Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Diet Rendah Garam pada Pasien Hipertensi Lubis, Ilfan Adi Putra; Siregar, Sarah Rahmayani; Khairunnisa, Khairunnisa; Fauzan, Ahmad
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Februari 2024
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i1.14973

Abstract

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia karena prevalensinya yang tinggi dan merupakan faktor risiko penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke.Hipertensi diderita oleh satu miliar orang di seluruh dunia dan diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 1,5 miliar orang. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi hipertensi mengalami peningkatan dari 25,8% menjadi 34,1%. Salah satu faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi adalah diet tinggi garam. Konsumsi natrium yang berlebihan merupakan penyebab utama tingginya penyakit hipertensi. Oleh karena itu, mengurangi jumlah asupan natrium akan membantu menurunkan tingkat tekanan darah. Tujuan dari telaah singkat ini untuk menyajikan semua bukti mengenai hubungan diet rendah garam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed, Science Direct, Google Scholar dan Springer Link pada topik diet rendah garam terhadap hipertensi. Hasil telaah menujukkan penelitian tentang hubungan diet rendah garam pada hipertensi telah dilaporkan. Berdasarkan bukti yang ada, diet tinggi sodium atau garam dapat meningkatkan tekanan darah. Kesimpulannya bahwa diet rendah garam dapat berpengaruh terhadap tekanan darah pasien hipertensi.
Literature Review : Sindrom Kardiorenal Lubis, Ilfan Adi Putra; Siregar, Sarah Rahmayani; Saputra, Andi
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 3 No. 3 (2024): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Juni 2024
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i3.16831

Abstract

Interaksi yang erat dan kompleks terjadi antara jantung dan ginjal. Berbagai kelainan pada jantung dan ginjal dapat mengubah fungsi keduanya. Penyakit ginjal dan jantung memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Sebuah sistem klasifikasi telah diusulkan; namun, proses yang mendasarinya rumit dan multifaktorial. Tujuan dari telaah singkat ini untuk membahas tentang definisi hingga tatalaksana sindrom kardiorenal. Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed, Science Direct, Google Scholar dan Springer Link pada topik sindrom kardiorenal. Diagnosis dini sindrom kardiorenal melalui penanda cedera dan fungsi ginjal sangat penting untuk intervensi tepat waktu yang dapat mengurangi perkembangannya. Penatalaksanaan sindrom ini berpilar pada peningkatan fungsi jantung, pengurangan kelebihan volume, serta penanganan gagal jantung dan penyakit ginjal kronis. Namun masih kurangnya bukti terapi yang optimal sehingga hal ini masih menjadi tantangan.
Article Review : Sarcopenia Geriatric Syndrom Lubis, Ilfan Adi Putra; Siregar, Sarah Rahmayani; Sari, Putri Eka; Nasution, Muhammad Husni Fansury
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 4 No. 2 (2025): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - April 2025
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v4i2.21505

Abstract

Sarkopenia merupakan suatu sindrom yang ditandai oleh kehilangan progresi massa otot dan kekuatan otot yang berkaitan dengan penuaan. Sarkopenia merupakan penentu utama risiko jatuh dan gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, yang sering kali menyebabkan kecacatan, hilangnya kemandirian, dan kematian. Penyebab sarkopenia diduga multifaktorial termasuk: faktor lingkungan, penyakit, aktivasi jalur inflamasi, disfungsi mitokondria, hilangnya sambungan neuromuskular, berkurangnya jumlah sel satelit dan perubahan kualitas fungsi hormonal. Diagnosis sarkopenia dikonfirmasi oleh adanya kuantitas atau kualitas otot yang rendah. Ketika kekuatan otot rendah, kuantitas/kualitas otot rendah dan kinerja fisik rendah semua terdeteksi, maka sarkopenia dianggap parah. Pendekatan nonfarmakologis meliputi latihan ketahanan dan nutrisi yang adekuat. Beberapa pendekatan diet seperti asupan protein, vitamin D, nutrisi antioksidan, dan asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang yang adekuat telah terbukti memiliki efek positif terhadap sarkopenia. Saat ini, belum ada obat khusus yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk pengobatan sarkopenia. Namun, beberapa agen, termasuk hormon pertumbuhan, steroid anabolik atau androgenik, modulator reseptor androgenik selektif, agen anabolik protein, stimulan nafsu makan, inhibitor miostatin, obat pengaktif reseptor II, penghambat reseptor β, inhibitor enzim pengubah angiotensin, dan aktivator troponin, direkomendasikan dan telah terbukti memiliki efikasi yang bervariasi.
Investigating the Effects of Combined Pegagan and Snakehead Fish Extracts on BDNF Levels in Rats: Implications for Neuroprotective Therapy Siregar, Sarah Rahmayani; Surura, Hedya Nadhrati; Lubis, Ilfan Adi Putra; Bukhari, Al
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Volume 11 No.1 Mei 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v11i1.21507

Abstract

One of the most common health problems in the elderly is dementia. People living with dementia were found to have smaller hippocampal volumes and low serum BDNF levels. BDNF increases synaptogenesis, and plays a role in neurogenesis.  It is believed that the decrease in BDNF levels can be prevented by the dietary intake of plants, including gotu kola (Centella asiatica) and snakehead fish (Channa striata). Gotu kola contains  terpenoids and flavonoids, while snakehead fish contains arginine and glutathione. This study aims to examine the combination of water extracts of gotu kola and snakehead fish  as neuroprotector agent. This research was truly experimental; experimental animals (n=35) were divided into seven groups, five animals each with the following treatment: K0: normal control; K-: distilled water 10 mg/kgBW/day; P1: snakehead fish extract 300 mg/kgbb/day; P2: gotu kola extract 300 mg/kgbb/day; P3-P5: combination of gotu kola and snakehead fish at doses of 100/300, 300/300 and 600/300 mg/kgbb/day. The extract is given orally once a day along with induction at K-, P1-P5 with D-galactose (150 mg/kgbb/day) subcutaneously for six weeks. Then, BDNF gene expression was examined in brain tissue using the Real-Time PCR method. Data were analyzed using the One Way Anova test. The results of this study showed that the greatest BDNF gene expression was found in P3 (2.8). This study concluded that a neuroprotective effect based on BDNF gene expression was found in the combination of gotu kola and snakehead fish extracts at a dose of 100/300 mg/kg bb/day