Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f) Wallich ex Nees) TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis ATCC 6633 Mulqie, Lanny; Hazar, Siti; Septian, Agytesa Ficri
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 4 No 2 (2017): Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 No. 2, 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.143 KB)

Abstract

Telah dilakukan uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat daun sambiloto terhadap bakteri Bacillus subtilis ATCC 6633 melalui penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM) dan nilai kesetaraan fraksi etil asetat terhadap antibiotika pembanding, serta kromatografi lapis tipis (KLT) Bioautografi. Fraksinasi dilakukan dengan cara ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan air. Penentuan KHM dilakukan dengan metode difusi agar, kemudian ditentukan nilai kesetaraan fraksi etil asetat daun sambiloto terhadap antibiotika pembanding (tetrasiklin). Nilai KHM fraksi etil asetat daun sambiloto terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 sebesar 16%. Aktivitas 1 mg fraksi etil asetat daun sambiloto terhadap Bacillus subtilis ATCC 6633 setara dengan 4,457 × 10-5 mg tetrasiklin. Golongan senyawa fraksi etil asetat daun sambiloto yang diduga memiliki aktivitas antibakteri adalah monoterpen dan seskuiterpen.
Aktivitas Antimikroba Fraksi Etil Asetat Daun Ceremai [Phyllanthus acidus (L.) Skeels] terhadap Bakteri Resisten Antimikroba dan Jamur dengan Metode KLT Bioautografi Lanny Mulqie; Kusnandar Anggadireja
Majalah Farmasetika Vol. 4, Supl. 1, Tahun 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v4i0.25889

Abstract

Resistensi dan toksisitas antimikroba menyebabkan penggunaan obat herbal sebagai alternatif  pengobatan berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroba. Ekstrak etanol daun ceremai memiliki aktivitas terhadap VRE, MRCNS, dan Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba fraksi etil asetat daun ceremai terhadap bakteri resisten antimikroba [Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Methicillin-Resistant Coagulase Negative Staphylococcus (MRCNS), Vancomycin Resistant Enterococcus (VRE)] dan jamur uji (Candida albicans, Microsporum gypseum, dan Aspergillus niger) dengan metode KLT bioautografi. Fraksinasi dilakukan dengan cara ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu n-heksan, etil asetat, dan air. KLT bioautografi pada fraksi etil asetat daun ceremai dilakukan menggunakan fase diam silika gel GF254 dan pengembang etil asetat-asam format-asam asetat-air (100:10:10:22), menggunakan sitroborat sebagai penampak bercak. Pada hasil kromatogram terdapat 5 noda yang berfluoresensi hijau kekuningan dengan nilai rf noda 1 sebesar 0,35; noda 2 sebesar 0,43, noda 3 sebesar 0,62, noda 4 sebesar 0,75 dan noda 5 sebesar 0,90 setelah plat disemprot oleh sitroborat dan dilihat di bawah sinar UV. Hasil pengujian aktivitas antimikroba dengan metode KLT bioautografi menunjukkan terbentuknya zona bening yang dihasilkan noda pada plat yang ditempelkan pada media. Fraksi etil asetat daun ceremai memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri resisten antimikroba (MRSA, MRCNS, dan VRE) dan jamur  uji (Candida albicans, Microsporum gypseum, dan Aspergillus niger) yang dihasilkan oleh noda 1 (rf 0,35), noda 2 (rf 0,43), noda 3 (rf 0,62), noda 4 (rf 0,75), dan noda 5 (rf 0,90). Golongan senyawa yang diduga memiliki aktivitas antimikroba adalah flavonoid.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN MIKROEMULSI MINYAK JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) TERHADAP TIGA BAKTERI PENYEBAB JERAWAT Sani Ega Priani; Tati Kurniati; Lanny Mulqie
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol 5 No 1 (2020): JIIS
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.387 KB) | DOI: 10.36387/jiis.v5i1.349

Abstract

Black seed oil is known to contain thymoquinone and other active compounds that have antibacterial activity and potential to be developed as an anti-acne agent. The objective of this research is to develop microemulsion gel containing black seed oil and determine the antibacterial activity to three acne-causing bacteria. Black seed oil was characterized and developed to microemulsion gel preparation. Microemulsion gel was prepared using tween 80, glycerine, HPMC as surfactant, cosurfactant, and gelling agent. Microemulsion gel was evaluated including organoleptic, pH, viscosity, rheology, and stability tests. Antibacterial activity was conducted by a well diffusion method to Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus. The result shows the formulated microemulsion gives transparent appearance and stabile. The microemulsion gel has an antibacterial activity to Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, and Staphylococcus aureus with an average inhibitory zone 15.00 ± 1.70, 12.7 ± 0.42, 14.39 ± 0.37 mm, respectively.
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) PEROKOK Risa Apriani Hilyah; Fetri Lestari; Lanny Mulqie
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v4i1.6649

Abstract

ABSTRAKKebiasaan merokok merupakan salah satu gaya hidup yang dapat menimbulkan masalah kesehatan terutama penyakit kardiovaskular karena rokok mengandung bahan kimia beracun, salah satu diantaranya adalah gas CO. CO yang terhirup akan berikatan dengan hemoglobin sehingga kemampuan darah dalam mensuplai O2 ke jaringan menjadi berkurang. Pengukuran kadar CO menggunakan smokerlyzer menjadi metode alternatif untuk pendeteksian dini gangguan kesehatan akibat rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar CO perokok di wilayah Puskesmas Antapani Kota Bandung. Penelitian bersifat observasional dengan desain case control study yang dilakukan di wilayah Puskesmas Antapani Kota Bandung. Sampel penelitian berjumlah 10 orang perokok yang diambil secara convenience sampling. Pengukuran kadar CO dilakukan dengan menggunakan smokerlyzer. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar CO perokok di wilayah Puskesmas Antapani Kota Bandung. Jumlah rokok perhari dan lama merokok memiliki korelasi bermakna dengan kadar CO dengan nilai r=0.698) dan (r=0.755). ABSTRACTSmoking is one of habits that can cause much more health problems than cardiovascular disease because in every cigarette contain toxic chemicals, one of them CO. The inhaled carbon monoxide will be bound to the haemoglobin in blood reducing its ability to transport O2 to body tissues. CO measurement using smokerlyzer is an alternative method for early detection of a health disorder caused by smoking. This study aims to find out the correlation between smoking habits and CO levels of in a district in the city of Bandung. The study is a observasional research in design of case control study in Antapani Public Health Centre Bandung City. The samples were taken from 10 people using convenience sampling technique. The measurement of CO levels was done using smokerlyzer. The result shows that there is a correlation beetwen smoking habits and CO levels of smokers study in Antapani Public Health Centre Bandung City. The number of cigarettes a day and along time smoking is correlated with a meaningful CO levels r=0.698) and (r=0.755).
POTENSI ANTIBAKTERI FRAKSI AIR DAUN JAMBU AIR [Eugenia aqueum (Burm. F) Alston] TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Lanny Mulqie; Suwendar Suwendar; Ratu Choesrina; Dieni Mardliyani
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v4i1.6818

Abstract

Penyakit infeksi memiliki peranan yang cukup besar untuk terjadinya morbiditas dan mortalitas baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penerimaan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional untuk menangani penyakit mencapai 58%. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional yaitu daun jambu air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri daun jambu air terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli melalui penetapan konsentrasi hambat minimum (KHM) dan tipe kerja fraksi air daun jambu air. Fraksinasi dilakukan dengan cara ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan air. Penetapan KHM dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan teknik sumur. Penentuan tipe kerja dilakukan dengan metode turbidimetri. Hasil pengujian menunjukkan bahwa fraksi air daun jambu air memiliki aktivitas antibakteri dengan nilai KHM 0,78%. Tipe kerja fraksi air daun jambu air adalah bakterisid primer.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU AIR [Eugenia aqueum (Burm. F) Alston] DENGAN MIKRODILUSI AGAR Lanny Mulqie; Suwendar Suwendar; Muhammad Fakhrur Rajih; Dieni Mardliyani; Imas Yumniati; Widiasari Widiasari; Zakiyyah Nurrosyidah
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v5i1.7849

Abstract

Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia cukup berlimpah. Tanaman merupakan sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah jambu air. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu air terhadap S. aureus, dan E.coli dan penetapan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM), serta pengujian konsentrasi bunuh minimum (KBM). Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan etanol 96%. Penetapan KHM dilakukan dengan metode mikrodilusi agar. Pengujian KBM dilakukan dengan menggoreskan sejumlah 5 µL alikuot dari sumur pelat mikro yang menunjukkan kejernihan diatas media MHA. Nilai KHM dan KBM ekstrak etanol daun jambu air terhadap S. aureus, dan E.coli yaitu 20.000 μg/mL dan 40.000 μg/mL.
POTENSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU AIR [Eugenia aqueum (Burn F.) Alston] TERHADAP STHAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI Ratu Choesrina; Suwendar Suwendar; Lanny Mulqie; Dieni Mardliyani
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v2i1.4230

Abstract

Staphylococcus aureus (S. Aureus) is a constituent of the Gram positive type of normal flora. But if the amount is excessive it will become a pathogen in humans. Likewise with Escherichia coli (E. coli) which is a gram negative bacterium.Antibacterials that are available generally have a broad spectrum, so that side effects can damage normal flora if used long-term, according to the results of a study by Hariyati et al. The ethanol extract has great potential as an antimicrobial source. flavonoids, phenolic compounds and tannins have antibacterial properties. This antibacterial activity test uses agar diffusion method with wells to determine MIC, work spectrum, and work type against test bacteria (with turbidimetry method), the series of ethyl acetate fraction concentrations used is 50%; 25%; 12.5%; 6.25%; 3.13%; 1.56%; 0.78%; 0.31%. Then compared with the comparative antibiotic tetracycline using regression analysis. Ethyl acetate fraction of guava leaves has anti-bacterial activity against S. aureus and E. coli with KHM values of 12.50%. The working type of ethyl acetate fraction tends to be bactericidal in both S. aureus and E. coli. Equality of activity against S. aureus from 1 g of ethyl acetate fraction to tetracycline was 0.0295 g whereas for E. coli it was 0.0186 g.Keywords: antibacterial, Staphylococcus aureus, Escherichia coli
Studi Literatur Aktivitas Antibakteri dari Tanaman Famili Malvaceae Tika Siti Fatimah; Lanny Mulqie
Jurnal Riset Farmasi Volume 1, No. 2, Desember 2021, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.543 KB) | DOI: 10.29313/jrf.v1i2.454

Abstract

Abstract. Infections is one of the problem in the world of health that develops from time to time. Infections caused by bacteria and can be treated with antibiotics. Inappropriate use antibiotics can lead to resistance problem and various unexpected reactions. Therefore, it is necessary to support the treatment of infections, including using natural compounds. One of the plant families that can be used to treat infections is a plant from malvaceae family. This studi aimed to determine the potential antibacterial activity and compounds that contained in plants of malvaceae family. The analysis of this study using literature studies method from various research journals that have been published national and international regarding antibacterial activity and compounds that contained in plants of malvaceae family. Based on literature studies, plants from malvaceae family can inhibit the growth of bacteria such as S. aureus, S. epidermidis, S. mutans, MRSA, E. coli, S. pyogenes, P. aeruginosa, K. pneumonia, S. thypimurium, B. substillis, E. faecali, and P. acnes. Grups of compounds that have the potential as an antibacterial include alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, terpenoid, n-hexacos-11-enoic acid, stigmasterol, and -sitosterol. Abstrak. Penyakit infeksi adalah salah satu masalah dalam dunia kesehatan yang berkembang dari waktu ke waktu. Infeksi yang disebabkan oleh bakter dapat diobati dengan antibiotika. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah resistensi dan berbagai macam reaksi yang tidak diharapkan. Maka dari itu perlu adanya penunjang pengobatan infeksi diantaranya dengan menggunakan bahan alam. Salah satu keluarga tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi adalah tanaman dari famili malvaceae. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi aktivitas antibakteri dan kandungan senyawa yang terdapat pada tanaman famili malvaceae. Penelitian dilakukan dengan metode penelusuran pustaka melalui jurnal penelitian yang dipublikasikan di jurnal nasional maupun jurnal internasional mengenai aktivitas antibakteri dan kandungan senyawa pada tanaman famili malvaceae. Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan, tanaman famili malvaceae dapat menghambat pertumbuhan bakteri. S. aureus, S. epidermidis, S. mutans, MRSA, E. coli, S. pyogenes, P. aeruginosa, K. pneumonia, S. thypimurium, B. substillis, E. faecali, dan P. acnes. Senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri diantaranya alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, terpenoid, n-hexacos-11-enoic acid, stigmasterol, dan -sitosterol.
Review Artikel: Aktivitas Antijamur dari Tanaman Marga Ocimum Nia Epawati; Lanny Mulqie
Jurnal Riset Farmasi Volume 2, No. 1, Juli 2022, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.418 KB) | DOI: 10.29313/jrf.v2i1.845

Abstract

Abstract. The Ocimum genus can empirically be used as an anti-infective, one of which is an antifungal. Fungi that cause infection include Candida albicans and Aspergillus niger. As for other options that can be used as an antifungal alternative, namely plants from the Ocimum clan such as basil, nimma tulsi, lemon basil, and camphor basil. The purpose of this article review is to determine the antifungal activity and determine the chemical content of any compounds contained in the Ocimum plant. This research method is carried out using a Systematic Literature Review (SLR) through reputable research journals. Based on the data obtained that plants from the Ocimum genus have the potential to inhibit the growth of Candida albicans and Aspergillus niger fungi with a range of MIC values (mg/mL) in basil against Candida albicans and Aspergillus niger respectively 0.000028-1,56 and 0,05-0,15. Nimma tulsi 0,5-2 and 0,075. Camphor basil 0,00173-6,25 and 0,00156. Lemon Bacil against Candida albicans 1,56-20. The chemical constituents obtained from Ocimum are linalool, geraniol, p-allylanisole, 1,8-cineol, thymol, γ -terpinene, borneol, p-cymene, neryl acetate, limonene, eugenol, β-Caryophyllene, Germacrene D, γ-cardinene, trans-sabinene hydrate, eugenol, and methyl eugenol. Abstrak. Tanaman marga Ocimum secara empiris digunakan sebagai anti infeksi salah satunya sebagai antijamur. Jamur penyebab infeksi diantaranya yaitu Candida albicans dan Aspergillus niger. Adapun pilihan lain yang dapat digunakan alternatif sebagai antijamur yaitu tanaman dari marga Ocimum seperti kemangi, selasih mekah, ruku-ruku, dan kemangi kamfer. Tujuan review artikel ini yaitu untuk mengetahui aktivitas antijamur dan mengetahui kandungan kimia senyawa apa saja yang terdapat pada tanaman Ocimum. Metode penelitian ini dilakukan secara Systematic Literatur Review (SLR) melalui jurnal penelitian bereputasi. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tanaman dari marga Ocimum mempunyai potensi dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan Aspergillus niger dengan diperoleh rentang nilai KHM (mg/mL) pada kemangi terhadap Candida albicans dan Aspergillus niger masing-masing 0,000028-1,56 dan 0,05-0,15. Ruku-ruku masing-masing 0,5-2 dan 0,075. Kemangi kamfer masing-masing 0,00173-6,25 dan 0,00156. Selasih mekah terhadap Candida albicans 1,56-20. Kandungan kimia yang diperoleh dari Ocimum yaitu linalool, geraniol, p-allylanisole, 1,8-sineol, thymol, γ-terpinene, borneol, p-cymene, neryl acetate, limonen, β-Caryophyllene, Germacrene D, γ-cardinene, trans‐sabinene hydrate, eugenol dan methyl eugenol.
Studi Pustaka Potensi Aktivitas Antimikroba dari Babadotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap Bakteri dan Fungi Neng Yani; Lanny Mulqie
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.163 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i1.2214

Abstract

Abstract. Babadotan plants (Ageratum conyzoides L.) is a wild plant that is empirically used as a treatment for several infectious diseases. Bacteria that cause infection include Gram-positive bacteria such as Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Staphylococcus pyogenes and Gram-negative bacteria such as Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, Proteus vulgari. Fungi that cause infections such as Candida albicans and Aspergillus niger. Fungi that cause infections such as Candida albicans and Aspergillus niger. The purpose of this study was to determine the antimicrobial potential of the Babadotan plant (Ageratum conyzoides L.) and also to identify the compounds that have antimicrobial potential. The method used in this study is a Systematic Literature Review by collecting various research data on the Babadotan plant as an antimicrobial. The results of the literature study indicate that the babadotan plant has moderate to weak antibacterial potential in inhibiting Gram positive bacteria, namely Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Staphylococcus pyogenes and Gram negative bacteria, namely Escherichia coli, pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, proteus vulgari. Meanwhile, the antifungal potency of babadotan against Candida albicans and Aspergillus niger is strong and weak. Based on the literature study, it is also known that the metabolite compounds that act as antimicrobials from babadotan (Ageratum conyzoides L.) terpenoid plants are Precocene II (6-dimethoxy ageratochromene), β-sesquiphellandrene, β-caryophyllene, trans-β-farnesene and Germacrene-D. Abstrak. Tanaman Babadotan (Ageratum conyzoides L.) merupakan tanaman liar yang secara empiris dimanfaat sebagai pengobatan beberapa penyakit infeksi. Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, protozoa dan jamur. Bakteri penyebab infeksi diantaranya bakteri Gram-positif seperti Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Staphylococcus pyogenes dan bakteri Gram-negatif seperti Escherichia coli, pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, proteus vulgari. Jamur penyebab infeksi seperti Candida albicans dan Aspergillus niger. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antimikroba dari tanaman Babadotan (Ageratum conyzoides L.) dan juga mengatahui senyawa yang berpotensi sebagai antimikroba tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Systematic Literature Review dengan mengupulkan berbagai data hasil penelitian mengenai tanaman Babadotan sebagai antimikroba. Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa tanaman babadotan memiliki potensi antibakteri yang sedang-lemah dalam menghambat bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Staphylococcus pyogenes dan bakteri Gram negatif yaitu Escherichia coli, pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, proteus vulgari. Sedangkan potensi antifungi dari tanaman babadotan terhadap fungi Candida albicans dan Aspergillus niger adalah kuat-lemah. Berdasarkan studi pustaka juga diketahui bahwa senyawa metabolit yang berperan sebagai antimikroba dari tanaman babadotan (Ageratum conyzoides L.) golongan terpenoid yaitu Precocene II (6-demethoxy ageratochromene), β-sesquiphellandrene, β- caryophyllene, trans-β-farnesene dan Germacrene-D.