Meldi, Nadia Amanda
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Adaptasi Alat Ukur Interpersonal Mindfulness Scale (IMS) Versi Indonesia Meldi, Nadia Amanda; Susanto, Hery
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 15, No 1 (2023): Mei 2023
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v15i1.40528

Abstract

Kualitas mindfulness yang terdapat dalam hubungan interpersonal membutuhkan cakupan perhatian yang lebih luas dibandingkan dengan yang biasanya diukur dalam sebagian besar alat ukur mindfulness. Interpersonal mindfulness tidak hanya melibatkan kesadaran akan diri sendiri, namun juga kesadaran akan orang lain yang menjadi lawan dalam interaksi. Oleh karena itu, dibutuhkan alat ukur yang secara spesifik mengukur mindfulness dalam konteks hubungan interpersonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi Interpersonal Mindfulness Scale (IMS) ke bahasa Indonesia serta mengkaji reliabilitas dan validitas dari adaptasi tersebut. Adaptasi alat ukur ini melewati proses penerjemahan forward-backward, tinjauan dari para ahli, dan wawancara kognitif sebelum diadministrasikan pada 208 responden yang dipilih dengan teknik convenience sampling. Alat ukur secara keseluruhan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi (α = 0,843) dan memiliki daya diskriminasi yang baik. Alat ukur juga memiliki validitas isi (Aiken’s V) yang cukup baik namun uji analisis faktor konfirmatori menunjukkan bahwa model tidak fit (p 0,001, RMSEA = 0,079, TLI = 0,711, CFI = 0,736, SRMR = 0,111, dan Hoelter’s Critical N = 109,233). Setelah 10 itemdihapus, model menunjukkan model yang fit (p 0,001, RMSEA = 0,055, TLI = 0,911, CFI = 0,927, SRMR = 0,064, dan Hoelter’s Critical N = 157,253) dengan reliabilitas yang tinggi (α = 0,783). Adaptasi alat ukur ini dapat digunakan untuk mengukur konstruk interpersonal mindfulness dengan menghapus 10 item. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti disarankan untuk memperbaiki atau menambahkan item baru pada dimensi presence. Mindfulness in interpersonal relationships includes a bigger scope than the ones usually measured in many mindfulness measurements tools. Interpersonal mindfulness doesn’t only involve the awareness of oneself, but also other people in interpersonal interactions. For this purpose, a measurement tool that specifically measures mindfulness in interpersonal relationships is needed. This study adapted Interpersonal Mindfulness Scale (IMS) to Indonesian and gathered reliability and validity evidence for the adaptation. This IMS adaptation went through the process of forward-backward translation, expert reviews, and cognitive interview before being administered to 208 respondents. The respondents are sampled by the convenience sampling technique. IMS adaptation is found to be a highly reliable measurement tool (α = 0.843) and most items has good discrimination index.    IMS adaptation is also found to have sufficient content validity (Aiken’s V), but Confirmatory Factor Analysis shows that the adaptation doesn’t have good model fit (p 0.001, RMSEA = 0.079, TLI = 0.711, CFI = 0.736, SRMR = 0.111, and Hoelter’s Critical N = 109.233). After 10 items were deleted, the IMS adaptation shows acceptable model fit (p 0.001, RMSEA = 0.055, TLI = 0.911, CFI = 0.927, SRMR = 0.064, and Hoelter’s Critical N = 157.253) with a good reliability (α = 0.783). IMS in Indonesian version can be used to measure interpersonal mindfulness after deleting 10 items. For the next study, researchers are suggested to revise or add new items in the presence aspect.
Resilience, Stress and Subjective Well-Being among Medical Co-Assistants during COVID-19 Pandemic Anggreini, Risa; Meldi, Nadia Amanda; Rachmawati, Arini; Nabila, Syaikha; Iskandarsyah, Aulia
Psychocentrum Review Vol 5, No 3 (2023): Psychocentrum Review
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26539/pcr.532132

Abstract

Medical co-assistants are at significant risk during the COVID-19 pandemic due to exposure to more substantial stressors, including handling patients, academic pressure, and reduced rest times. Moreover, their continuous exposure to disease during the COVID-19 pandemic places them in significant psychological distress. These challenges can potentially affect their subjective well-being. Effective stress management strategies are imperative to reduce susceptibility to adverse consequences. Resilience has been identified as a key protective factor against the detrimental impact of stress. A study involving 102 medical students who became co-assistants during the COVID-19 pandemic investigated the relationship between resilience, stress, and subjective well-being among medical co-assistants. The study found that resilience among medical co-assistants in Indonesia was negatively correlated with stress and negative affect, and positively correlated with life satisfaction, positive affect, and affective balance in subjective well-being. Resilience plays a crucial role in helping individuals recover from challenges and failures, viewing these setbacks as opportunities for growth and learning. This positive outlook contributes to increased positive affect and enhances their subjective well-being. Ultimately, this lowers their stress levels and reduces negative aspects that may impede their performance as medical co-assistants.
Self-Efficacy sebagai Mediator Hubungan antara Mindfulness dan Compassion Satisfaction pada Psikolog Klinis Meldi, Nadia Amanda; Abidin, Zainal; Wardhani, Nurul
Psychocentrum Review Vol 7, No 3 (2025): Psychocentrum Review
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26539/pcr.733893

Abstract

Psikolog klinis rentan mengalami kelelahan dalam melakukan proses pekerjaan menolong klien. Namun, pada psikolog klinis kerap ditemukan perasaan puas yang muncul dari proses membantu klien yang dapat melindungi psikolog klinis dari dampak negatif akan kelelahan tersebut. Perasaan puas yang didapatkan dari proses menolong klien atau compassion satisfaction pada psikolog klinis perlu ditumbuhkan karena dapat membantu psikolog untuk melakukan proses terapeutik dengan klien secara lebih efektif. Salah satu faktor yang membantu meningkatkan compassion satisfaction adalah mindfulness atau kesadaran penuh akan momen yang sedang berlangsung dengan sikap ingin tahu, terbuka, dan tanpa penghakiman. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa mindfulness dan compassion satisfaction berhubungan secara positif pada tenaga kesehatan mental. Namun, terdapat sedikit penelitian yang meneliti tentang mekanisme yang memediasi hubungan antara kedua variabel ini. Salah satu kemungkinan variabel yang dapat menjembatani hubungan antara mindfulness dan compassion satisfaction pada adalah self-efficacy akan pekerjaannya, atau keyakinan individu akan kemampuannya dalam melakukan pekerjaan sebagai psikolog klinis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi self-efficacy terhadap hubungan antara mindfulness dan compassion satisfaction pada psikolog klinis. Berdasarkan data yang diambil yang diambil dengan metode convenience sampling (n = 280) dengan kuesioner self-report, hasil penelitian menunjukkan bahwa mindfulness dan compassion satisfaction  memiliki hubungan positif yang signifikan, dan hubungan tersebut dimediasi secara parsial oleh self-efficacy, dengan lama masa kerja dan jam kerja per minggu sebagai variabel kovariat. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun mindfulness tetap berhubungan positif secara signifikan dengan compassion satisfaction tanpa peran mediasi self-efficacy, hubungannya lebih kuat jika melalui mekanisme self-efficacy.