Epti Yorita
Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

UPAYA PENCEGAHAN STUNTING MELALUI PENDAMPINGAN KADER DALAM SKRINING DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA Susilo Damarini; Epti Yorita; Sri Yanniarti; Rolita Efriani
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 8, No 4 (2024): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v8i4.23406

Abstract

Abstrak: Kejadian stunting di Indonesia masih tinggi, termasuk di Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Seluma, dengan salah satu lokus di Kelurahan Babatan. Stunting berdampak negatif terhadap perkembangan kognitif, menurunkan produktivitas, dan kemampuan akademik anak. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita perlu dilakukan secara rutin dan teratur, melibatkan kader sebagai modal sosial masyarakat di bidang kesehatan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader melalui pendampingan dalam skrining Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDDTK) Balita. Tahapan persiapan, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi. Mitra kegiatan berupa kader sebagai peserta pendampingan berjumlah 15 orang, sementara mitra sasaran adalah ibu dengan anak balita berjumlah 30 orang dan anak balita berjumlah 30 orang. Tempat pelaksanaan adalah Kelurahan Babatan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma. Evaluasi dilakukan menggunakan kuesioner dan observasi dengan lembar checklist untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan kader dalam SDDTK. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pengetahuan kader, dengan jumlah kader berkategori baik meningkat dari 5 orang (33,3%) menjadi 12 orang (80%). Pengetahuan kader yang kurang menurun dari 10 orang (66,7%) menjadi 3 orang (20%) setelah kegiatan. Keterampilan kader dalam melakukan skrining SDDTK juga meningkat, dari 26,7% dalam kategori terampil menjadi 80%, sedangkan kategori kurang terampil menurun dari 73,3% menjadi 20%.Abstract: The incidence of stunting in Indonesia is still high, including in Bengkulu Province and Seluma Regency, with one of the loci in Kelurahan Babatan. Stunting has a negative impact on children's cognitive development, reduced productivity and school performance. Monitoring the growth and development of young children needs to be done routinely and regularly, involving cadres as the community's social capital in the health sector. This community service activity aims to increase the knowledge and skills of cadres by supporting them in the screening of young children's growth and development (SDDTK). Stages of preparation, implementation, monitoring and evaluation. Activity partners in the form of cadres as mentoring participants are cadres for a total of 15 people, while the target partners are mothers with toddlers for a total of 30 people and the toddlers themselves for a total of 30 people. The implementation site was Babatan village, Sukaraja sub-district, Seluma district. The evaluation was conducted using a questionnaire and observation with a checklist sheet to measure cadres' knowledge and skills in SDDTK. The results showed an increase in cadre knowledge, with the number of cadres in the good category increasing from 5 (33.3%) to 12 (80%). Poor cadre knowledge decreased from 10 people (66.7%) to 3 people (20%) after the activity. The skills of cadres in conducting SDDTK screening also increased from 26.7% in the skilled category to 80%, while the less skilled category decreased from 73.3% to 20%.
PENDAMPINGAN KADER PADA POSYANDU E KURATIF SEBAGAI MEDIA KESEHATAN REMAJA Mariati Mariati; Epti Yorita; Dwie Yunita Baska
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 8, No 6 (2024): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v8i6.27550

Abstract

Abstrak: Pernikahan usia muda masih tinggi, menyebabkan kehamilan usia muda yang berrisiko komplikasi kehamilan, persalinan, Ibu usia muda berisiko mengalami kematian pada saat hamil dan bersalin. Pendidikan, sosial ekonomi, teman sebaya, tidak menjadi beban orang tua, dorongan orang tua karena malu anak sudah hamil diluar nikah merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kejadian pernikahan dini. melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan oleh Tim Dosen Poltekkes Kemenkes Bengkulu berupa pembentukan Posyandu R-KURATIF di Kelurahan Lempuing merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas remaja. Mitra terdiri dari mitra sasaran utama kader, kelompok remaja yang berjumlah 40 orang, dan mitra kegiatan yaitu petugas Puskesmas, Petugas PLKB, dan Kepala Lurah Lempuing. Tempat pelaksanaan di Balai Pertemuan Kelurahan Lempuing, Kota Bengkulu. Evaluasi dilakukan dengan kuesioner pre dan post test untuk mengukur pengetahuan kader dan remaja. Evaluasi juga dilakukan dengan melihat kemampuan kader dan partisipasi remaja dan observasi pelaksanaan kegiatan Posyandu Kuratif dengan lembar checklist. Hasil kegiatan melalui pelatihan kader dapat meningkatkan pengetahuan kader dari rerata skor 40.00 meningkat menjadi 86.50, serta peningkatan pengetahuan setelah diberikan konseling pada kelompok sebaya oleh kader sebesar 71,43%. Disarankan kepada stake holder Lurah, mitra dari BKKBN dan Puskesmas untuk melalukan monitoring dan evaluasi keberlangsungan posyandu R Kuratif dengan melibatkan kader yang telah dilatih dan karang taruna.Abstract: Young marriages are still high, causing young pregnancies at risk of complications in pregnancy, childbirth, young mothers are at risk of death during pregnancy and childbirth. Education, socio-economic, peers, not being a burden on parents, parental encouragement because they are ashamed that their child is pregnant out of wedlock are factors that contribute to the occurrence of early marriage. through Community Service activities carried out by the Bengkulu Ministry of Health Polytechnic Lecturer Team in the form of the establishment of the R-KURATIF Posyandu in Lempuing Village is a strategic step to improve the quality of adolescents. Partners consist of the main target partners of cadres, a group of adolescents totaling 40 people, and activity partners, namely Health Center officers, PLKB Officers, and the Head of Lempuing Village. The venue is at the Lempuing Village Meeting Hall, Bengkulu City. The results of activities through cadre training can increase cadre knowledge from an average score of 40.00 to 86.50, as well as an increase in knowledge after being given counseling in peer groups by cadres of 71.43%. It is recommended to stakeholders of the Village Head, partners of the BKKBN and the Health Center to carry out monitoring and evaluation of the sustainability of the R Kuratif Posyandu by involving trained cadres and youth organizations.