Siti Hazar
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Penetapan Kadar Flavonoid Total Sari Rimpang Temu Mangga (Curcuma mangga Valeton & Zijp) Segar dan Terfermentasi Ghina Hanifah Nur Azizah; Siti Hazar; Fetri Lestari
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15029

Abstract

Abstract. The rhizome of temu mango (Curcuma mango Valeton & Zijp), is a plant from the zingiberaceae family that has a variety of secondary metabolites that are responsible for various pharmacological activities including antioxidants, antipyretics, and antitoxins. One of the secondary metabolites found in the rhizome of the temu mango is the group of flavonoid compounds which are included in phenolic compounds. Efforts that can be made to increase the levels of this group of compounds are through the fermentation process. Fermentation is a method of bioprocessing processed food that is reported to increase the bio-conversion of phenolic compounds from conjugated form to their free form, so that it is expected to increase their bioactivity in the body. This study was conducted to see the effect of fermentation on the total flavonoid content of fresh and fermented temu mango rhizomes, where fermentation was carried out using Lactobacillus bulgaricus starter with a fermentation period of 18 and 24 hours. The determination of the total flavonoid content of the test sample was carried out using the AlCl3 reagent with quercetin as the standard compound and then measured using UV-Vis spectrophotometry. Based on the results of the study, through the fermentation process, there has been an increase in the total flavonoid content of fermented temu mango rhizome juice for 18 and 24 hours compared to the fresh juice with a p < value of 0.05. The total flavonoid content of fresh, fermented mango rhizome juice for 18 hours and 24 hours, respectively, were 66,364±4,212; 80,685±5,155; and 92,846±2,953 mgQE/100 grams of Fresh Rhizomes. Abstrak. Rimpang temu mangga (Curcuma mangga Valeton & Zijp), merupakan tanaman dari famili zingiberaceae yang memiliki beragam metabolit sekunder yang bertanggung jawab atas berbagai macam aktivitas farmakologi diantaranya sebagai antioksidan, antipiretik, dan antitoksin. Salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada rimpang temu mangga yaitu golongan senyawa flavonoid yang termasuk kedalam senyawa fenolik. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar golongan senyawa ini adalah melalui proses fermentasi. Fermentasi merupakan metode bioproses olahan pangan yang dilaporkan dapat meningkatkan bio-konversi senyawa fenolik dari bentuk terkonjugasi ke bentuk bebasnya, sehingga dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan bioaktivitasnya didalam tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh fermentasi terhadap kadar flavonoid total sari rimpang temu mangga segar dan terfermentasi, dimana fermentasi dilakukan menggunakan starter Lactobacillus bulgaricus dengan lama fermentasi selama 18 dan 24 jam. Penetapan kadar flavonoid total sampel uji dilakukan dengan menggunakan reagen AlCl3 dengan kuersetin sebagai senyawa standarnya lalu diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Berdasarkan hasil penelitian, melalui proses fermentasi telah terjadi peningkatan kadar flavonoid total sari rimpang temu mangga terfermentasi 18 dan 24 jam dibandingkan dengan sari segarnya dengan nilai p < 0.05. Kadar flavonoid total sari rimpang temu mangga segar, difermentasi 18 jam, dan 24 jam, berturut-turut adalah 66,364±4,212; 80,685±5,155; dan 92,846±2,953 mgQE/100 gram Rimpang Segar.
Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Daun Dadap Serep (Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr) terhadap Trichophyton mentagrophytes dan Malassezia furfur Revi Eluvia Zahra; Lanny Mulqie; Siti Hazar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15037

Abstract

Abstract. The efficacy of dadap serep (Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr) leaves is shown by the presence of secondary metabolite compounds that are very potential so that they can be used as natural antifungals. The results of phytochemical screening of ethanol extracts of dadap serep leaves showed the presence of alkaloid compounds, flavonoids, saponins and tannins that have antimicrobial activity. The purpose of this study was to determine the antifungal activity of dadap leaf extract against Trichophyton mentagrophytes and Malassezia furfur. This study used agar diffusion method with variation of concentration of ethanol extract of dadap serep leaves 50%; 25%; 20%; 15%; 10% and 5%. Comparator used ketoconazole and DMSO solvent control. Antifungal activity test parameters are indicated by the presence of inhibition zone characterized by the presence of clear zone around the punctures. The diameter of the inhibition zone formed against the fungus Trichophyton mentagrophytes with a concentration variation of 50%; 25%; 20%; 15%; 10% and 5% was 5.50 mm; 5.37 mm; 5.33 mm; 3.81 mm; 2.47 mm; 1.94 mm. While the diameter of the inhibition zone formed against Malassezia furfur fungus was 5.68 mm; 4.45 mm; 4.01 mm; 3.91 mm; 2.89 mm; 1.77 mm. Abstrak. Khasiat daun dadap serep (Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr) ditunjukan dengan adanya senyawa metabolit sekunder yang sangat potensial sehingga dapat digunakan sebagai antijamur alami. Hasil skrining fitokimia dari ekstrak etanol daun dadap serep menunjukkan adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang memiliki aktivitas antimikroba. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak daun dadap serep terhadap jamur Trichophyton mentagrophytes dan Malassezia furfur. Penelitian ini dengan metode difusi agar cara sumuran dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun dadap serep 50%; 25%; 20%; 15%; 10% dan 5%. Pembanding yang digunakan ketokonazol dan kontrol pelarut DMSO. Parameter pengujian aktivitas antijamur ditunjukan dengan adanya zona hambat yang ditandai dengan adanya zona bening disekitar sumuran. Diameter zona hambat yang terbentuk terhadap jamur Trichophyton mentagrophytes dengan variasi kosentrasi 50%; 25%; 20%; 15%; 10% dan 5% sebesar 5,50 mm; 5,37 mm; 5,33 mm; 3,81 mm; 2,47 mm; 1,94 mm. Sedangkan diameter zona hambat yang terbentuk terhadap jamur Malassezia furfur sebesar 5,68 mm; 4,45 mm; 4,01 mm; 3,91 mm; 2,89 mm; 1,77 mm.
Karakterisasi Larutan Eco-Enzyme dari Kulit Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Kulit Terong Ungu (Solanum melongena L.) Ghania Putri Visthiany; Dina Mulyanti; Siti Hazar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15051

Abstract

Abstract. Waste is a major problem in environmental problems, which is dominated by organic waste. Eco-enzyme product is one of the organic waste management that is very useful in the environment. Eco-enzyme is a fermented liquid made from vegetable and fruit waste produced through a simple fermentation process with the addition of sugar. The purpose of this research is to make eco-enzyme solution from potato peel, purple eggplant peel and combination and to do the Characterization. This research was conducted in two stages: making eco-enzyme solution from potato peel and purple eggplant peel and measuring the characteristics based on organoleptic with five senses and pH using pH meter. The results showed that the eco-enzyme solution from potato skin and purple eggplant skin had an acidic pH (3-4). Abstrak. Sampah merupakan masalah utama dalam permasalahan lingkungan yang didominasi oleh sampah organik. Produk eco-enzyme merupakan salah satu pengelolaan sampah organik yang sangat bermanfaat dalam lingkungan. Eco-enzyme adalah cairan fermentasi yang terbuat dari limbah sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan melalui proses fermentasi sederhana dengan penambahan gula. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat larutan eco-enzyme dari kulit kentang, kulit terong ungu dan kombinasi serta melakukan Karakteristik. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap: pembuatan larutan eco-enzyme dari kulit kentang dan kulit terong ungu dan pengukuran Karakteristik berdasarkan organoleptis dengan panca indra dan pH menggunakan pH meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan eco-enzyme dari kulit kentang dan kulit terong ungu memiliki pH asam (3-4).
Perbandingan Aktivitas Antijamur dari Tanaman Syzygium terhadap Jamur Candida albicans Alika Ismita; Umi Yuniarni; Siti Hazar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15284

Abstract

Abstract. Candida albicans fungal infections are a common health problem, especially in individuals with weakened immune systems. Treatment is often hampered by drug resistance. This study aims to compare the antifungal activity of the Syzygium plant against the growth of Candida albicans in vitro. The research method used is the agar well diffusion method. The parameter measured is the formation of a clear zone around the well. The results showed that 3 plants had antifungal activity against Candida albicans. The diameter of the inhibition zone formed for the ethanol extract of red shoot leaves at a concentration of 1% was 12.95 mm, at a concentration of 5% was 14.525 mm, at a concentration of 10% was 14.175 mm, and at a concentration of 20% was 17 mm. For rose guava leaves at a concentration of 5% it was 12.825 mm, at a concentration of 10% it was 15.975 mm, and at a concentration of 20% it was 17.375 mm. Meanwhile, for kupa leaves at a concentration of 5% it was 11.425 mm, at a concentration of 10% it was 14.15 mm, and at a concentration of 20% it was 15.575 mm. Abstrak. Infeksi jamur Candida albicans merupakan masalah kesehatan yang umum, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Pengobatannya seringkali terhambat oleh resistensi obat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antijamur dari tanaman Syzygium terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. Metode penelitian yang digunakan adalah metode difusi agar sumuran. Parameter yang diukur adalah terbentuknya zona bening di sekitar sumuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 tanaman memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans. Diameter zona hambat yang terbentuk untuk ekstrak etanol daun pucuk merah pada konsentrasi 1% sebesar 12,95 mm, pada konsentrasi 5% sebesar 14,525 mm, pada konsentrasi 10% sebesar 14,175 mm, dan pada konsentrasi 20% sebesar 17 mm. Untuk daun jambu mawar pada konsentrasi 5% sebesar 12,825 mm, pada konsentrasi 10% sebesar 15,975 mm, dan pada konsentrasi 20% sebesar 17,375 mm. Sedangkan untuk daun kupa pada konsentrasi 5% sebesar 11,425 mm, pada konsentrasi 10% sebesar 14,15 mm, dan pada konsentrasi 20% sebesar 15,575 mm.