Arie Toursino Hadi
Dosen pada Jurusan Tradisi Lisan, FIB, UHO

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MAKNA SOSIO-HISTORIS BAJU KURUNG TELUK BELANGA PADA BUSANA PENGANTIN PRIA KESULTANAN JOHOR DARUL TA’ZIM Arie Toursino Hadi; Ade Solihat; Maman Lesmana; Rahmat Sewa Suraya
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 1 (2019): Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i1.613

Abstract

Tulisan ini membahas mengenai makna yang terkandung dalam pakaian pengantin pria Kesultanan Johor Darul Ta’zim dilihat dari perspektif sosio-historis. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna yang terkandung dalam pemilihan Baju Kurung Teluk Belanga sebagai pakaian resmi salah satu kesultanan di Malaysia ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode wawancara dan tinjauan pustaka. Hasil penelitian ini adalah, busana pengantin pria Kesultanan Johor Darul Ta’zim menggunakan Baju Kurung Teluk Belanga, yang berbeda dengan etnis Melayu yang lain, merupakan wujud dari kedaulatan Kesultanan Johor Darul Ta’zim dalam membentuk tradisi yang berlaku di wilayahnya.
PERUBAHAN KEISTIMEWAAN SULTAN YOGYAKARTA: WACANA POLITIK IDENTITAS Arie Toursino Hadi; Shinta Arjunita Saputri; Nurtikawati Nurtikawati
LISANI: Jurnal Kelisanan, Sastra, dan Budaya Vol 2 No 2 (2019): Volume 2 Nomor 2, Juli-Desember 2019
Publisher : Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lisani.v2i2.754

Abstract

Tulisan ini membahas mengenai perubahan keistimewaan kekuasaan Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat dilihat dari wacana politik identitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pergeseran makna masyarakat baik yang berada di dalam maupun di luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memandang keistimewaan politik yang dimiliki oleh Sultan Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode tinjauan pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah DIY terbentuk dari kontrak politik dengan kolonial Belanda. Pada masa kemerdekaan, Yogyakarta lebih memilih untuk menjadi bagian dari Republik Indonesia, dibandingkan berdiri menjadi kerajaan tersendiri. Wacana keistimewaan ini mendapat banyak tekanan, baik internal maupun eksternal wilayah Yogyakarta. Sebagian orang berpendapat bahwa keistimewaan dapat menjadi modal untuk tetap mempertahankan tradisi Kasultanan Yogyakarta yang sejak awal sudah terbentuk, sementara sebagian yang lain menganggap bahwa keistimewaan merupakan hambatan bagi perkembangan dan integritas penuh dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.