Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Penggunaan Edible Coating Dalam Pengawaten Buah Kelengkeng Dimocarpus longan Lour Laga, Suriana; Sutanto, Saiman; Fatmawati, Fatmawati; Halik, Abd.; Sheyoputri, Aylee Christine Alamsyah
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 21 No. 2 (2021): ECOSYSTEM Vol. 21 No 2, Mei - Agustus Tahun 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v21i2.1126

Abstract

Masalah yang sering muncul  pada buah-buahan adalah adalah cepatnya mengalami kerusakan karena proses respirasi dan transpirasi sehingga akan memperpendek umur simpan. Salah satu upaya memperpanjang kesegaran buah Kelengkeng dengan pemakaian Edible Coating.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Edible Coating sebagai pengemas buah Kelengkeng selama penyimpanan. Perlakuan penelitian terdiri atas aplikasi Edible Coating (Kontrol) dan lama penyimpanan (1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari dan 6 hari). Parameter yang diamati adalah susut berat, kadar air dan warna. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial dengan dua kali ulangan. Pengaruh perlakuan aplikasi Edible Coating dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap susut berat, kadar air dan warna buah Kelengkeng. Penggunaan Edible Coating sebagai pelapis mampu mengurangi susut berat buah Kelengkeng, mempertahankan kadar air dan warna buah Kelengkeng selama penyimpanan. The problem that often arises in fruits is that they are quickly damaged due to the respiration and transpiration processes so that they will shorten their shelf life. One of the efforts to extend the freshness of Longan fruit is by using Edible Coating. This study aims to determine the ability of Edible Coating as a packaging for longan fruit during storage. The research treatment consisted of Edible Coating application (Control) and storage time (1 day, 2 days, 3 days, 4 days, 5 days and 6 days). Parameters observed were weight loss, moisture content and color. The experimental design used was a completely randomized design with a factorial pattern with two replications. The effect of Edible Coating application treatment and storage time had a very significant effect on weight loss, moisture content and color of Longan fruit. The use of Edible Coating as a coating is able to reduce the weight loss of longan fruit, maintain water content and color of longan fruit during storage
Komposit Rumput Laut Dan Surimi Lele Terhadap Mutu Bakso Halik, Abdul; Fatmawati, Fatmawati; Sutanto, Saiman; Laga, Suriana; Ramdanis, Ramdanis
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 21 No. 3 (2021): ECOSYSTEM Vol. 21 No 3, September - Desember Tahun 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v21i3.1255

Abstract

Produksi rumput laut (Eucheuma cottonii) di Sulawesi Selatan meningkat signifikan dan berkontribusi terhadap total produksi di Indonesia. Namun peningkatan produksi belum dimanfaatkan secara maksimal khususnya pada bidang pangan. Fakta ini sangat berkaitan dengan strategi dalam pengololahan pasca panen. Salah satu strategi pengolahan diversifikasi produk pangan yakni membuat bakso dengan surimi ikan lele. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh komposit surimi ikan lele (Clarias) dan bubur rumput laut (Eucheuma cottonii), terhadap mutu bakso. Metode penelitian eksperimen, yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan  empat perlakuan, yaitu: faktor A sebagai perlakuan persentase bubur rumput laut (30%, 20%, 10%, dan  0%), sedangkan faktor B sebagai perlakuan persentase surimi lele (45%, 55%, 65%, dan 75%) dengan tiga kali ulangan. Parameter penelitian kadar protein, dan (uji sensorik dengan skalah hedonik) terhadap warna, aroma, tekstur, dan citarasa. Hasil penelitian diperoleh kandar protein bakso terendah 13,02% dan tertinggi 19,95% sehingga semua perlakuan memenuhi Syarat Mutu Bakso Ikan SNI No. 01-3818:2014. Sedangakan perlakuan 10% bubur rumput laut dan 65% surimi uji organoleptik memiliki nilai kesukaan warna (3,95/suka), aroma (3,93/suka), tekstur/kekenyalan (3,93/suka), dan citarasa (4,12/suka). Berdasarkan rerata nilai disimpulkan bahwa uji organoleptik bakso oleh panelis berada pada level suka. The production of seaweed (Eucheuma cottonii) in South Sulawesi increased significantly and contributed to the total production in Indonesia. However, the increase in production has not been used optimally, in the food sector. This fact is closely related to strategies in post-harvest processing. One of the food product diversification processing strategies is the manufacture of meatballs with catfish surimi. The purpose of the study was to analyze the effect of the composite of catfish surimi (Clarias) and seaweed (Eucheuma cottonii), on the quality of meatballs. Experimental research method, using Completely Randomized Design (CRD) with two factors and four treatments, namely: factor A as the percentage treatment of seaweed slurry (30%, 20%, 10%, and 0%), while factor B as the percentage treatment catfish surimi (45%, 55%, 65%, and 75%) with three replications. Research parameters protein content, and (sensory test with hedonic scale) on color, aroma, texture, and taste. The results obtained that the lowest protein content of meatballs was 13.02% and the highest was 19.95% so that all treatments met the Quality Requirements for Fish Meatballs SNI No. 01-3818:2014. Meanwhile, the treatment of 10% seaweed porridge and 65% surimi organoleptic test had a preference value of color (3.95/like), aroma (3.93/like), texture/elasticity (3.93/like), and taste (4.12/like). Based on the average value that the organoleptic test of meatballs by the panelists, was at the level of liking.
PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn) SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA PERMEN COKELAT TIRAMISU Andi Tenri Fitriyah; Hendra Saputra Setiawan; Abdul Halik; Baharuddin Baharuddin; Ratri Retno Utami; M. Mukhlis Afriyanto
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 17, No 1 (2022): Jurnal Industri hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v17i1.7685

Abstract

Daun jambu biji mengandung tanin yang dapat berperan sebagai antioksidan, anti diare, dan anti bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi perbandingan terbaik antara cokelat tiramisu dengan ekstrak daun jambu biji dan mengetahui kadar air, total lemak, serta sifat organoleptik dari cokelat tiramisu yang dihasilkan. Perlakuan penelitian yaitu cokelat tiramisu dengan konsentrasi (100%, 95%, 90%, 85%) dan ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi (0%, 5%, 10%, 15%). Analisis data menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat taraf perlakuan dan tiga kali ulangan. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa semakin banyak ekstrak daun jambu yang ditambahkan akan mengakibatkan kadar air semakin tinggi, kadar lemak semakin rendah, dan sifat organoleptik yang semakin tidak disukai panelis. Kadar lemak permen cokelat tiramisu dengan penambahan ekstrak daun jambu biji yang dihasilkan dalam penelitian ini masih memenuhi SNI 7934:2014 Cokelat dan produk-produk cokelat
Studi Formula Permen Jelly Gelatin Dengan Buah Naga Merah Hylocereus polyrhizus L. Fatmawati, Fatmawati; Halik, Abdul; Sutanto, Saiman; Laga, Suriana; Pance, Yohanes
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 22 No. 2 (2022): ECOSYSTEM Vol. 22 No 2, Mei - Agustus Tahun 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v22i2.1522

Abstract

Buah naga merah memiliki kandungan gizi dan air yang tinggi, sehingga mudah mengalami kerusakan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengolahan agar dapat meminimalisir volume kerusakan, serta dapat menghasilkan prodak baru yang lebih awet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi campuran gelatin dan ekstrak buah naga merah yang tepat dalam pembuatan permen jelly. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama konsetrasi sari buah naga merah (50; 45; 40)% dan faktor kedua konsentrasi gelatin (8; 13; 18)% dan 3 kali ulangan. Parameter yang diamati kadar air, vitamin-C, dan uji organoleptik meliputi: warna, aroma, tekstur, dan citarasa. Data penelitian diolah dengan teknik analisis sidik ragam ANOVA dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian diperoleh permen jelly terbaik yaitu 50% sari buah naga merah dan 8% gelatin, hasil ini berdasarkan penilaian dari 25 panelis setengah terlatih terhadap warna 4,79 (suka) dan aroma 4,79 (suka), tekstur /kekenyalan 4,09 (suka) dan citarasa 4,05 (suka). Sedangkan vitamin-C 0,83%, dan kadar air 64,15% permen jelly semua perlakuan melebihi standar mutu permen lunak dari SNI No.3547.02-2008 yaitu kadar air permen lunak maksimal 20%.
Kajian Perbandingan Bahan Dengan Pelarut Terhadap Pektin Dari Kulit Buah Markisa Laga, Suriana; Sutanto, Saiman; Fatmawati, Fatmawati; Halik, Abdul
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 22 No. 2 (2022): ECOSYSTEM Vol. 22 No 2, Mei - Agustus Tahun 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v22i2.1557

Abstract

Pemanfaatan limbah kulit buah markisa yang melimpah untuk digunakan sebagai sumber pektin. Telah diteliti pengaruh perbandingan bahan dengan larutan pengekstrak terhadap sifat-sifat pektin kulit buah markisa. Penelitian  bertujuan untuk melihat pengaruh perbandingan bahan dengan larutan pengekstrak terhadap Total Pektindan mutu pektin yang dihasilkan.Perlakuan penelitian terdiri atas perbandingan bahan dengan larutan pengekstrak ( 1: 5, 1 ; 10, 1 : 15 dan 1 : 20 ). Parameter yang diamati adalah total pektin, kadar air, kadar metoksil dan kadar asam poligalakturonat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola factorial dengan dua kali ulangan.Pengaruh perbandingan bahan dengan pelarut berpengaruh nyata terhadap total pektin tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar metoksil dan kadar asam poligalakturonat pektin kulit buah Markisa.. Semakin banyak penggunaan pelarut  total pektin kulit buah Markisa yang dihasilkan semakin tinggi. Total pektin tertinggi diperoleh dengan perbandingan bahan dengan pelarut 1 : 20 yaitu 14,28%. Utilization of abundant passion fruit peel waste to be used as a source of pectin. The effect of the ratio of the material with the extracting solution on the pectin properties of passion fruit peel has been investigated. The aim of the study was to see the effect of the ratio of the ingredients to the extracting solution on the total pectin and the quality of the pectin produced. The research treatment consisted of the ratio of the ingredients to the extracting solution (1:5, 1; 10, 1:15 and 1:20). Parameters observed were total pectin, water content, methoxyl content and polygalacturonic acid content. The experimental design used was a completely randomized design with a factorial pattern with two replications. The effect of the ratio of material to solvent had a significant effect on total pectin but had no significant effect on water content, methoxyl content and polygalacturonic acid content of passion fruit rind. Passion fruit rind pectin produced was higher. The highest total pectin was obtained with a ratio of material to solvent of 1: 20, namely 14.28%.
Minyak Jagung Sebagai Bahan Tambahan Selai Coklat Kacang Tanah Arachis Hypogaea Fatmawati, Fatmawati; Halik, Abdul; Abriana, Andi; Laga, Suriana; Andriani, Adinda
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 23 No. 2 (2023): Ecosystem Vol. 23 No 2, Mei - Agustus Tahun 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v23i2.2760

Abstract

Selai merupakan produk pangan yang bertekstur kental atau semi padat. Selai coklat kacang tanah ini kaya akan protein dan kalium yang mampu membantu mengurangi resiko tekanan darah tinggi, jantung dan juga menjaga kesehatan usus dan pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak jagung terhadap kualitas selai coklat kacang tanah.  Metode penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat taraf penambahan minyak jagung (5; 6; 7; 8)% dan tiga kali ulangan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan keragaman (ANOVA) dan uji lanjutan BNT, menggunakan alat SPSS. Hasil penelitian diperoleh penambahan minyak jagung terhadap selai coklat kacang tanah, tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar lemak, dan padatan terlarut. Perlakuan terbaik dari penambahan minyak jagung, jika ditinjau dari kadar air adalah penambahan 6% minyak jagung hasilnya 0,63% kadar air, dan  Kadar lemak  43,71%, serta total padatan terlarut 26,43oBrix.  Hasil yang diperoleh jika dirujuk dengan SNI selai kacang tanah atau mentega kacang, maka produk selai yang dihasilkan untuk total padatan terlarut belum memenuhi syarat mutu yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia, akan tetapi jika hasil penelitian dirujuk kepada standar mutu selai buah maka hasil ini memenuhi Standar Nasional Indonesia. Jam is a food product that has a thick or semi-solid texture. Chocolate peanut butter is rich in protein and potassium which can help reduce the risk of high blood pressure, heart disease and also maintain intestinal and digestive health. This study aims to determine the effect of the addition of corn oil on the quality of peanut chocolate jam. The experimental research method used a completely randomized design (CRD), with four levels of addition of corn oil (5; 6; 7; 8)% and three replications. Observational data were analyzed with variance (ANOVA) and LSD follow-up test, using the SPSS tool. The results showed that the addition of corn oil to peanut chocolate jam did not significantly affect the water content, fat content, and dissolved solids. The best treatment for adding corn oil, in terms of water content, is the addition of 6% corn oil, the result is 0.63% water content, and 43.71% fat content, and 26.43oBrix total dissolved solids. The results obtained if referred to the SNI for peanut butter or peanut butter, then the resulting jam product for total dissolved solids does not meet the quality requirements listed in the Indonesian National Standard, however if the research results are referred to the fruit jam quality standard then these results meet the Indonesian National Standard
Pengaruh Penambahan Kopi Arabica Coffea Arabica Terhadap Pembuatan Selai Terong Belanda Solanum Betaceum Gideon Tonapa Rinding; Fatmawati Fatmawati; Abdul Halik
PALLANGGA: Journal of Agriculture Science and Research Vol. 1 No. 2 (2023): PALLANGGA: Journal of Agriculture Science and Research, Juli 2023
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56326/pallangga.v1i2.2444

Abstract

Dutch eggplant is a fruit that has good nutrition for health, but processing of Dutch eggplant as a food product is still minimal. Arabica coffee is a commodity that is widely available in Indonesia and has a high selling price. Dutch eggplant processing into jam is a practical form of food diversification. This study aims to determine the best addition concentration between Dutch eggplant and arabica coffee extract for total dissolved solids, degree of acidity (pH), and organoleptic tests. The research treatments were Dutch eggplant with a concentration of 500 grams and arabica coffee extract with a concentration of 5%, 10%, 15%, and 20%. Data analysis used a completely randomized design (CRD) with four treatment levels and three replications. Observational data were analysed using analysis of variance (ANOVA) and BNT follow-up test. Based on the results of the study, the addition of Dutch eggplant with Arabica coffee extract was significantly different in terms of total dissolved solids, degree of acidity (pH), aroma, texture, taste, and spread ability. The best result from Dutch eggplant jam with the addition of arabica coffee extract was the addition of 10% coffee extract in terms of total dissolved solids 68.49, degree of acidity (pH) 5.92, aroma 3.59 (likes), texture 4.13 (likes), taste 4.15 (like), and spread ability 4.19 (like). Terong belanda merupakan buah yang memiliki gizi yang baik untuk kesehatan, namun pengolahan terong belanda sebagai produk pangan masih sangat minim dilakukan. Kopi arabica merupakan salah satu komoditi yang banyak didapatkan di Indonesia dan memiliki harga jual yang tinggi. Pengolahan terong belanda menjadi selai merupakan salah satu bentuk diversifikasi pangan yang praktis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi penambahan terbaik antara terong belanda dengan ekstrak kopi arabica terhadap total padatan terlarut, derajat keasaman (pH), dan uji organoleptik. Perlakuan penelitian yaitu terong belanda dengan konsentrasi 500 g dan ekstrak kopi arabica dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%. Analisis data menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat taraf perlakuan dan tiga kali ulangan. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis keragaman (ANOVA) dan uji lanjutan BNT. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penambahan terong belanda dengan ekstrak kopi arabica berbeda nyata terhadap total padatan terlarut, derajat keasaman (pH), aroma, tekstur, citarasa, dan daya oles. Hasil terbaik dari selai terong belanda dengan penambahan ekstrak kopi arabica adalah penambahan ekstrak kopi 10% ditinjau dari total padatan terlarut 68,49, derajat keasaman (pH) 5,92, aroma 3,59 (suka), tekstur 4,13 (suka), citarasa 4,15 (suka), dan daya oles 4,19 (suka).
Perbandingan Bubuk Daun Kelor Moringa oleifera Dengan Bubuk Madu Apis mellifera Linneus Terhadap Teh Naziratun Mutmainah; Abdul Halik; Fatmawati Fatmawati
PALLANGGA: Journal of Agriculture Science and Research Vol. 1 No. 2 (2023): PALLANGGA: Journal of Agriculture Science and Research, Juli 2023
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56326/pallangga.v1i2.2885

Abstract

  Tea is a type of beverage that is favoured by people from all walks of life. So far, tea comes from the youngest tea leaves of the tea plant (Camelia sinensis L. Kuntz) which undergo a heating process to deactivate the enzymes contained in the tea leaves, then rolled and dried. Currently, not only tea leaves can be made into beverages in the form of brewing but tea innovations such as moringa tea are starting to develop. Moringa has a weakness, namely, it has a languorous taste. Therefore, there needs to be an alternative so that moringa tea can be accepted in the community and has more benefits. One of them is by adding honey powder as a sugar substitute. This study aims to determine the comparison between moringa leaves and honey powder affects the quality of moringa leaf tea and to find out is the best treatment for making moringa leaf tea with honey powder. The research treatments were moringa leaves with concentrations (100%, 75%, 70%, 65%) and honey powder with concentrations (0%, 25%, 30%, 35%). Data analysis used the Complete Randomized Design (CRD) method, with four levels of treatment and three replications. The best results of moringa leaf tea with the addition of honey powder are the treatment of moringa leaf ratio 65%: 35% honey powder in terms of moisture content 3.49%, ash content 6.43%, aroma 3.76% (like), colour 3.52% (like), and taste 3.68% (like). The moisture content and ash content of moringa tea in this study meet the Indonesian National Standard 01-3545-2013. Teh merupakan jenis minuman yang digemari masyarakat disemua kalangan. Selama ini teh berasal dari pucuk daun teh termuda tanaman teh (Camelia sinensis L. Kuntz) yang mengalami proses pemanasan untuk menonaktifkan enzim-enzim yang terdapat dalam daun teh, kemudian digulung dan dikeringkan. Saat ini, tidak hanya daun teh yang dapat dibuat minuman dalam bentuk seduhan namun mulai berkembang inovasi teh seperti teh daun kelor. Kelor mempunyai kelemahan yaitu, memiliki rasa langu. Olehnya itu, perlu adanya alternatif agar teh daun kelor bisa diterima di masyarakat dan mempunyai manfaat yang lebih. Salah satunya yaitu, dengan menambahkan bubuk madu sebagai salah satu pengganti gula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan antara daun kelor dengan bubuk madu terhadap mutu teh daun kelor dan mengetahui  perlakuan yang terbaik pada pembuatan teh daun kelor dengan perbandingan bubuk madu. Perlakuan penelitian yaitu daun kelor dengan konsentrasi (100%, 75%, 70%, 65%) dan bubuk madu dengan konsentrasi (0%, 25%, 30%, 35%). Analisis data menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat taraf perlakuan dan tiga kali ulangan. Hasil terbaik dari teh daun kelor dengan penambahan bubuk madu yaitu perlakuan perbandingan daun kelor 65%: bubuk madu 35% ditinjau dari kadar air 3.49%, kadar abu 6.43%, aroma 3.76% (suka), warna 3.52% (suka), dan citarasa 3.68% (suka). Kandungan kadar air dan kadar abu teh daun kelor dalam penelitian ini memenuhi Standar Nasional Indonesia 01-3545-2013.  
Penambahan Labu Kuning Cucurbita moschata Terhadap Brownies Panggang Aishwara Megha Dewi; Abdul Halik; Fatmawati Fatmawati
PALLANGGA: Journal of Agriculture Science and Research Vol. 1 No. 2 (2023): PALLANGGA: Journal of Agriculture Science and Research, Juli 2023
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56326/pallangga.v1i2.2887

Abstract

Baked brownies are baked goods that are square, flat. Yellow pumpkin has the advantage of being used as a processed cake as an effort for business opportunities, one of which is yellow pumpkin baked brownies, that is, it contains many nutrients, contains little fat, contains inulin and high dietary fiber, has a distinctive aroma and taste. This study aims to determine the effect of yellow pumpkin concentration (Cucurbita moschata) on water content, sugar content and organoleptic test of baked brownies. The method used in this study was using a complete randomized design (RAL) of four treatments and three data repeats with the addition of yellow pumpkin (Cucurbita moschata) as much as 0%, 20%, 40% and 60%. Based on the results of research on baked brownies with the addition of yellow pumpkin (Cucurbita Moschata) it was concluded that the addition of yellow pumpkin had a very real effect on water content, sugar content, color, aroma, texture and taste. The best treatment results were obtained in the treatment (addition of yellow pumpkin 40%) in terms moisture content 23.78%, sugar content 12.21%, color 3.96 (like), aroma 4.36 (like), texture 3.84 (like) and taste 4.36 (like) Brownies panggang merupakan sebuah makanan yang dipanggang berbentuk persegi, datar. Labu kuning memiliki keunggulan untuk dijadikan olahan kue sebagai upaya peluang usaha, salah satunya brownies panggang labu kuning yaitu, mengandung banyak nutrisi, mengandung sedikit lemak, mengandung inulin, dan serat pangan yang tinggi, mempunyai aroma dan cita rasa yang khas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap kadar air, kadar gula serta uji organoleptik brownies panggang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yaitu empat perlakuan dan tiga kali ulangan data dengan penambahan labu kuning (Cucurbita moschata) sebanyak 0%, 20%, 40%, dan 60%. Berdasarkan hasil penelitian brownies panggang dengan penambahan labu kuning (Cucurbita Moschata) disimpulkan bahwa penambahan labu kuning berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar gula, warna, aroma, tekstur, dan rasa. Hasil penelitian terbaik diperoleh pada perlakuan (penambahan labu kuning 40%) ditinjau dari kadar air 23,78%, kadar gula 12,21%, warna 3,96 (suka), aroma 4,36 (suka), tekstur 3,84 (suka), dan rasa 4,36 (suka).
Pemanfaatan Kulit Buah Naga Hylocereus polyrhizus sebagai Pewarna Alami pada Pembuatan Cookies dari Tepung Sagu Metroxylon sp Jannah, Raodatul; Laga, Suriana; Abriana, Andi; Halik, Abdul; Fatmawati, Fatmawati; Azis, Rosdiana
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 24 No. 3 (2024): Ecosystem Vol. 24 No 3, September - Desember Tahun 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v24i3.5404

Abstract

Kue kering adalah penganan yang dibuat dengan telur, gula, margarin, dan tepung terigu. Namun, karena produksi tepung terigu di Indonesia masih rendah, pemanfaatan tepung sagu sebagai alternatif lokal menjadi penting untuk mengurangi impor. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan tujuan mengkaji pengaruh penambahan bubur kulit buah naga merah (5%, 10%, 15%, dan 20%) terhadap kadar air, kadar abu, serta uji organoleptik (warna, rasa, tekstur, dan aroma) pada kue kering sagu. Analisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali replikasi, dilengkapi Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil menunjukkan bahwa meskipun kadar abu tidak terpengaruh signifikan, penambahan bubur kulit buah naga merah secara signifikan memengaruhi kadar air, warna, aroma, rasa, dan tekstur. Penambahan 20% bubur kulit buah naga merah memberikan hasil terbaik, menghasilkan kue kering dengan warna, rasa, dan aroma yang lebih menarik serta tekstur yang optimal. Cookies are confectionery made with eggs, sugar, margarine, and wheat flour. However, because wheat flour production in Indonesia is still low, the use of sago flour as a local alternative is important to reduce imports. This study is experimental research with the aim to examines the effect of adding red dragon fruit skin porridge (5%, 10%, 15%, and 20%) on water content, ash content, and organoleptic tests (color, taste, texture, and aroma) in sago cookies. The analysis used the Completely Randomized Design (CRD) method with three replications, equipped with the Least Significant Difference Test (LSD). The results showed that although the ash content was not significantly affected, the addition of red dragon fruit skin porridge significantly affected water content, color, aroma, taste, and texture. The addition of 20% red dragon fruit skin porridge gave the best results, producing cookies with more attractive color, taste, and aroma and optimal texture.