Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Eksplorasi Komunikasi Sexual Consent Perempuan dalam Hubungan Pernikahan Revina; Yuliana Hanami
Psyche 165 Journal Vol. 17 (2024) No. 3
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35134/jpsy165.v17i3.380

Abstract

Sexual consent merupakan alat yang dibutuhkan untuk memberikan izin melakukan aktivitas seksual atau tidak melakukan sama sekali. Walaupun persetujuan melakukan hubungan seksual dianggap wajar di dalam pernikahan, jumlah kasus kekerasan seksual kerap terjadi di dalam pernikahan dengan persentase yang tinggi. Penelitian ini menerapkan pendekatan fenomenologi untuk mengeksplorasi komunikasi sexual consent pasangan dalam hubungan pernikahan. Wawancara semi-terstruktur digunakan sebagai alat pengumpulan data dan analisis data tematik menghasilkan tiga tema besar, yaitu makna hubungan seksual, bentuk komunikasi sexual consent, dan persepsi. Ketiganya membentuk dinamika bagaiaman sexual consent terbentuk, berkembang, dan diekspresikan dalam hubungan pernikahan. Rekomendasi dicantumkan untuk memperkaya penelitian dan menjadikan hasil penelitian sebagai acuan untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya sexual consent dalam hubungan pernikahan.
Gerakan Sosial Aksi Boikot Melalui Social Identity Model of Collective Action Pada Isu Bela Palestina Nugraha, Ahmad Helmi; Dalimunthe, Karolina Lamtiur; Zainal Abidin; Yuliana Hanami
SOCIUS Vol 11 No 2 (2024): Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education, Universitas Negeri P
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/scs.v11i2.685

Abstract

Pemboikotan produk Israel menjadi sorotan publik karena dampaknya yang kompleks pada sektor ekonomi, sosial, dan politik. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena pemboikotan merupakan bentuk dari aksi kolektif, manifestasi protes untuk advokasi keadilan serta perubahan sosial dan dapat dipandang sebagai aksi solidaritas terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara kritis tentang dampak, efektivitas, tantangan, dan kritik terhadap gerakan boikot yang lebih komprehensif melalui model aksi kolektif berbasis identitas sosial (model SIMCA). Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis dokumen dan literatur yang relevan untuk menyusun pemahaman dan membangun argumentasi dalam analisis kritis tentang fenomena boikot dan SIMCA. Kriteria literature review yang digunakan untuk sumber data pada artikel ini adalah artikel pada jurnal bereputasi internasional dan nasional. Proses pencarian data menggunakan model SASA dari Grant dan Booth yang meliputi search, appraisal, synthesis, dan analysis. Berdasarkan kajian kritis gerakan boikot melalui model SIMCA bahwa identitas sosial, ketidakadilan dan efikasi kelompok serta diperkuat dengan faktor keyakinan moral berpotensi menjelaskan gerakan boikot yang terjadi pada isu bela Palestina. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dalam pengembangan model SIMCA dan menawarkan wawasan praktis untuk memahami dinamika aksi kolektif dalam konteks konflik Israel-Palestina. Studi ini diharapkan dapat menawarkan panduan praktis bagi para aktivis dan pembuat kebijakan dalam merancang dan mengimplementasikan kampanye boikot yang lebih strategis serta berdampak.
WOMEN'S PERCEPTION OF FADING BENEFITS FROM BEAUTY PRIVILEGE STEREOTYPES: PERSEPSI PEREMPUAN TENTANG PUDARNYA KEUNTUNGAN DARI STEREOTIP BEAUTY PRIVILEGE Salwa Nurbaiah; Yuliana Hanami
SOSIOEDUKASI Vol 14 No 1 (2025): SOSIOEDUKASI : JURNAL ILMIAH ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
Publisher : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/sosioedukasi.v14i1.5362

Abstract

The phenomenon of beauty privilege is closely related to the standardization of beauty in Indonesia, particularly within the context of the workplace. Stereotypes surrounding beauty privilege assume that individuals who meet conventional beauty standards or possess attractive appearances gain certain advantages, such as preferential treatment, ease in obtaining employment, or opportunities for promotion. However, current trends indicate a shift in perceptions regarding the benefits of beauty privilege. This study aims to explore working women’s perceptions of the evolving meaning of beauty privilege and its role in the workplace. A descriptive qualitative approach was employed, using convenience sampling. Data were collected through interviews with three female participants from diverse professional backgrounds. The findings reveal that while beauty privilege still exists in certain employment sectors, its advantages are gradually diminishing. There is now a growing emphasis on individual competencies in the workplace, accompanied by a growing awareness that physical appearance is no longer the primary determinant of professional success. One of the positive impacts of the fading influence of beauty privilege is the increased freedom to work without the pressure to conform to conventional beauty standards, as well as greater motivation to develop and optimize one’s abilities. Furthermore, the decline of beauty privilege stereotypes helps reduce social envy among employees. These findings also reinforce the argument that skills are becoming the key factor in the workplace, although physical appearance may still play a supporting role.