Dina Mulyanti
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Formulasi Lip Scrub Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) dan Ampas Kopi sebagai Eksfoliator Indah Maulida Rakhmah; Gita Cahya Eka Darma; Dina Mulyanti
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.14687

Abstract

Abstract. Desquamation is a process of sloughing off dead skin cells or keratin in the outermost layer of the epidermis that can accumulate on the skin's surface. Lip scrub is a semi-solid dosage form that contains rather coarse ingredients to remove dead skin cells on the lips, where the hard layer above it will be replaced with a new, healthier layer of cells. Sunflower seed oil contains active compounds that are emollient, namely oleic acid. Emollients generally consist of lipids that work by filling the gaps of inter-corneocyte cluster gaps in desquamated skin to moisturize and increase skin flexibility. Currently, coffee waste is one of the problems that exist in the environment. In this study, coffee grounds are reprocessed as an effort to overcome the environmental impact of coffee waste, which functions as a lip scrub. In this study, lip scrub was prepared in different concentration variations namely 3, 6, 9, and 12% to determine its ability to remove dead skin cells. The final evaluation of the lip scrub includes physicochemical tests, stability, and dead skin cell lifting power. The results of physicochemical evaluation and stability using the cycling test method showed that the physically stable formula was formula B2. The evaluation of the dead skin cell lifting power analyzed by the one-way ANOVA statistical test showed that Formula B2 with 6% coffee grounds concentration, which was able to lift dead skin cells as much as 0.161 grams, provides significantly different dead skin cell lifting power against the control (+) (P<0.05). Abstract. Deskuamasi adalah proses pengelupasan sel kulit mati atau keratin pada lapisan terluar epidermis yang dapat menumpuk pada permukaan kulit. Lip scrub merupakan bentuk sediaan setengah padat yang mengandung bahan agak kasar untuk mengangkat sel kulit mati pada bibir, dimana lapisan keras di atasnya akan digantikan dengan lapisan sel baru yang lebih sehat. Minyak biji bunga matahari mengandung senyawa aktif yang bersifat emolien yaitu asam oleat. Emolien umumnya terdiri dari lipid yang bekerja dengan mengisi celah cluster gap interkorneosit pada kulit yang mengalami deskuamasi untuk melembabkan dan meningkatkan fleksibilitas kulit. Saat ini limbah kopi menjadi salah satu masalah yang ada pada lingkungan. Pada penelitian ini ampas kopi diolah kembali sebagai upaya untuk mengatasi dampak lingkungan limbah kopi, dimana berfungsi sebagai scrub bibir. Pada penelitian ini lip scrub dibuat dalam berbagai variasi konsentrasi yaitu 3, 6, 9, dan 12% untuk mengetahui kemampuannya dalam mengangkat sel kulit mati. Evaluasi akhir lip scrub meliputi uji fisikokimia, stabilitas, dan daya angkat sel kulit mati. Hasil evaluasi fisikokimia dan stabilitas menggunakan metode cycling test menunjukkan formula yang stabil secara fisik yaitu Formula B2. Evaluasi daya angkat sel kulit mati dianalisis menggunakan uji statistik One-Way ANOVA menunjukkan bahwa formula B2 dengan konsentrasi ampas kopi sebesar 6% dimana mampu mengangkat sel kulit mati sebanyak 0,161 gram, memberikan daya angkat sel kulit mati yang berbeda bermakna terhadap kontrol (+) (sig. < α = 0,05).
Karakterisasi Larutan Eco-Enzyme dari Kulit Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Kulit Terong Ungu (Solanum melongena L.) Ghania Putri Visthiany; Dina Mulyanti; Siti Hazar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15051

Abstract

Abstract. Waste is a major problem in environmental problems, which is dominated by organic waste. Eco-enzyme product is one of the organic waste management that is very useful in the environment. Eco-enzyme is a fermented liquid made from vegetable and fruit waste produced through a simple fermentation process with the addition of sugar. The purpose of this research is to make eco-enzyme solution from potato peel, purple eggplant peel and combination and to do the Characterization. This research was conducted in two stages: making eco-enzyme solution from potato peel and purple eggplant peel and measuring the characteristics based on organoleptic with five senses and pH using pH meter. The results showed that the eco-enzyme solution from potato skin and purple eggplant skin had an acidic pH (3-4). Abstrak. Sampah merupakan masalah utama dalam permasalahan lingkungan yang didominasi oleh sampah organik. Produk eco-enzyme merupakan salah satu pengelolaan sampah organik yang sangat bermanfaat dalam lingkungan. Eco-enzyme adalah cairan fermentasi yang terbuat dari limbah sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan melalui proses fermentasi sederhana dengan penambahan gula. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat larutan eco-enzyme dari kulit kentang, kulit terong ungu dan kombinasi serta melakukan Karakteristik. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap: pembuatan larutan eco-enzyme dari kulit kentang dan kulit terong ungu dan pengukuran Karakteristik berdasarkan organoleptis dengan panca indra dan pH menggunakan pH meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan eco-enzyme dari kulit kentang dan kulit terong ungu memiliki pH asam (3-4).
Potensi Bahan Alam Penghambat Enzim Tirosinase sebagai Pemutih Kulit dalam Bentuk Sediaan Krim Kosmetika Imola Septhialika Mardhatilla; Dina Mulyanti; Hanifa Rahma
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15089

Abstract

Abstract. Whitening cream is a cosmetic preparation that is used on the surface of the skin to change the skin color to be white and bright from the original skin. Researchers developed cosmetics derived from natural ingredients that are considered to have few side effects. This study was carried out using the Systematic Literature Review (SLR) method with the aim of finding out natural ingredients that can produce whitening effects. The results of the study showed that castor tint sap had a very strong affinity in inhibiting the activity of the tyrosinase enzyme, with a value of 39.37 nm. In honey extract and tea extract, IC50 values were obtained above 1000 μg/ml so that it was very weak in inhibiting the activity of the tyrosinase enzyme. Cashew leaf extract showed tyrosinase inhibition activity at a concentration of 0.100 mg/mL. Then in 25 plants in Mpumalanga province, South Africa, an IC50 of 200 μg/ml was obtained. Kenaf leaf extract is effective in inhibiting the activity of tyrosinase enzymes, both at the monophenolase stage (30.28 ± 3.90%) and diphenolase (11.40 ± 0.29%). In S. siliquosum, it was obtained (IC50: 65.0 μg equivalent of gallic acid per ml). Then three types of brown seaweed (Sargassum) were obtained with a value of 64.72 ± 0.46%. Rorippa nasturtium-aquaticum plants, Clausena anisata, Chenopodium album L., and Cassipourea flanaganii, obtained IC50 values between 1.42 and 1.55 μg/mL. And corn cob extract obtained an IC50 value of 12.45 μg/mL. Abstrak. Krim pemutih merupakan sediaan kosmetika yang digunakan pada permukaan kulit untuk mengubah warna kulit menjadi putih dan cerah dari kulit aslinya. Peneliti mengembangkan kosmetika berasal dari bahan alam yang dianggap memiliki efek samping yang sedikit. Kajian ini dilakukan dengan metode Systematic Literature Review (SLR) bertujuan untuk mengetahui bahan alam yang dapat menghasilkan efek memutihkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa getah jarak tintir memiliki afinitas sangat kuat dalam menghambat aktivitas enzim tirosinase, dengan nilai 39,37 nm. Pada ekstrak madu dan ekstrak teh didapatkan nilai IC50 di atas 1000 μg/ml sehingga sangat lemah dalam menghambat aktivitas enzim tirosinase. Ekstrak daun jambu mete menunjukkan aktivitas penghambatan tirosinase pada konsentrasi 0,100 mg/mL. Lalu pada 25 tanaman di provinsi Mpumalanga, Afrika Selatan didapatkan IC50 yaitu 200 μg/ml. Ekstrak daun kenaf efektif dalam menghambat aktivitas enzim tirosinase, baik pada tahap monofenolase (30,28 ± 3,90%) maupun difenolase (11,40 ± 0,29%). Pada S. siliquosum didapatkan (IC50 65,0 μg setara asam galat per ml). Lalu tiga jenis rumput laut coklat (Sargassum) didapatkan nilai 64,72 ± 0,46%. Tumbuhan Rorippa nasturtium-aquaticum, Clausena anisata, Chenopodium album L., dan Cassipourea flanaganii, didapatkan nilai IC50 antara 1,42 dan 1,55 μg/mL. Serta ekstrak tongkol jagung didapatkan nilai IC50 12,45 μg/mL.
Karakterisasi Larutan Eco-Enzyme dari Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L.) Merr. dan Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) (F.A.C. Weber) Britton & Rose Zaina Alviona Pridesta; Dina Mulyanti; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15559

Abstract

Abstract. Pineapple and dragon fruit plants are often consumed for their fruit, leaving behind their peels as organic waste. This organic waste accumulates and negatively impacts the environment. To reduce the accumulation of fruit peels, there is a need to utilize plant peels as raw materials for eco-enzyme solutions. Eco-enzyme is an environmentally friendly enzyme with numerous benefits, produced as a solution by adding sugar and water. This study aimed to determine the organoleptic characteristics and pH of eco-enzyme solutions made from pineapple and dragon fruit peels. The organoleptic characteristics of the eco-enzyme solutions were observed in terms of odor, color, and the formation of a white layer (mother enzyme), while pH was measured using a pH meter. Results showed that after 3 months of fermentation, the eco-enzyme solutions from both pineapple and dragon fruit peels underwent color changes, had a strong acidic odor characteristic of the respective fruits, and exhibited varying amounts of white layer (mother enzyme). The pH of both solutions ranged from 3. The acidic pH obtained from the eco-enzyme solutions of pineapple and dragon fruit peels is promising for potential applications in pharmaceuticals and household products. Abstrak. Tanaman buah nanas dan buah naga seringkali dikonsumsi buahnya sehingga menyisakan kulit buah, yang menjadi sampah organik dan menimbulkan penumpukan yang tidak baik bagi kesehatan lingkungan. Untuk mengurangi penumpukan sisa kulit buah tersebut maka perlu adanya pemanfaatan kulit buah tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku larutan eco-enzyme. Eco-enzyme adalah enzim ramah lingkungan yang memiliki banyak manfaat dan dibuat dalam bentuk larutan dengan penambahan gula dan air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik organoleptis dan pH pada kulit buah nanas dan kulit buah naga yang dijadikan larutan eco-enzyme. Metode yang digunakan untuk karakteristik larutan eco-enzyme ini yaitu diamati dari segi bau, warna, dan lapisan putih (mama enzim) yang terbentuk untuk pengamatan organoleptis dan untuk pengujian pH menggunakan alat pH meter. Hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik larutan eco-enzyme kulit buah nanas dan kulit buah naga setelah 3 bulan mengalami perubahan warna seiring lama nya waktu fermentasi, memiliki bau asam menyengat dari buahnya, memiliki lapisan putih (mama enzim) yang berbeda beda dari tiap jenis larutan, serta memiliki pH berkisar 3, pH asam yang didapatkan dari larutan eco-enzyme kulit buah nanas dan kulit buah naga ini diharapkan dapat dimanfaatkan menjadi sediaan farmasi dan perbekalan rumah tangga.
Prediksi Epitop Sel B Berbasis Peptida Glikoprotein 160 sebagai Kandidat Vaksin Subunit untuk Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Amelia Putri Permata Sari; Dina Mulyanti; Budi Prabowo Soewondo
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.15600

Abstract

Abstract. The Human Immunodeficiency Virus (HIV) epidemic is still a major threat to public health in the world, including Indonesia. HIV is a virus that infects white blood cells, especially CD4, so that the human immune system decreases. Currently, the treatment of HIV infection is by administering antiretroviral drugs (ARVs), although these drugs cannot eliminate all viruses from the patient's body. Vaccines are an effective effort to prevent infection, but until now there has been no vaccine for HIV that has been approved for use. This study aims to analyze the glycoprotein peptide 160 of the HIV virus that has the potential to be developed into a subunit vaccine in silico. A series of in silico analyses were carried out, including searching for conserved regions and ensuring that B cell epitopes as vaccine candidates can produce an immune response. This study produced 4 candidate epitopes for B cells based on surface accessibility and antigenicity values. The best epitope with a surface accessibility value of 3,516 and antigenicity of 1.07 is owned by the YLKDQQL epitope. This epitope is suspected of having the potential to be a candidate for an HIV vaccine. Abstrak. Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. HIV merupakan virus yang menginfeksi sel-sel darah putih khususnya CD4, sehingga sistem kekebalan tubuh manusia menjadi menurun. Saat ini penanganan infeksi virus HIV adalah dengan pemberian obat antiretroviral (ARV), meskipun obat tersebut tidak dapat menghilangkan seluruh virus dari tubuh penderita. Vaksin merupakan upaya yang efektif untuk mencegah infeksi, tetapi hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk HIV yang berhasil disetujui penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peptida glikoprotein 160 dari virus HIV yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi vaksin subunit secara in silico. Serangkaian analisis in silico dilakukan, termasuk pencarian daerah lestari (conserved) dan memastikan epitop sel B sebagai kandidat vaksin dapat menghasilkan respon imun. Penelitian ini menghasilkan 4 kandidat epitop untuk sel B berdasarkan nilai aksesibilitas permukaan dan antigenisitas. Epitop terbaik dengan nilai aksesibilitas permukaan sebesar 3.516 dan antigenisitas sebesar 1.07 dimiliki oleh epitop YLKDQQL. Epitop tersebut diduga berpotensi sebagai kandidat vaksin HIV.