Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan komoditas perikanan air tawar yang memiliki ciri dimorfisme seksual pada pertumbuhan individu jantan lebih cepat dibanding betina. Pembentukan populasi monoseks jantan potensial dalam budidaya bertujuan untuk meningkatkan keseragaman, memacu pertumbuhan, dan efisiensi produksi. Induksi sex reversal pada pembentukan individu neomale dapat dilakukan secara hormonal menggunakan bahan yang mengandung derivat testosteron, yaitu serbuk sari pinus (Pinus tabulaeformis). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas ekstrak serbuk sari pinus terhadap performa sex reversal pada udang galah. Ekstrak serbuk sari pinus dengan dosis berbeda (0,0 mL L-1; 0,2 mL L-1; 0,4 mL L-1; dan 0,6 mL L-1) diberikan melalui perendaman selama 24 jam pada larva udang galah sebelum berdiferensiasi kelamin (PL15) berukuran panjang 12 ± 0,3 mm dan bobot 0,02 ± 0,001 g dengan kepadatan 60 individu per L, kemudian dipelihara selama 45 hari dalam kontainer (60 x 40 x 30 cm3) dengan tinggi air 20 cm dan kepadatan 1 individu per L. Perlakuan dosis ekstrak serbuk sari pinus dosis 0,2 mL L-1 menghasilkan nisbah kelamin jantan 46,69 ± 5,36%, sedangkan peningkatan dosis 0,4-0,6 mL L-1 dan kontrol tidak efektif mengarahkan kelamin jantan (35-42%) dengan tingkat kelangsungan hidup udang PL60 berkisar 66-82%. Ciri kelamin sekunder udang galah jantan PL60 berukuran 30-32 mm berupa male gonopore (MG) dan appendix masculine (AM), sedangkan betina memiliki appendix interna (AI) pada kaki renang kedua dan rongga di antara kedua kaki jalan kelima. Aplikasi ekstrak serbuk sari pinus pada dosis maksimal 0,2 mL L-1 dapat mengarahkan kelamin jantan udang galah.Giant freshwater prawn (Macrobrachium rosenbergii) is a freshwater fishery commodity with sexual dimorphism in which male individuals grow faster than females. The establishment of a male monosexual population is expected to increase individual uniformity, growth rate, and production efficiency. Induction of sex reversal in the formation of the pseudomale can be done hormonally using materials containing testosterone derivatives, for example, pine pollen (Pinus tabulaeformis). This study aimed to evaluate the effectiveness of pine pollen extract on the sex reversal performance of giant prawns. Pine pollen extract with different doses (0.0 mL L-1; 0.2 mL L-1; 0.4 mL L-1; and 0.6 mL L-1) was given by immersion during 24 hours in prawns before sexual differentiation (PL15) with a length of 12 ± 0.3 mm and a weight of 0.02 ± 0.001 g with a density of 60 individuals per L, then reared for 45 days in a container (60 x 40 x 30 cm3) with a water height of 20 cm and a density of 1 individual per L. Treatment with a dose of pine pollen extract at a dose of 0.2 mL L-1 resulted in a male sex ratio of 46.69 ± 5.36%, while increasing doses of 0.4-0.6 ml L-1 and the control were not effective in the sex reversal (35-42%) with a survival rate of PL60 ranged from 66-82%. The secondary sexual characteristics of PL60 male giant prawns measuring 30-32 mm are male gonopore (MG) and masculine appendix (AM), while female giant prawns have an internal appendix (AI) on the second swimming leg and the cavity between the fifth swimming leg. This study concludes that the application of pine pollen extract at a maximum dose of 0.2 mL L-1 could directly induced sex reversal of female to male of giant prawns.