Jhonson Andar Harianja
Universitas Kristen Immanuel

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Penentuan Mode Kelelehan Sambungan Geser Ganda Dengan Alat Sambung Mekanis Baut Jhonson Andar Harianja; Lizaro Ade Putra Mendrofa; Agustina Endarwanti
JURNAL TEKNIK SIPIL UKRIM Vol 1 No 1 (2024): Jurnal Teknik Sipil UKRIM (JTS UKRIM)
Publisher : Universitas Kristen Immanuel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61179/jtsukrim.v1i1.524

Abstract

Kayu merupakan bahan konstruksi yang ringan dan mudah dikerjakan. Namun ketersediaan bahan kayu memeiliki keterbatasan dimensi, untuk memenuhi keterbatasan tersebut maka diperlukan sambungan kayu. Sambungan merupakan dua atau lebih buah kayu yang disatukan menjadi satu bidang atau dua dimensi. Kegagalan konstruksi kayu lebih sering terjadi pada sambungan kayu dibanding material kayu itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan disain sambungan yang tepat. Prosedur pengujian sifat fisis dan mekanis kayu mengacu pada SNI 8853-2015 sedangkan untuk disain sambunan mengacu pada SNI 7973-2019. Mode kelelehan sambungan diketahui setelah pengujian hancur kayu dan didapat nilai batas rusak kayu. Dari pengujian didapat kadar air kayu 19,311%, berat jenis kayu sebesar 0,871 dan kerapatan kayu sebesar 0,927 gr/cm3. Nilai modulus elastisitas kayu berdasar SNI didapat hasil sebesar 14857,119 MPa atau pada kode mutu E14-E15. Nilai kuat disain acuan kayu sebagai berikut: tekan//serat sebesar 12,043 MPa, tarik//serat sebesar 11,871 MPa dan geser//serat sebesar 1,6 MPa. Nilai kekuatan kayu berdasar pengujian sebagai berikut: tekan//serat sebesar 12,634 MPa, tarik//serat sebesar 62,551 MPa, geser//serat sebesar 6,519 MPa, kekerasan kayu arah radial sebesar 49,405 MPa, arah tangensial sebesar 46,154 MPa, dan arah longitudinal sebesar 47,917 MPa. Kuat tumpu baut dihitung berdasarkan persamaan dan didapat hasil 60,97 MPa. Nilai tahanan lateral sambungan kayu dihitung berdasarkan persaman mode IV didapat nilai tahanan terfaktor sebesar 15,841 kN dan nilai hasil pengujian hancur sambungan sebesar 106,4 kN.
Pengaruh Penggunaan Perekat Keramik Sebagai Pengganti Sebagian Semen Terhadap Kuat Tekan Bata Ringan Harianja, Jhonson Andar; Tambunan, Christian Widianto A. H.; Giawa, Anugrah Putra Prima
JURNAL TEKNIK SIPIL UKRIM Vol 2 No 1 (2025): Jurnal Teknik Sipil UKRIM (JTS UKRIM)
Publisher : Universitas Kristen Immanuel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61179/jtsukrim.v2i1.720

Abstract

Bata ringan adalah beton yang memiliki berat jenis lebih ringan dari pada beton pada umumnya. Beton ringan dengan berbagai keunggulannya telah diproduksi baik skala kecil maupun skala besar melalui proses pabrikasi. Pada umumnya bahan dasar pembuatan beton ringan adalah semen sebagai pengikat, pasir dan foam agent sebagai pengisi. Dikenal dua jenis beton ringan yaitu beton ringan AAC (Auto Clave Aerated) dan beton ringan CLC (Cellular Lightweight Concrete). Dalam penelitian ini akan digunakan perekat keramik sebagai bahan pengganti sebagian semen dalam pembuatan bata ringan. Untuk kepentingan analisis dalam penelitian ini, dibuat benda uji kubus bata ringan berdimensi 10 cm x 10 cm x 10 cm. Benda uji bata ringan dibuat empat variasi campuran perekat keramik yaitu 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Masing-masing variasi campuran dibuat 3 buah benda uji. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan perekat keramik dibuat benda uji tanpa perekat keramik dengan campuran dan berat isi mortar yang sama dan akan digunakan sebagai pembanding. Pengujian yang dilakukan terhadap benda uji bata ringan adalah pengujian daya serap air, pemeriksaan densitas, dan kuat tekan yang dilakukan setelah benda uji berumur 14 hari. Berdasar analisis data hasil pengujian diketahui bahwa perekat keramik layak digunakan karena dapat meningkatkan kuat tekan benda uji bata ringan dibanding dengan kuat tekan benda uji bata ringan tanpa menggunakan perekat keramik dan tidak menyebabkan massa benda uji naik terlalu tinggi. Penggunaan perekat keramik pada bata ringan juga menghasilkan densitas benda uji yang semakin tinggi. Penggunaan perekat keramik 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% sebagai pengganti sebagian semen meningkatkan kuat tekan bata ringan sebesar 10,53%, 28,64%, 42,83%, dan 48,56%.
Pemodelan Evaporasi menggunakan Model Matematik Linier Berganda di Daerah Istimewa Yogyakarta Dakhi, Inka Kris Alrezita; Lasander, Melyana Yunia; Harianja, Jhonson Andar; Bangguna, David S.V.L.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil UMS 2025: Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil UMS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyak metode empiris untuk pengukuran evaporasi yang telah dikemukakan oleh para peneliti. Setiap persamaan empiris tidak dapat digunakan secara umum ditempat lain karena karakterisitik iklim suatu wilayah sangat berbeda. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian terdahulu, pemodelan evaporasi didaerah Yogyakarta menggunakan linier berganda orde tiga masih sedikit diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan evaporasi menggunakan regresi linier berganda orde tiga dengan memasukan parameter faktor evaporasi menjadi variabel bebas yaitu lama pemyinaran matahari, suhu, kecepatan angin, dan kelembaban yang dipilih karena lama penyinaran matahari akan meningkatkan suhu pada permukaan air, dan semakin tinggi suhu maka semakin tinggi laju evaporasi yang terjadi, selanjutnya semakin tinggi kecepatan angin akan mengakibatkan gesekan permukaan air sehingga akan terjadi kehilangan air, dan disaat kelembaban udara relatif rendah maka udara dapat menampung lebih banyak uap air sehingga laju evaporasi meningkat. Pemodelan hasil analisis yang didapatkan yaitu model 1 : Ev = 3,084 + 1,958 U + 0,012 Rn, model 2 : Ev = 3,572 + 0,07 RH + 1,648 U – 0,131 T model 3: Ev = 13,361 – 0,040 RH - 0,028 Rn - 0,171 T. Berdasarkan hasil penelitian, maka model yang dianalisis akan dibandingkan dengan nilai evaporasi dari panci klas A dan model yang paling mendekati dengan hasil evaporasi panci klas A adalah Model 1 dan 3 yang dapat dilihat berdasarkan hasil korelasi dan nilai RMSE.
Pemodelan Spektrum Gelombang di Pantai Barat hingga Selatan Indonesia Bangguna, David S. V. L .; Zalukhu, Aisyah Christine; Laia, Debora; Harianja, Jhonson Andar
Jurnal Kelautan Tropis Vol 28, No 2 (2025): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v28i2.26108

Abstract

Wave spectrum modeling can describe the distribution of wave energy based on frequency and direction over a specific time period in the observed water area. Understanding the energy distribution from the wave spectrum is highly beneficial for designing structures that are stronger, more stable, and resistant to extreme ocean conditions. The aim of this research is to model the wave spectrum characteristics of the waters from the western to southern regions of Indonesia. The western coast of Sumatra Island to the southern coast of Papua Island was selected as the study area because these coastal regions are more exposed to wave propagation from the Indian Ocean, making them more vulnerable to wave impacts. The specific locations include Meulaboh Beach (West Aceh), Sorake (South Nias), Lais (North Bengkulu), Bunton (Cilacap), Jerman Beach (Bali), Walakiri (East Sumba), and Wendu (Merauke). The wave height analysis at the seven locations along the western to southern coasts of Indonesia shows that Walakiri Beach experiences higher wave heights compared to other locations, with wave heights of 4.8 m (West monsoon), 4.9 m (Transitional Season I), 5.7 m (East monsoon), and 4.3 m. During the Transitional Season II, the highest wave energy also occurs at Walakiri Beach. The wave energy values for the four consecutive seasons are: West monsoon (34.461 m²/Hz), Transitional Season I (35.911 m²/Hz), East monsoon (46.180 m²/Hz), and Transitional Season II (23.987 m²/Hz). The wave energy values are directly proportional to the wave heights—the higher the wave, the greater the energy it carries. This occurs because ocean waves are the result of accumulated wind energy that blows across the sea surface.   Pemodelan spektrum gelombang dapat menggambarkan distribusi energi gelombang berdasarkan frekuensi dan arah dalam jangka waktu tertentu pada daerah perairan yang diamati. Pemahaman penyebaran energi dari spektrum gelombang akan sangat membantu perancangan struktur yang lebih kuat, stabil, dan tahan terhadap kondisi laut ekstrem. Tujuan penelitian yaitu untuk memodelkan karakteristik spektrum gelombang dari perairan Barat hingga Selatan Indonesia. Pantai Barat pulau Sumatera hingga pantai Selatan pulau Papua dipilih untuk lokasi penelitian ini karena lokasi pantai ini lebih terbuka terhadap penjalaran gelombang dari Samudra Hindia, sehingga pantai lebih rentan terhadap gempuran gelombang. Lokasi tersebut yaitu pantai Meulaboh (Aceh Barat), Sorake (Nias Selatan), Lais (Bengkulu Utara), Bunton (Cilacap), Jerman (Bali), Walakiri (Sumba Timur), dan Wendu (Merauke). Hasil analisis tinggi gelombang pada tujuh lokasi di pantai Barat hingga Selatan Indonesia, menunjukkan bahwa tinggi gelombang di pantai Walakiri lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi pantai yang lainnya yaitu 4,8 m (musim Barat), 4,9 m (musim Peralihan I), 5,7 m (musim Timur) dan 4,3 m. Saat musim Peralihan 2, energi gelombang terbesar terjadi juga di pantai Walakiri. untuk empat musim berturut-turut dari musim Barat (34,461 m2/hz), musim Peralihan 1 (35,911 m2/Hz), musim Timur (46,180 m2/Hz), musim Peralihan 2 (23,987 m2/Hz). Nilai energi gelombang yang terjadi berbanding lurus dengan tinggi gelombangnya, semakin tinggi gelombang maka energi gelombangnya juga semakin besar, hal ini terjadi karena gelombang di laut merupakan hasil dari akumulasi energi angin yang berhembus di atas permukaan air laut.