Ketidakstabilan mutu bahan dan keterlambatan pasok—tercermin pada food-waste ±8 % serta denda pengiriman Rp 12 juta per tahun—menjadi persoalan utama rantai pasok kafetaria Universitas XYZ. Penelitian ini mengatasi masalah tersebut dengan menyusun model seleksi pemasok berbasis Best Worst Method (BWM). Tahapan meliputi: (1) penetapan lima kriteria kunci bersama tiga pengambil-keputusan; (2) penyusunan vektor Best→Others dan Others→Worst skala 1–9; (3) pemrograman linier untuk memperoleh bobot optimal dan memverifikasi konsistensi (CR = 0,08 ≤ 0,10); serta (4) perhitungan utilitas empat calon pemasok dan uji sensitivitas ±10 %. Hasilnya menunjukkan Kualitas Kesegaran (0,35), Keandalan Pengiriman (0,25), dan Kepatuhan Keamanan Pangan (0,20) sebagai determinan dominan, sementara pemasok Alpha menempati peringkat pertama dengan skor utilitas ternormalisasi 0,825; urutan tidak berubah pada variasi bobot, menegaskan robustness keputusan. Temuan ini menegaskan BWM sebagai kerangka pengambilan keputusan yang ringkas, konsisten, dan efektif untuk menyelesaikan masalah seleksi pemasok multikriteria di lingkungan layanan pangan kampus.