Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis yang terjadi pada anak balita dan dapat berdampak buruk terhadap perkembangan kognitif, fisik, serta produktivitas di masa depan. Prevalensi kejadian stunting di dunia mencapai 26,7% pada tahun 2020. Asia sebesar 33%, dengan kawasan tertinggi di Asia Selatan (WHO, 2022). Pola pemberian makan yang tidak sesuai, baik dari segi jenis, jumlah, maupun jadwal makan, menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Hubungan pola pemberian makan dengan kejadian stunting pada anak usia 24–59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalibawang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi case control. Jumlah populasi balita usia 24-59 bulan dipuskesmas kalibawang sebanyak 849 balita dan jumlah sampel sebanyak 124 responden, terdiri dari 62 kelompok kasus yang diambil secara purposif sampling, dan 62 kelompok kontrol yang diambil dengan accidental sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari hasil  pengeisian kuesioner pola pemberian makan serta pengukuran tinggi badan anak dengan microtois. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pola pemberian makan dengan kejadian stunting pada anak usia 24–59 bulan dengan p = 0,000. Intervensi dan edukasi kepada ibu mengenai pemberian makan yang tepat sangat diperlukan dalam upaya pencegahan stunting.