p-Index From 2020 - 2025
0.562
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Fakumi Medical Journal
Hermiaty Nasaruddin
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Perilaku Hygiene dengan Kejadian Pityriasis Versicolor pada Siswa zahlah; Dian Amelia Abdi; Zulfiyah Surdam; Nurelly Noro Waspodo; Hermiaty Nasaruddin
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 4 No. 4 (2024): April
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v4i4.401

Abstract

Pityriasis versicolor merupakan infeksi jamur superfisial yang ditandai perubahan pigmen kulit akibat kolonisasi dari stratum korneum oleh jamur Malassezia furfur. Pityriasis versicolor dapat menginfeksi semua bagian seperti lengan, leher dan punggung. Faktor risiko penyakit ini adalah tinggal di daerah lembab, lingkungan yang kurang bersih, kamar mandi yang kotor, dan hygiene buruk. Selain itu, kondisi lingkungan dengan kelembaban yang tinggi dan panas juga mempengaruhi terjadinya Pityriasis versicolor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perilaku hygiene dengan kejadian penyakit kulit Pityriasis versicolor pada siswa sekolah berasrama di SMA 11 Pinrang. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Didapatkan kejadian penyakit kulit Pityriasis versicolor sebanyak 20 sampel (22,2%), usia terbanyak yang berusia 18 tahun dengan tingkat perilaku hygiene kategori kurang. Berdasarkan perhitungan secara statistik dengan uji Chi-Square tentang pengaruh perilaku hygiene dengan kejadian penyakit kulit Pityriasis versicolor didapatkan nilai p-value = 0,000 (< 0,05) menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku hygiene dengan kejadian penyakit kulit Pityriasis versicolor pada siswa sekolah berasrama di SMA 11 Pinrang.
Evaluasi Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Paru terhadap Penggunaan OAT Lucky Amelia saad; Hermiaty Nasaruddin; Sigit Dwi Pramono; Edward Pandu Wiryansyah; Rahmawati
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 4 No. 5 (2024): Mei
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v4i5.457

Abstract

Tuberculosis ditetapkan sebagai kondisi darurat Kesehatan global yang dikemukankan oleh WHO (world Health Organization). Dari hasil perhitungan terdapat delapan negara yang berada di urutan tertinggi sampai menengah yaitu penyumbang terbesar negara India, negara kedua Tiongkok, negara ke tiga Indonesia, negara ke empat Filiphina, kemudian disusul negara Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan terakhir negara Afrika Selatan. Pada tahun 2021 Kementerian Kesehatan RI terkait Global Tuberkulosis Report, Tuberkolosis di Indonesia diperkirakan terdapat 824.000 kasus dan khusus Provinsi Sulawesi-Selatan, Dinas Kesehatan mencatat terdapat 31.022 kasus, dimana Makassar dengan kasus terbanyak. Tujuan dari penelitian ini ialah meninjau evaluasi pasien Tuberkulosis dari tingkat kepatuhannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode spearman. Hasil dari penelitian ini ditemukan beberapa kriteria, dari kelompok jenis kelamin yaitu responden laki-laki yang terbanyak, untuk kategori usia yaitu responden lansia, tingkat pendidikan yaitu responden pendidikan rendah, dan untuk profesi dominan responden yang tidak berkerja. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kesembuhan sebanyak (90,9%) terdapat hubungan, dalam penelitian ini pasien mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah pasien sebanyak (56,8%) dapat dikatakan tidak terdapat hubungan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis. Sedangkan antara kriteria usia dengan mayoritas lansia jumlah pasien sebanyak (38,6%), antara tingkat pendidikan dengan mayoritas pendidikan rendah sebanyak (52,3%) dan perkerjaan dengan mayoritas tidak bekerja sebanyak (40,9%) yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel di atas dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis. Dari penelitian ini di dapatkan hanya tingkat kepatuhan berobat tuberkulosis yang memiliki hubungan dengan tingkat kesembuhan pasien.
Kebersihan Tangan, Kuku, dan Infeksi Soil-Transmitted Helminths pada Siswa Ryzka Puput Yunisyar; Satriani Hadi; Zulfitriani Murfat; Hermiaty Nasaruddin; Dahlia
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 4 No. 5 (2024): Mei
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v4i5.459

Abstract

Prevalensi cacingan di Indonesia masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu. Orang-orang yang berisiko tinggi mengalami infeksi kecacingan adalah anak pra sekolah, anak usia sekolah, wanita usia subur, orang dewasa dalam pekerjaan berisiko tinggi seperti pertanian atau pertambangan. Penularan kecacingan dapat terjadi secara langsung melalui tangan yang kotor, kuku panjang, dan tanah yang menyelubungi telur cacing yang tersebar, serta ditambah kurangnya perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Selain itu, ada pula faktor perilaku yang meliputi kebiasaan tidak memakai alas kaki baik di rumah maupun saat bermain serta kebiasaan bermain di tanah, yang juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kebersihan tangan dan kuku terhadap infeksi Soil-Transmitted Helminths pada siswa UPT SD Negeri 101 Salu Simbuang, Kelurahan Walenrang Barat, Kabupaten Luwu. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan rancangan cross-sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam kelompok yang menjaga kebersihan tangan dan kuku (kategori "Buruk"), terdapat 4 orang (7,3%) yang negatif terinfeksi Soil-Transmitted Helminths dan 2 orang (3,6%) yang positif terinfeksi STH dari total 6 orang responden. Sedangkan pada kelompok yang menjaga kebersihan tangan dan kuku (kategori "Baik"), terdapat 49 orang (89,1%) yang negatif terinfeksi STH dan tidak terdapat orang (0,0%) yang terinfeksi STH dari total 49 orang responden. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kebersihan Tangan dan Kuku dengan Infeksi STH.