Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

EXTENSIVELY DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS (XDR TB) Siregar, Sarah Rahmayani
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 5: No. 2 (November, 2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.524 KB) | DOI: 10.29103/averrous.v5i2.2079

Abstract

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Tuberkulosis (TB) sebagian besar akan mengalami penyembuhan dengan pengobatan. Namun tidak semua penyakit TB sembuh dengan pengobatan. Hal ini disebabkan pengobatan dari TB yang belum terlaksana dengan baik sehingga dapat pula menyebabkan terjadinya resistensi terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT), berupa Multidrug Resistant Tuberkulosis (MDR TB) dan Extensively Drug Resistant Tuberculosis (XDR TB). XDR TB adalah TB yang disebabkan oleh strain yang resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin, disertai resisten terhadap salah satu fluorokuinolon dan salah satu dari tiga obat injeksi lini kedua (amikasin, kapreomisin atau kanamisin). XDR TB diperkenalkan tahun 2006 ketika terjadi epidemi yang sangat fatal di Afrika Selatan. XDR-TB dapat ditularkan melalui bakteri yang disebarkan oleh orang yang sudah terkena resistensi obat. Diagnosis XDR-TB ditegakkan dengan uji sensitiviti obat atau Drug Susceptibility Testing (DST), bukan sekedar berdasarkan gambaran foto toraks dan adanya faktor resiko yang ada pada seseorang. WHO telah merancang strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS-Plus) untuk mengelola TB M/XDR di negara-negara miskin sumber daya. Revisi National Tuberculosis Programme (RNTCP) di bawah DOTS-Plus akan menggunakan rejimen pengobatan standar (STR) kategori IV, yang terdiri dari 6 obat (kanamisin, levofloxacin, etionamid, sikloserin, pirazinamid, dan etambutol) selama 6-9 bulan fase intensif dan 4 obat (levofloxacin, ethionamide, cycloserine, dan ethambutol) selama 18 bulan dari fase lanjutan. Penyembuhan tergantung pada tingkat resistensi obat, tingkat keparahan penyakit dan apakah sistem kekebalan pasien terganggu.
EXTENSIVELY DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS (XDR TB) Sarah Rahmayani Siregar
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 5: No. 2 (November, 2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v5i2.2079

Abstract

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Tuberkulosis (TB) sebagian besar akan mengalami penyembuhan dengan pengobatan. Namun tidak semua penyakit TB sembuh dengan pengobatan. Hal ini disebabkan pengobatan dari TB yang belum terlaksana dengan baik sehingga dapat pula menyebabkan terjadinya resistensi terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT), berupa Multidrug Resistant Tuberkulosis (MDR TB) dan Extensively Drug Resistant Tuberculosis (XDR TB). XDR TB adalah TB yang disebabkan oleh strain yang resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin, disertai resisten terhadap salah satu fluorokuinolon dan salah satu dari tiga obat injeksi lini kedua (amikasin, kapreomisin atau kanamisin). XDR TB diperkenalkan tahun 2006 ketika terjadi epidemi yang sangat fatal di Afrika Selatan. XDR-TB dapat ditularkan melalui bakteri yang disebarkan oleh orang yang sudah terkena resistensi obat. Diagnosis XDR-TB ditegakkan dengan uji sensitiviti obat atau Drug Susceptibility Testing (DST), bukan sekedar berdasarkan gambaran foto toraks dan adanya faktor resiko yang ada pada seseorang. WHO telah merancang strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS-Plus) untuk mengelola TB M/XDR di negara-negara miskin sumber daya. Revisi National Tuberculosis Programme (RNTCP) di bawah DOTS-Plus akan menggunakan rejimen pengobatan standar (STR) kategori IV, yang terdiri dari 6 obat (kanamisin, levofloxacin, etionamid, sikloserin, pirazinamid, dan etambutol) selama 6-9 bulan fase intensif dan 4 obat (levofloxacin, ethionamide, cycloserine, dan ethambutol) selama 18 bulan dari fase lanjutan. Penyembuhan tergantung pada tingkat resistensi obat, tingkat keparahan penyakit dan apakah sistem kekebalan pasien terganggu.
EFFORTS TO PREVENT THE SPREAD OF COVID-19 IN RECITATION/TPA PARTICIPANTS AT ISLAMIC CENTER MOSQUE, LHOKSEUMAWE CITY Teuku Ilhami Surya Akbar; Sarah Rahmayani Siregar
Global Science Society Vol 4 No 2 (2022): Global Science Society (GSS) Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM dan PM Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/gss.v4i2.3199

Abstract

Since Indonesia was declared on alert for Covid-19 in March 2020, the number of patients has shown an increasingly worrying spike, both national and worldwide data. The government is currently imposing a "new normal" to move the wheels of the economy, such as mosques or places of worship also starting to open along with activities in them such as recitation at mosques. The easing or implementation of this new order of life will have an impact if a good strategy is not implemented to prevent the spread of Covid-19, especially in mosques that have begun to open and recitations held in them. The output target of the community service activities from the aspect of the health service program is the availability of the Covid-19 health protocol at the place of recitation, while the target aspect of health service supporting facilities is the availability of Covid-19 prevention facilities for the recitation participants.
Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Mitigasi Bencana Tanah Longsor di Desa Burni Pase Kabupaten Bener Meriah Shinta Simehate; Wheny Utariningsih; Mardiati Mardiati; Sarah Rahmayani Siregar; Ridhalul Ikhsan
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol 2, No 1 (2023): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Februari 20
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v2i1.8190

Abstract

Bencana tanah logsor adalah bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di Indonesia. Desa Burni Pase Kabupaten Bener meriah adalah salah satu daerah yang sering mengalami bencana tanah longsor. Bencana tanah longsor dapat mengakibatkan dampak yang besar bagi masyarakat, seperti menyebabkan korban meninggal, kehilangan harta benda, gangguan stress pasca trauma dan permasalahan kesehatan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, memiliki pengetahuan mitigasi bencana penting untuk dimiliki setiap elemen masyarakat guna meningkatkan kesiapsiagaan sebelum dan sesudah terjadinya bencana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mitigasi bencana tanah longsor. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan 115 responden. Hasil penelitian menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap bencana tanah longsor mayoritas dalam kategori kurang yaitu  53,0% dengan 61 responden dan gambaran pengetahuan masyarakat terhadap mitigasi bencana tanah longsor mayoritas dalam kategori baik yaitu 51,3% dengan 59 jumlah responden. Kesimpulan pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Burni Pase memiliki gambaran tingkat pengetahuan terhadap bencana tanah longsor kurang dan pengetahuan terhadap mitigasi bencana tanah longsor dalam kategori baik.
Diet Rendah Garam pada Pasien Hipertensi Lubis, Ilfan Adi Putra; Siregar, Sarah Rahmayani; Khairunnisa, Khairunnisa; Fauzan, Ahmad
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Februari 2024
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i1.14973

Abstract

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia karena prevalensinya yang tinggi dan merupakan faktor risiko penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke.Hipertensi diderita oleh satu miliar orang di seluruh dunia dan diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 1,5 miliar orang. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi hipertensi mengalami peningkatan dari 25,8% menjadi 34,1%. Salah satu faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi adalah diet tinggi garam. Konsumsi natrium yang berlebihan merupakan penyebab utama tingginya penyakit hipertensi. Oleh karena itu, mengurangi jumlah asupan natrium akan membantu menurunkan tingkat tekanan darah. Tujuan dari telaah singkat ini untuk menyajikan semua bukti mengenai hubungan diet rendah garam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed, Science Direct, Google Scholar dan Springer Link pada topik diet rendah garam terhadap hipertensi. Hasil telaah menujukkan penelitian tentang hubungan diet rendah garam pada hipertensi telah dilaporkan. Berdasarkan bukti yang ada, diet tinggi sodium atau garam dapat meningkatkan tekanan darah. Kesimpulannya bahwa diet rendah garam dapat berpengaruh terhadap tekanan darah pasien hipertensi.
Literature Review : Sindrom Kardiorenal Lubis, Ilfan Adi Putra; Siregar, Sarah Rahmayani; Saputra, Andi
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 3 No. 3 (2024): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Juni 2024
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i3.16831

Abstract

Interaksi yang erat dan kompleks terjadi antara jantung dan ginjal. Berbagai kelainan pada jantung dan ginjal dapat mengubah fungsi keduanya. Penyakit ginjal dan jantung memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Sebuah sistem klasifikasi telah diusulkan; namun, proses yang mendasarinya rumit dan multifaktorial. Tujuan dari telaah singkat ini untuk membahas tentang definisi hingga tatalaksana sindrom kardiorenal. Pencarian literatur dilakukan pada database PubMed, Science Direct, Google Scholar dan Springer Link pada topik sindrom kardiorenal. Diagnosis dini sindrom kardiorenal melalui penanda cedera dan fungsi ginjal sangat penting untuk intervensi tepat waktu yang dapat mengurangi perkembangannya. Penatalaksanaan sindrom ini berpilar pada peningkatan fungsi jantung, pengurangan kelebihan volume, serta penanganan gagal jantung dan penyakit ginjal kronis. Namun masih kurangnya bukti terapi yang optimal sehingga hal ini masih menjadi tantangan.
Upaya Manajemen Hipertensi pada Pasien Perempuan 46 Tahun dengan Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga Savitri, Dhannisa Ika; Zara, Noviana; Fardian, Nur; Mardiati, Mardiati; Fitriani, Julia; Siregar, Sarah Rahmayani; Syafridah, Anita; Ikhsan, Ridhalul; Zahara, Cut Ita; Muna, Zurratul; Dewi, Rahmia
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Februari 2024
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i1.13688

Abstract

Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg. Di Indonesia, perkiraan jumlah kasus hipertensi sebanyak 63.309.620 jiwa, sedangkan angka kematian terkait hipertensi di Indonesia sebanyak 427.218 jiwa. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),  45-54 tahun (45,3%),  55-64 tahun (55,2%). Pasien Ny. E datang ke Puskesmas Dewantara dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 minggu yang lalu dan memberat 2 hari ini. Pasien mengatakan bahwa nyeri dirasakan seperti berdenyut diseluruh kepala. Keluhan memberat saat pasien beraktivitas dan makan makanan yang asin atau berlemak. Keluhan tidak berkurang walaupun pasien istirahat. Selain keluhan tersebut, pasien juga mengeluhkan badan yang  terasa lemas walaupun pasien tidak melakukan aktivitas yang berat. Keluhan lemas ini dirasakan muncul bersamaan dengan keluhan nyeri kepala, yaitu sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan tersebut menyebabkan pasien sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sejak 1 minggu terakhir pasien tidak mengonsumsi obat darah tingginya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien yaitu, 173/106 mmHg dengan status gizi obesitas. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan pasien didiagnosa mengalami Hipertensi grade II dengan Obesitas. Data primer diperoleh melalui autoanamnesa dan pemeriksaan fisik dengan melakukan kunjungan rumah, mengisi family folder, dan mengisi berkas pasien. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik awal, proses, dan akhir kunjungan secara kuantitatif dan kualitatif. Intervensi yang dilakukan diantaranya adalah edukasi tentang penyebab hipertensi kepada keluarganya, edukasi tentang modifikasi gaya hidup dan tatalaksana penyakit tersebut serta menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul dari penyakit pasien agar pasien berobat secara teratur dan melakukan upaya pencegahan.
Upaya Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien Perempuan Usia 69 Tahun dengan Pendekatan Pelayanan Kedokteran Keluarga di Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Rozi, Dwi Novlita; Zara, Noviana; Ikhsan, Ridhalul; Surayya, Rahmi; Siregar, Sarah Rahmayani; Zahara, Cut Ita; Dewi, Rahmia; Muna, Zurratul; Sari, Bungsu Keumala
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 3 No. 3 (2024): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Juni 2024
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i3.9990

Abstract

Pasien perempuan berusia 69 tahun  dengan keluhan lemas sejak 3 minggu ini. Lemas yang dirasakan pasien ketika melakukan aktivitas fisik ringan seperti menyapu dan memasak. Lemas dirasakan sepanjang hari dan kadang hilang saat pasien tidak melakukan aktifitas apapun. Keluhan tersebut disertai dengan nyeri kepala, sering BAK dan kesemutan di kaki dan tangan. Pasien memiliki riwayat DM tipe 2 sejak 4 tahun yang lalu. Pemeriksaan KGDS pada pasien didapatkan 434 mg/dl, menunjukkan pasien mengalami hiperglikemi. IMT pasien didapatkan 19,02 kg/m2ini terkategori normal. Data primer diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melakukan kunjungan rumah, mengisi family folder, dan mengisi berkas pasien. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik awal, proses, dan akhir kunjungan secara kuantitatif dan kualitatif. Intervensi yang dilakukan diantaranya adalah edukasi mengenai pentingnya minum obat rutin untuk mengontrol kadar gula darah, edukasi pola makan pada penderita Diabetes Mellitus, dan edukasi peran keluarga dalam tatalaksana penyakit pasien, edukasi untuk tetap melakukan aktivitas fisik dan olahraga serta menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul dari penyakit pasien agar pasien lebih menjaga diri.
Upaya Pengelolaan Hipertensi dengan Pendekatan Pelayanan Dokter Keluarga pada Pasien Perempuan Usia 47 tahun di Puskesmas Meurah Mulia Kabupaten Aceh Utara Harahap, Dwi Agustian; Zara, Noviana; Syafridah, Anita; Ikhsan, Ridhalul; Surayya, Rahmi; Siregar, Sarah Rahmayani; Zahara, Cut Ita; Dewi, Rahmia; Muna, Zurratul; Sari, Bungsu Keumala
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol. 3 No. 3 (2024): GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh - Juni 2024
Publisher : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jkkmm.v3i3.11533

Abstract

Pasien perempuan berusia 47 tahun datang ke Puskesmas Meurah Mulia dengan keluhan keluhan adanya nyeri dan rasa kaku pada leher bagian belakang. Pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas dan tidak bertenaga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/90 mmHg, RR 19 x/menit, HR 81 x/menit, IMT 24.69 kg/m2.  Data primer diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melakukan kunjungan rumah, mengisi family folder, dan mengisi berkas pasien. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik awal, proses, dan akhir kunjungan secara kuantitatif dan kualitatif. Intervensi yang dilakukan berupa upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dan upaya psikososial
The Effect of Bidens pilosa Extract on Vancomycin-Induced Acute Kidney Injury in Prepubertal Rats Priawan, Indra; Harahap, Armansyah Maulana; Siregar, Sarah Rahmayani
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Volume 10 No.2 November 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v10i2.19225

Abstract

The long-term use of Vancomycin and its administration at inappropriate doses still cause uncontrolled physiological side effects, particularly in terms of kidney development and metabolism. This study aims to investigate the effects of Bidens pilosa extract (BPE) on vancomycin-induced acute kidney injury in prepubertal rats. This study employed an experimental research method, randomly dividing 40 female Wistar rats into five equal groups: control/adult (C), prepubertal (P), prepubertal + Bidens pilosa (PB), prepubertal + vancomycin (PV), and prepubertal + vancomycin + Bidens pilosa (PVB). Gentamicin caused kidney damage in both PG and PVB groups. We treated PB and PVB with a single dose of BPE. At necropsy, we collected blood, serum, and kidney tissue for evaluation. The research results showed that the total leukocyte count was higher in PB compared to the others (P = 0.002). Serum urea, creatinine, aspartate aminotransferase, and total protein levels significantly increased in PB, PV, and PVB compared to C and P. Glutathione levels were low in the serum and kidney tissue of PV, and malondialdehyde levels were high compared to the others (P<0.05). Using BPE in vancomycin-induced acute kidney injury in ovariectomized rats resulted in a decrease in serum creatinine, urea, and malondialdehyde levels in PVB compared to PV, an increase in glutathione levels, and a milder severity of histopathological findings. The conclusion of this study shows that a single dose of BPE partially reduces kidney damage in rats with gentamicin-induced acute kidney injury