Menstrual pain, or dysmenorrhea, is a common complaint frequently experienced by adolescent girls, characterized by lower abdominal pain that occurs before or during menstruation. This pain is generally caused by uterine muscle contractions due to the release of prostaglandins. This condition can affect quality of life, disrupt daily activities, and reduce concentration in school. Self-exercise is a non-pharmacological method that can be performed independently, offering benefits such as improving blood circulation and relieving muscle tension. This community service activity aimed to provide self-exercise training to reduce menstrual pain at Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Pekanbaru, attended by 30 students. During the activity, questionnaires were used to collect data regarding the participants' experiences with menstrual pain and their usual pain management methods. Pretests and post-tests were conducted to measure changes in participants' understanding of menstrual pain and its management. Self-exercise guide brochures were distributed to support home practice. The results showed a significant increase in participants' understanding of menstrual pain management after the training. Before the education was provided, 6 participants (20%) had good knowledge, while 24 participants (80%) were in the moderate category. After the education, 28 participants (93.3%) demonstrated good knowledge, with only 2 participants (6.7%) remaining in the moderate category. Thus, empowering adolescent girls through self-exercise training proved effective in enhancing their understanding of menstrual pain management.ABSTRAKNyeri haid atau dismenore adalah keluhan umum yang sering dialami oleh remaja putri, yang ditandai dengan rasa sakit di perut bagian bawah yang terjadi sebelum atau selama menstruasi. Nyeri ini umumnya disebabkan oleh kontraksi otot rahim akibat pelepasan prostaglandin. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup, mengganggu aktivitas sehari-hari, dan menurunkan konsentrasi belajar di sekolah. Self exercise merupakan metode non-farmakologis yang dapat dilakukan secara mandiri, dengan manfaat meningkatkan sirkulasi darah dan meredakan ketegangan otot. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan memberikan pelatihan self exercise guna mengurangi nyeri haid di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Pekanbaru, yang dihadiri oleh 30 siswi. Selama kegiatan, kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengalaman nyeri haid dan penanganan yang biasa dilakukan. Pretest dan post-test dilaksanakan untuk mengukur perubahan pemahaman peserta tentang nyeri haid dan cara penanganannya. Leaflet panduan self exercise dibagikan untuk mendukung praktik di rumah. Hasil menunjukkan bahwa pemahaman peserta mengenai penanganan nyeri haid meningkat secara signifikan setelah pelatihan. Sebelum diberikan edukasi, 6 orang (20%) memiliki pengetahuan yang baik, sementara 24 orang (80%) berada pada kategori sedang. Setelah diberikan edukasi, 28 orang (93,3%) menunjukkan pengetahuan yang baik, dan hanya 2 orang (6,7%) yang masih memiliki pengetahuan di kategori sedang. Dengan demikian, pemberdayaan remaja putri melalui pelatihan self exercise terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman remaja putri tentang penanganan nyeri haid.