p-Index From 2020 - 2025
0.562
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Fakumi Medical Journal
Nurhikmawati
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Hiperkolesterolemia Pasien Rawat Jalan Penderita Jantung Koroner di RS Ibnu Sina Makassar Tahun 2021 Sarima Safitri; Ali Aspar Mappahya; Nurhikmawati; Wisudawan; Asrini Safitri
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 8 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i8.257

Abstract

Perkembangan plak aterosklerotik di dalam arteri koroner dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah, menghasilkan iskemia, yang dapat bersifat akut atau kronis. Salah satu indikator aterosklerosis pada pembuluh darah adalah Hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia ialah total kolesterol didalam darah dengan kadar kolesterolnya yang tinggi yakni ≥ 200 mg/dl. Terbukti bahwasanya tingginya kadar kolesterol berkaitan terhadap peningkatannya risiko penyakit jantung koroner. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya hiperkolesterolemia terhadap pasien rawat jalan yang menderita penyakit jantung koroner pada RS Ibnu Sina Makassar. Penelitian ini bersifat analitik desain Cross Sectional yang menggunakan data sekunder. Pasien dengan penyakit jantung koroner yang melakukan kunjungan ke poli jantung RS Ibnu Sina Makassar pada tahun 2021 ialah populasi didalam kegiatan penelitian ini. Pengambilan sampel dengan teknik total sampilng. Didapatkan total responden sebanyak 30 responden dengan presentasi kejadian hiperkolesterolemia didapatkan responden yang hiperkolestrolemia sebanyak 22 (73,3%) responden dan normal sebanyak 8 (26,7%) responden. Dan berdasarkan analisis faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian hiperkolesterolemia yaitu faktor usia dengan P-Value 0,001 (<0,05) serta riwayat penyakit kronis dengan P-Value 0,014 (<0,05). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan dengan kejadian hiperkolesterolemia dengan faktor yang paling berpengaruh yaitu usia dan riwayat penyakit kronis.
Hubungan Usia dengan Mati Mendadak di Biddokkes Polda Sulsel Pada Tahun 2018-2022 Radhi Ijtihadi; Denny Mathius; Nurhikmawati; Djumadi Achmad; Muhammad Asrul Apris
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 8 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i8.335

Abstract

Kematian mendadak merupakan kematian yang terjadi 24 jam sejak timbulnya suatu gejala, pada kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak timbulnya gejala pertama. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana hubungan antara usia dengan kejadian mati mendadak. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional retrospektif dengan desain penelitian cross-sectional. Dari 355 data visum et repertum, diperoleh informasi jenis kematian tidak mati mendadak (trauma, bunuh diri, tenggelam, dan keracunan) sebanyak 223 (62.8 %), dan jenis kematian mati mendadak sebanyak 132 (37.1%). Pada kasus kematian mendadak memiliki kelompok usia balita 13 orang (9.8%), usia kanak-kanak 2 orang (1.5%), usia remaja 14 orang (10.7%), usia dewasa 41 orang (31.1%), usia lansia 49 orang (37.1%), dan usia manula 26 orang (9.8%). Hubungan usia dengan jenis kematian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 nilai tersebut < 0.05 maka semakin tinggi usia maka jenis kematian akan semakin tinggi. Sedangkan jika usia rendah maka jenis kematian juga akan semakin rendah. Dari total 132 kasus kematian mendadak yang diperiksa, angka kejadian kematian mendadak berdasarkan usia yang paling banyak adalah kelompok usia lansia (46-65 tahun) sebanyak 49 orang (37.1%). Kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian mati mendadak dimana semakin meningkatnya usia, maka prevalensi kejadian mati mendadak juga meningkat.
Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Sri Sulfianti; Yusriani Mangarengi; Nurhikmawati; Hasta Handayani Idrus; Amrizal
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 11 (2023): November
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i11.416

Abstract

Mikroorganisme alami yang ada dalam tubuh manusia disebut mikroorganisme normal atau flora normal, namun dalam keadaan tertentu dapat bersifat patogen dan menimbulkan penyakit infeksi salah satunya Staphylococcus aureus. Bakteri ini sering resisten terhadap berbagai jenis obat sehingga mempersulit pemilihan antimikroba yang sesuai untuk terapi. Bawang putih (Allium sativum) mempunyai bahan aktif yaitu alicin, flavonoid, ajoene, minyak atsiri dan saponin yang mempunyai efek antimikroba. Untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental laboratorik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus yang diberi perlakuan ekstrak bawang putih (Allium sativum) dengan konsentrasi 25%, 50%, 100%, 2 kelompok kontrol terdiri dari kontrol positif Amoksisilin dan kontrol negatif aquades steril. Pengukuran zona hambatan bakteri Staphylococcus aureus pada masing-masing konsentrasi berturut turut adalah, konsentrasi 25% sebesar 4,86 mm; 50%,5,19 mm; dan 100%, 13,16 mm. Pada konsentrasi yang paling tinggi menghasilkan daerah zona hambat yang terlebar. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai signifikan yakni 0,114 lebih besar dari p value: 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum) tidak dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak bawang putih (Allium sativum) tidak memiliki efektifitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.