupa kolagen di pembuluh darah. Sehingga kecepatan difusi alveoli pada paru pasien diabetes akan berkurang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara gula darah sewaktu dan faal paru pada pasien DM di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar April-Mei 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik korelatif kategori, dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus sebanyak 32 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur berat badan, alat ukur tinggi badan, alat ukur gula darah Autocheck dan spirometer BTL 08 MT Plus. Hasil : Dari 32 subjek penelitian didapatkan sampel kadar gula darah sewaktu tinggi dengan derajat derajat restrictive severe sebesar 80% (8 dari 10 responden), dan derajat restrictive moderate sebesar 20% (2 dari 10 responden) sedangkan pasien diabetes melitus yang kadar gula darah sewaktunya rendah dengan derajat restrictive severe sebesar 32% (7 dari 22 responden), derajat restrictive moderate 36% (8 dari 22 responden), derajat restrictive mild sebesar 5% ( 1 dari 22 responden), serta dalam keadaan faal paru normal sebesar 27% ( 6 dari 22 responden). Kesimpulan: Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar gula darah sewaktu dengan kapasitas vital paru pada pasien diabetes mellitus (nilai p=0.067).
Uji Efektivitas Ekstrak Rumput Laut (Gracilaria sp.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Muh. Rifky Mapallawa; Zulfiyah Surdam; Rezky Pratiwi L; Yani Sodiqah; Yusriani Mangarengi
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 1 (2022): Januari
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i1.55

Abstract

Staphylococcus aureus adalah patogen komensal manusia dan hewan. Kira-kira 30% dari manusia populasi tersebut berkoloni dengan Staphylococcus aureus terutama pada kulit, hidung dan selaput lendir. Staphylococcus aureus dikaitkan dengan folikulitis, pneumonia, endokarditis, infeksi tulang dan sendi. Peningkatan mikroorganisme patogen yang resisten terhadap sebagian besar antibiotik mendesak dan perlu mengeksplorasi obat-obatan alami dengan senyawa bioaktif dan efek samping yang kecil. rumput laut dikenal kaya akan polisakarida, karotenoid, serat makanan, mineral, vitamin dan makromolekul lain seperti protein, karbohidrat, lipid, asam lemak esensial, asam amino esensial dan nonesensial dan polifenol. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ekstrak rumput laut (Gracilaria sp.) dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini merupakan Literature Review dengan metode Narrative Review. Diketahui bahwa mengekstrak rumput laut dengan menggunakan ethyl-acetat dengan konsentrasi 0.51% masuk dalam kategori sensitf, dengan menggunakan methanol 70% dengan konsentrasi 500 μg/ml masuk dalam kategori intermediet. Dengan menggunakan etanol dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% masuk dalam kategori resiten dan menggunkan kloroform dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25% masuk dalam kategori resisten. Menggunakan aquades sebagai pelarut dengan konsentrasi 60% masuk dalam kategori resisten. Dengan menggunakan ethyl-acetat sebagai pelarut dalam mengekstrak Gracilaria sp. didapatkan hasil sensitif.
Perbandingan Tingkat Stres Mahasiswa Tahap Akademik FK UMI Angkatan 2017, 2018 dan 2019 Dedy Kurniawan; Shulhana Mokhtar; Rasfayanah; Yani Sodiqah; Arina Farhiyyah Arifin; Nur Isra; Uyuni
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 1 No. 1 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v1i1.72

Abstract

Stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Mahasiswa yang mengalami stres membutuhkan perhatian serius karena dapat membawa dampak yang kurang baik terhadap proses pembelajaran dan prestasi mahasiswa. Berbagai penelitian telah mendokumentasikan stres di kalangan mahasiswa kedokteran dan menunjukkan adanya stres yang sangat tinggi apabila dibandingkan dengan program studi lain di sektor non-medis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan tingkat stres mahasiswa tahap akademik Fakultas Kedokteran UMI angkatan 2017, 2018 dan 2019.
Analisis Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Alopesia Androgenik di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, RS Ibnu Sina dan Menara UMI Makassar Muhammad Hamzah Rizal Kunu; Nurelly N. Waspodo; Yani Sodiqah; Dian Amelia Abdi; Dahlia
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 7 (2022): Juli
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i7.100

Abstract

Alopesia androgenik adalah penyebab paling umum dari rambut rontok dan biasa terjadi pada pria namun umumnya juga dapat terjadi pada wanita. Kelainan ini merupakan tipe alopesia yang paling sering pada laki-laki. Hubungan alopesia androgenik dengan penyakit kronik seperti hipertensi, obesitas, resistensi insulin, diabetes melltus, dan penyakit kardiovaskular Menurut beberapa penelitian dikatakan bahwa hipertensi juga merupakan salah satu pencetus terjadinya alopesia angrogenik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hipertensi dan diabetes melitus pada alopesia androgenik di fakultas kedokteran UMI, RS Ibnu Sina, dan menara UMI Makassar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional yaitu semua variabel penelitian diukur paa satu waktu penelitian saja yang bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dan diabetes melitus pada alopesia androgenik. Hasil penelitian yang di lakukan di Fakultas Kedokteran UMI, RS Ibnu Sina, dan Menara UMI menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pasien yang terkena alopesia androgenik dengan hipertensi dan diabetes melitus.
Perbandingan Kejadian Alopesia Androgenik yang Berketombe (Pityriasis Sicca) dan tidak Berketombe di Universitas Muslim Indonesia Putri Nadila Iryanti S; Nurelly N; Yani Sodiqah; Dian Amelia; Dahlia; Solecha Setiawati; Adharia
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 8 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i8.108

Abstract

Alopesia androgenik adalah penipisan rambut pada manusia yang ditandai dengan penurunan tajam dalam ukuran folikel rambut, yang dapat dikaitkan dengan hilangnya batang rambut folikel atau sel progenitor. Alopesia dengan pola khas yang dimulai dari frontal dan vertex sehingga garis rambut terlihat mundur, meninggalkan rambut di parietal saja. Ketombe tidak menyebabkan kebotakan, meskipun pada kasus-kasus yang paling ekstrim ketombe bisa menyebabkan kerontokan rambut. Prevalensi alopesia androgenik pada laki-laki meningkat seiring bertambahnya usia dan saat remaja. Dalam suatu penelitian, hampir 30% kasus terjadi pada laki-laki kulit putih berusia 30 tahun, 50% pada usia 50 tahun, dan 80% pada usia 70 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kejadian alopesia androgenik yang berketombe (Pityriasis sicca) dan tidak berketombe. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif observasional dengan metode case control dengan menggunakan pendekatan “retrospective”. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, RS Ibnu Sina Makassar dan Menara Universitas Muslim Indonesia dengan 24 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna pada alopesia androgenik yang berketombe (Pityriasis sicca) dan tidak berketombe. Sebagai kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik sampel alopesia androgenik berdasarkan umur paling banyak terdapat pada umur 41-50 tahun dengan 9 sampel (37.5%), karakteristik berdasarkan sampel yang tidak berketombe lebih banyak pada alopesia androgenik dengan 17 sampel (70.8%), sedangkan berdasarkan tingkat keparahan alopesia androgenik ringan-sedang lebih banyak terjadi dibandingkan dengan tingkat keparahan alopesia androgenik berat (n= 20 v 4).
Uji Sensitivitas Madu Lebah Hutan (Apis Dorsata) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes Penyebab Acne Vulgaris Fatimah Marwah; Sri Julyani; Rasfayanah; Dian Amelia Abdi; Yani Sodiqah
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 8 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i8.110

Abstract

Madu memiliki empat faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bakteri. Pertama, kadar gula yang tinggi akan yaitu: tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3,65), adanya senyawa radikal hydrogen peroksida (H2O2, adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek yang dapat diperoleh dari madu lebah hutan (Apis dorsata) sebagai alternatif yang dapat dijadikan sebagai obat antibakteri dalam mencegah acne vulgaris. Untuk mengetahui sensitivitas madu lebah hutan (Apis dorsata) terhadap bakteri penyebab acne vulgaris. Penelitian ini adalah true experimental. Penelitian ini menggunakan metode disk diffusion. Pada madu didapatkan zona hambat yang paling tinggi pada konsentrasi 100% dengan zona hambat 24 mm, sedangkan zona hambat yang paling rendah yaitu pada konsentrasi 50% dengan zona hambat 16 mm. Terdapat zona hambat sensitif dalam menghambat bakteri Propionibacterium acnes dengan pemberian madu hutan pada semua konsentrasi. Madu lebah hutan pada konsentrasi 100% memiliki daya hambat bermakna (efektif) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
Uji Sensitivitas Kapsul Cacing (Lumbricus rubellus) terhadap Bakteri Salmonella typhi Secara In Vitro Ratu Sri Bestari; Yani Sodiqah; Inna Mutmainnah; Prema Hapsari; Suliati P Amir
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 8 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i8.112

Abstract

Prevelensi demam tifoid di Indonesia semakin meningkat. Selain itu, terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik sebagai pengobatan demam tifoid, sehingga diperlukan terapi alternatif yaitu terapi herbal menggunakan kapsul cacing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas kapsul cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap bakteri Salmonella typhi secara in vitro. Desain penelitian ini menggunakan metode true experiment yaitu Posttest Only Control Group Design (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini dibandingkan pemeriksaan zona hambat antara ekstrak kapsul cacing konsentrasi 50%, 75%, 100%, 200% dan ekstrak cacing tanah (Lumbricus rubellus) konsentrasi 50%, 75%, 100%, 200% dengan media Mueller Hinton Agar (MHA), sebagai kontrol positif berupa ciprofloxacin dan kontrol negatif berupa aquadest. Hasil penelitian didapatkan tidak ada zona hambat yang terbentuk (resisten) pada ekstrak kapsul cacing tanah (Lumbricus rubellus) maupun ekstrak cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap bakteri Salmonella typhi dengan konsentrasi 50%, 75%, 100%, 200 %. Kesimpulan bahwa ekstrak kapsul cacing tanah (Lumbricus rubellus) maupun ekstrak cacing tanah (Lumbricus rubellus) konsentrasi 50%, 75%, 100%, 200 % tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Beberapa faktor yang berperan adalah suhu yang digunakan, jenis dan usia cacing, serta pada saat proses perlakuan
Daya Hambat Ekstrak Kunyit (Curcucma domestica Val) Terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Wulan Apriliantisyah; Irmayanti Haidir; Rasfayanah; Yani Sodiqah; Masita Fujiko M. Said
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 10 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i10.127

Abstract

Staphylococcus aureus adalah patogen komensal manusia yang ditemukan terutama pada kulit, hidung dan selaput lender dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri normal yang ada pada usus manusia dan sering ditemukan pada kasus diare, infeksi saluran kencing, dan penyakit pada saluran nafas. Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang melimpah. Masyarakat menggunakan tanaman berkhasiat obat untuk pengobatan tradisional salah satunya adalah kunyit (Curcuma domestica Val) terutama pada bagian rimpangnya. Kandungan utama kunyit adalah kurkuminoid dan minyak atsiri yang dapat berfungsi sebagai antimikroba. Tujuan dari penelitian ini diketahuinya daya hambat ekstrak kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada medium agar. Jenis penelitian ini merupakan Literature Review dengan metode Narrative Review. Diketahui bahwa konsentrasi ekstrak kunyit 10% sudah dapat menghambat Staphylococcus aureus dan konsentrasi ekstrak kunyit 15% dapat menghambat Escherichia coli. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula zona hambat yang dihasilkan. Zona hambat ekstrak kunyit pada Staphylococcus aureus lebih besar dibanding pada Escherichia coli.
Efektivitas Ekstrak Daun Ketepeng Cina Terhadap Pertumbuhan Jamur Malassezia Furfur Penyebab Pityriasis Versicolor Dibandingkan Terbinafine Andi Alisa Kurniati; Sri Vitayani; Eny Arlini Wello; Yani Sodiqah; Rezky Putri Indarwati Abdullah
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 2 No. 10 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v2i10.133

Abstract

Daun ketepeng cina memiliki kandungan penting seperti alkaloid, saponin, tanin, steroid, antrakuinon, flavonoid dan karbohidrat. Antrakuinon pada tanaman herbal memiliki efek antiinflamasi, antialergi, antimikroba, antioksidan, dan efektif untuk beberapa golongan jamur. Daun Ketepeng cina (Cassia Alata. L) dapat digunakan sebagai obat secara tradisional disebabkan oleh adanya kandungan kimia yang terdapat didalamnya seperti rein aloe emodina, rein aloe emodina diantron, asam krisofanat (dehidroksimetil antroquinone) dan tannin. Penelitian ini adalah penelitian true experimental laboratorik dengan menggunakan metode modifikasi Kirby Bower Disc Diffusion. Pada ekstrak daun ketepeng cina didapatkan zona hambat yang paling tinggi pada konsentrasi 100% dengan zona hambat 24 mm (sensitive), sedangkan pada konsentrasi 80% dengan zona hambat 13 mm (resisten). Pada kontrol positif menggunakan Terbinafine dengan zona hambat 25 mm (sensitive), sedangkan pada kontrol negatif menggunakan aquades tidak terbentuk zona hambat (resisten). Ekstrak daun ketepeng cina pada konsentrasi 80% memiliki daya hambat tidak bermakna (resisten) sedangkan pada konsentrasi 100% memiliki daya hambat bermakna (sensitif) dalam menghambat pertumbuhan jamur Malassezia Furfur. Tidak terbentuk daya hambat terhadap jamur Malassezia Furfur dengan pemberian aquades (kontrol negatif). Terbentuk daya hambat terhadap jamur Malassezia Furfur dengan pemberian antifungi Terbinafine (kontrol positif)